About You::08

96 11 0
                                    

"Love is never end. And, I want to say, 'I love you, my girl'."


"Gue denger dari anak-anak lain, lo boncengan motor sama Aldric. Bener, Ta?" Citra menatapku dengan tatapan menyelidik. "Anak-anak lain pada heboh banget tadi. Cuma sekedar gosip, atau beneran?"

Aku menyengir lebar saat jemariku bergerak menyisir rambutku yang sedikit berantakan. "Menurut lo?"

Citra menggerutu kesal. Mungkin merasa dipermainkan olehku. "Menurut gue sih..." Perempuan manis itu berpikir sejenak, "beneran. Soalnya lo kelihatan seneng gitu. Kali aja lo udah mulai merasakan jatuh cinta dengan Aldric, yang kata lo menyebalkan itu."

Hatiku mencelos mendengarnya. Jatuh cinta? Yang benar saja, orang yang aku sukai hanya Kak Azka. Dan hanya Kak Azka. Ya, mungkin seperti itu.

"Lo mau nyangkal lagi nih?" Citra mengambil buku cetak biologi dengan tangan kanannya. Lalu tatapannya beralih padaku. "Selamanya lo nggak akan bisa nyangkal kenyataan." Citra menyeringai tajam.

Aku bergidik. Omongan Citra rada-rada aneh di telingaku. "Kepala lo nggak kebentur sesuatu, kan?" Aku berjalan ke arah lokerku yang berjarak beberapa meter dari loker milik Citra.

"Enak aja lo." Mulut Citra yang mencibir tidak luput dari pandanganku.

Aku terkekeh geli. Pandanganku terpaku dengan bunga mawar yang ada di lokerku. Bersembunyi di balik tumpukan buku-bukuku. Bunga mawar entah untuk keberapa kalinya dalam satu minggu ini.

Aku tersenyum tipis. Menghirup aroma mawar dalam-dalam sebelum membuka secarik kertas yang biasa disisipkan di bunga.

Cinta tidak pernah memakai logika. Seperti aku yang mencintaimu dengan begitu mudahnya.

Cinta tidak pernah memaksa. Maka aku tidak pernah memaksamu untuk mencintaiku.

Dan cinta, begitu indah. Seperti indahnya dirimu itu.

I love you.

For, Tata

Hatiku berdesir aneh. Kata-katanya seperti menyihir diriku, lagi. Walaupun aku tidak tahu siapa dia, tapi aku seperti mengerti apa yang ia rasakan.

"Dari dia lagi?" ucap Citra yang tahu-tahu sudah berada tepat di sampingku. Aku mengangguk singkat. Citra melirik kertas yang aku pegang dengan penasaran.

"Kepo, deh," ucapku sembari memasukkan kertas itu ke saku baju.

"Sekarang Tata gitu ya, main rahasia-rahasiaan sama aku." Citra berkata dengan wajah yang menjijikkan. "Omong-omong, lo masih belum tahu siapa dia itu? Nggak berniat untuk cari tahu?"

Langkah kakiku yang akan berjalan ke kelas spontan berhenti. Beberapa detik terdiam, sebelum mengucapkan kata-kata. "Gue nggak berhak kepo atas siapa dia. Dia suka sama gue, bukan berarti gue berhak tahu tentang dia. Itu terserah dia, mau tunjukki diri atau nggak."

Citra yang beberapa detik terdiam mencerna ucapanku akhirnya tersenyum tipis. "Kalau dipikir-pikir, ucapan lo benar juga."

Senyumanku yang tertahan semakin melebar detik itu juga. Dan akhirnya, aku memasuki kelas bersama Citra.

::::

"Ada pasangan baru, nih! PJ! PJ!" Teriakan melengking itu menyambut saat aku memasuki kantin.

Spontan, langkahku tertahan saat menyadari bahwa teriakan itu ditunjukkan kepadaku. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri dengan kikuk. Semua mata memandangku dengan penasaran, seperti akan memangsaku hidup-hidup.

About You [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang