Pernyataan

87 3 0
                                    

Hari ini Indi berangkat ke sekolah lebih pagi dari biasa nya karena dirinya harus mempersiapkan materi untuk ulangan matematika nanti. Indi sudah membawa catatan yang diberikan oleh Dimas saat belajar di rumah Keira kemarin. Indi sudah bertekad untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dari sebelumnya.

Indi berjalan menuju ke kelasnya. Tidak disangka, di dalam kelasnya sudah terdapat Keira yang sedang membaca buku. Indi pun langsung menghampiri sahabatnya tersebut.

“Hei Kei. Kamu lagi belajar untuk ulangan ya?”

Keira menoleh ke arah sumber suara tersebut.

“Eh, iya nih Ndi. Aku masih mengulang-ulang materi yang belum jelas.”

Indi duduk di sebelah Keira dan meletakkan tas  nya di atas bangku. Kemudian, Indi mengeluarkan catatan nya dan mempelajari nya.

“Oh ya Ndi. Soal cerita kamu semalem, aku minta maaf ya nggak dengerin sampai selesai. Soalnya aku dipanggil sama mama ku.” Ujar Keira seraya tersenyum kepada Indi.

“Ndak masalah kok Kei. Aku juga faham kok.”

“Baguslah, selamat ya Indi.” Ujar Keira sambil memeluk sahabatnya tersebut.

Indi tersenyum hangat dan melepaskan pelukan Keira.

“Selamat untuk apa Kei?”

“Ya karna kamu udah semakin deket sama Dimas. Bahkan udah sampe melakukan hal semacam itu Ndi. Pasti sebentar lagi kalian bakalan jadian nih. Aku nggak sabar melihatnya.”

“Aku kelepasan Kei tiba-tiba ingin cium Dimas. Kira-kira Dimas marah ndak ya sama aku?”

“Kamu udah tanya sama Dimas?”

“Belum sih. Aku ndak berani chat dia.”

“Yaudah nggak apa-apa kok. Aku faham kamu pasti canggung banget kan? Dimas pasti nggak marah sama kamu. Aku rasa dia orang yang baik.”

“Amin ya Kei. Menurut kamu Dimas suka sama aku ndak ya?”

“Hmm kalau itu aku nggak bisa menilai Ndi. Tapi aku berharap Dimas juga punya perasaan yang sama dengan kamu ya. Nanti traktir aku ya kalau kalian jadian.”

“Semoga begitu ya Kei. Pasti lah kamu adalah orang pertama yang aku beritahu begitu ada perkembangan antara aku dan Dimas.”

Keira tersenyum kepada Indi dan kemudian dirinya melanjutkan belajarnya. Hati Keira terasa sangat sakit saat mengatakan hal tersebut kepada Indi. Keira harus mengorbankan perasaan demi sahabat yang sangat di sayanginya.

-------

Sepulang sekolah, Dimas menghampiri ke kelas Keira dan Indi. Namun yang dijumpai oleh Dimas hanya lah Indi tanpa ada Keira di sebelahnya.

“Indi, kamu lihat Keira?” Tanya Dimas.

“Ndak Dim, tadi Keira pulang duluan karena mau pergi sama mama nya. Ada apa emangnya?”

“Oh ndak ada apa-apa kok. Aku tadinya mau ajak kalian untuk lihat pertandingan semi final. Sekolah kita kali ini dapet lawan SMA Harapan. Tapi karena ndak ada  Keira, jadi yaudah kamu aja yang ikut yuk. Jadi suporter ku.”

Indi mengangguk dan kemudian mengikuti langkah Dimas keluar kelas. Ternyata, suporter Dimas sudah banyak berkumpul. Indi hampir saja lupa, bahwa Dimas adalah laki-laki yang memiliki banyak fangirl nya. Banyak anak perempuan yang membawa poster foto Dimas, ada juga yang membawa kata-kata “Semangat Dimas, we love you~”. Padahal yang ingin bertanding bukan hanya Dimas seorang diri, melainkan tim bola sekolah.

Love FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang