Friendship

91 2 0
                                    

Indi melihat kembali hasil foto kebersamaan nya dengan Dimas dan Keira kemarin siang. Berkali-kali Indi melihat koleksi foto tersebut. Indi juga diam-diam memotret Dimas saat laki-laki itu sedang lengah. Kumpulan foto-foto Dimas kemudian disimpan dalam satu folder tersendiri di handphone nya.

Indi tersenyum. Dia masih tidak menyangka bisa sedekat ini dengan laki-laki yang disukainya.

“Doorrr!!!!” Keira mengejutkan Indi yang sedang asyik memandang foto Dimas.

Indi terkejut dan dengan cepat langsung mematikan layar handphonenya.

“Cie, liatin foto Dimas ya?” Keira meledek Indi karena Keira sudah sempat mengintip layar handphone Indi sebelum mengejutkan sahabatnya itu.

“Ih kamu nyebelin banget sih Kei. Ndak bisa lihat orang seneng sedikit apa?” Jawab Indi sebal.

“Iya deh maaf aku ngagetin kamu. Eh tapi kamu pinter juga ya diem-diem motret Dimas kaya gitu. Nanti ku beritahu orangnya ah.”

“Ih jangan Kei. Pokoknya aku marah kalo sampai kamu kasihtau ke Dimas.” Indi memasang muka sebal.

Keira mencubit pipi sahabatnya itu, “Iya iya sahabatku sayang, nggak akan aku kasih tau deh cuma aku infoin ke Dimas.”

Indi hendak mencubit lengan Keira, namun Keira sudah terlanjur berlari ke luar kelas. Indi mengejar Keira dan Keira terus berlari sambil tertawa-tawa. Hingga kemudian, Keira menabrak Dimas yang sedang berjalan di koridor kelas.

‘BUUKKKK’

Indi menghentikan langkahnya begitu melihat sahabatnya jatuh bersamaan dengan Dimas.

“HAHAHAHAHAHAHA!” Indi tertawa tertawa terbahak-bahak.

“Kamu ndak kenapa-kenapa Kei?” Tanya Dimas seraya membantu Keira berdiri.

“Kualat kan kamu Kei. Makanya jangan macem-macem sama aku.” Ujar Indi sambil menahan tawa nya.

“Oh iya Dimas, aku mau kasih tau kalo....” Ucapan Keira terhenti karena mulutnya sudah disekap oleh tangan Indi.

“Eh bukan apa-apa kok Dimas.” Indi memotong pembicaraan Keira.

“Emh... emmm... emmm...” Keira berusaha berbicara namun mulutnya ditahan tangan Indi.

Dimas tampak kebingungan melihat tingkah kedua perempuan di hadapannya. Lalu kemudian, Dimas tertawa keras.

“Kamu kenapa ketawa Dim?” Tanya Indi.

“Karna kalian lucu. Tingkah kalian masih seperti anak SD. Lari-larian dan kejar-kejaran. Hahaha.” Jawab Dimas sambil tertawa.

Indi kemudian melepas tangan nya dari mulut Keira.

“Huft. Aku nggak bisa ngomong tau Ndi. Untung aku masih bisa nafas.” Ujar Keira kemudian.

“Hey, aku kan ndak bekep hidungmu tapi mulut embermu itu loh Kei.” Jawab Indi kesal.

“Sudah-sudah. Ngeliat kalian ribut-ribut kaya gini jadi bikin aku inget sama sahabat-sahabat ku waktu kecil. Lucu sekali.” Ujar Dimas menengahkan.

“Kan kita sahabat kamu waktu besar.” Jawab Keira.

Dimas terdiam sejenak, kemudian Dimas mengacak-acak rambut Keira sambil mengatakan, “Iya Keira. Kita bertiga bersahabat.”

“Ih Dimas. Rambut aku jadi berantakan.” Ujar Keira seraya mencubit lengan Dimas.

Kemudian Dimas merangkul Keira dan Indi.

“Aku udah lama ndak pernah kayak gini sama perempuan.” Ujar Dimas.

“Maksud kamu?” Tanya Keira dan Indi bersamaan seraya melepaskan rangkulan Dimas.

“Dulu aku punya sahabat perempuan dimasa kecil. Kami selalu menghabiskan waktu bersama. Tapi secara tiba-tiba, sahabatku menjauh. Aku bingung aku salah apa sampai dia pergi menjauhiku.”

“Kamu udah tanya alasan nya?” Tanya Keira seraya duduk di bangku dekat koridor sekolah.

“Udah. Tapi dia ndak mau menjawab. Akhirnya aku cari tau ke teman sebangkunya.”

“Terus jawaban dari teman sebangkunya apa?” Tanya Indi.

“Sahabatku itu jadi korban bullying oleh sekelompok anak perempuan yang mengaku sebagai fansku. Aku udah coba buat yakinin dia biar tetep sahabatan sama aku dan ndak usah takut sama anak ndak jelas itu, tapi sahabatku menolak. Dia tetep ingin menjauhiku.”

“Mungkin semakin dia dekat sama kamu, semakin dia jadi korban Dim.” Ujar Keira.

“Memangnya salah kalau dia sahabatan denganku? Kenapa anak ndak jelas itu harus membully sahabatku yang ndak salah apa-apa.”

“Mereka itu pemikiran nya masih belum dewasa Dim. Bagi para fans mu, mereka ingin kamu jadi milik mereka dan ndak mau kalau ada yang dekat-dekat sama kamu.” Jawab Indi.

“Makanya sejak saat itu aku berusaha menghindari untuk berinteraksi dengan perempuan. Aku takut kejadian yang sama akan terulang lagi.”

“Lalu kita berdua bagaimana?” Tanya Indi.

“Karna kalian berdua spesial, khusus kalian berdua boleh deket-deket sama aku ya.” Jawab Dimas seraya tersenyum manis.

“Narsis kamu!!!!” Keira memukul lengan Dimas karena sangat gemas dengan tingkah sahabatnya yang narsis itu.

Dimas mengaduh kesakitan. Indi tertawa melihat Dimas dipukul oleh Keira.

“Pukulan mu lumayan juga Kei.” Ujar Dimas seraya memegang lengan nya yang sakit.

“Makanya jangan narsis-narsis jadi orang.” Jawab Keira.

“Udah yuk kita ke kelas. Dim, kita duluan ya.” Ujar Indi seraya merangkul bahu Keira.

Dimas mengangguk seraya melambaikan tangan nya. Indi membalas lambaian tangan tersebut.

Sepanjang jalan, Indi dan Keira menjadi pusat perhatian siswa-siswa yang sedang berada diluar kelas. Pertama, karena tentunya Keira sangat cantik. Kedua, karena Keira dan Indi terlihat sangat akrab dengan Dimas yang biasanya bersikap dingin kepada perempuan.

Keira yang sudah terbiasa menjadi pusat perhatian, bersikap biasa saja. Seolah-olah tidak ada yang memperhatikannya. Sementara Indi, masih kikuk karena tidak biasa menjadi pusat perhatian meskipun sudah beberapa kali berjalan bersama Keira.

“Aku malu nih jalan disamping kamu. Selalu jadi pusat perhatian Kei. Ditambah sekarang kita akrab sama Dimas jadi di liatin gitu sama fans-fans nya.”

“Kamu malu jalan sama aku?” Tanya Keira seraya merangkul Indi.

“Bukannya keinginan kamu Ndi buat akrab sama Dimas? Harus nya kamu jangan malu, tapi seneng dong.”

“Uh, iya iya.” Jawab Indi seraya melepaskan rangkulan Keira dipundaknya.

Love FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang