Broken

84 2 0
                                    

Sehabis menangis semalam, mata Indi jadi terlihat sembap. Meskipun sudah menggunakan krim penutup kantung mata, bengkak mata Indi masih tetap terlihat. Namun biar bagaimanapun, Indi harus tetap berangkat ke sekolah karena tidak mau jika Keira sampai datang kerumahnya. Indi merasa harus menghindari Keira, karena setiap melihat sahabatnya itu, hati Indi kembali terasa sakit.

Indi mengerti bahwa Keira sangatlah sempurna, tidak seperti dirinya yang biasa saja. Sebenarnya untuk ukuran orang Jawa, Indi bisa dibilang sangat manis. Hanya saja jika dibandingkan dengan Keira tentu sangatlah jauh. Indi perempuan asli Jawa, sedangkan Keira blasteran. Jika mereka berjalan beriringan saja sudah sangat terlihat perbedaan fisiknya.

Dimas tentu saja akan memilih Keira. Laki-laki sesempurna Dimas memang sangat cocok dengan perempuan seperti Keira. Dimas yang tampan, manis, pintar, tinggi, pandai bermain bola, sepadan dengan Keira yang cantik, tinggi, mancung, bibir tipis, baik dan juga mereka berdua sama-sama punya banyak fans. Indi baru tersadar kalau selama ini dirinya sering menjadi perantara dari para fans Keira yang ingin memberikan sesuatu untuk sahabatnya.

“Indi, pagi-pagi udah ngelamun aja.” Ujar Keira membuyarkan lamunan Keira.

Indi tidak menggubris ucapan Keira. Bahkan, menoleh pun tidak dia lakukan. Indi benar-benar ingin menghindari dua sahabatnya itu.

“Indi, kamu sakit? Kok diem aja?” Tanya Keira lagi.

“Indi, jawab dong. Kamu kenapa?” Tanya Keira seraya mengguncang-guncangkan badan Indi.

Indi melepaskan tangan Keira di punggung nya dan berlalu meninggalkan Keira di kelas. Keira terkejut dengan sikap sahabatnya barusan. Keira tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan sahabatnya. Tidak biasanya Indi bersikap seperti ini.

Keira mengikuti Indi keluar kelas. Keira menduga kalau sahabatnya sedang mengalami masalah sehingga menghindarinya. Keira benar-benar ingin bisa membantu Indi apapun itu masalahnya. Indi duduk dibangku yang terletak di depan kelas. Keira pun ikut duduk di sebelahnya.

‘Duh, Keira ngapain ngikutin aku sih.’ Gumam Indi dalam hati.

“Ndi...” Keira merangkul sahabatnya itu. “Kamu kalau ada masalah jangan sungkan-sungkan buat cerita sama aku. Jangan sendirian kayak gini. Aku janji akan bantu kamu apapun masalahmu.”

Indi menunduk. Tidak menjawab ucapan Keira barusan.

‘Jelas-jelas masalahnya tuh ada di kamu. Bagaimana mungkin kamu bisa bantu aku Kei.’ Indi kembali berbicara dalam hatinya.

“Indi?” Keira memanggil nama nya.

Indi melepaskan tangan Keira di bahu nya, “Aku lagi ndak pengen ngomong sama kamu Kei. Bisa ndak kamu tinggalin aku sendiri? Aku terganggu sama kehadiranmu sekarang.”

Keira tercengang mendengar perkataan Indi. Terganggu? Apakah Keira sudah mengganggu sahabatnya? Keira merasakan sakit dihatinya setelah mendengar ucapan Indi. Apakah Keira benar-benar tidak berguna sebagai sahabat sampai sahabatnya merasa terganggu dengan kehadirannya.

“Baiklah Ndi. Kalau memang aku mengganggu kamu, aku akan pergi. Tapi kalau kamu butuh bantuan, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungiku ya. Aku tunggu kalau kamu sudah siap menceritakan masalahmu Ndi.”

Indi tidak menjawab pernyataan Keira. Keira pun berlalu meninggalkan Indi sendirian disana. Keira bergegas menuju ke kelasnya. Keira menangis. Hatinya benar-benar terasa sangat sakit. Ikatan persahabatan antara mereka berdua sangatlah penting untuk Keira. Keira benar-benar ingin bisa ada disisi sahabatnya saat susah. Keira tidak bisa seperti ini. Dia benar-benar merasa kehilangan.

Sepanjang pelajaran, Indi selalu mendiamkan nya. Sesekali Indi berbicara dengan teman yang duduk didepan atau belakangnya, tapi tidak dengan Keira. Indi tidak pernah menjawab pertanyaan Keira, bahkan tersenyum pada nya pun tidak.

Saat pulang sekolah, Indi masih tetap mendiamkan dirinya. Keira hanya bisa bersabar melihat tingkah sahabatnya. Keira juga tidak lagi mengganggu Indi karena Indi yang memintanya untuk menjauhinya. Keira berfikir mungkinkah masalah yang dialami Indi berkaitan dengan dirinya. Untuk saat ini, Keira hanya akan mengamati sahabatnya tersebut sampai Indi merasa lebih baik. Mungkin benar, Indi membutuhkan waktu sendiri. Dia pasti ingin menetralkan fikirannya dan tidak ingin ditanya macam-macam.

Di sisi lain, Indi sebenarnya merasa bersalah dengan sikapnya kepada Keira. Pasti Keira sangat sedih karena diperlakukan seperti itu oleh dirinya. Tapi Indi masih belum siap untuk menghadapi Keira. Jika berbicara dengan sahabatnya, Indi merasakan hatinya sangat sakit. Keira memang tidak bersalah, tapi Keira sudah membuat laki-laki yang dicintai oleh Indi jatuh hati kepadanya.

Indi membuka album foto yang tergeletak dikamarnya. Sejak semalam, Indi belum membereskan tumpukan foto-foto tersebut. Isi dari album tersebut adalah koleksi foto Indi dengan Keira dan Dimas. Ada foto saat mereka di pameran foto Dimas, saat makan siang bersama, saat belajar dirumah Keira, saat pulang bersama, bahkan saat Dimas bermain bola kemarin. Semua memori tersebut masih terekam dengan baik dalam ingatan Indi.

Indi baru menyadari bahwa selama ini tatapan mata Dimas tidak pernah tertuju ke arahnya. Indi sempat melihat beberapa kali saat Dimas diam-diam menatap Keira, tapi bodohnya Indi tidak menyadari tatapan tersebut. Indi kembali menangis menyesali perasaan buta nya. Beberapa sikap Dimas yang baik kepadanya hanyalah sikapnya yang seperti biasa. Tidak ada yang spesial, Indi nya saja yang terlalu berharap lebih.

Handphone Indi tiba-tiba berdering, ada pesan masuk. Ah, dari Dimas.

‘Indi, kamu dimana? Lihat Keira ndak?’

Keira lagi. Keira lagi. Indi juga baru tersadar bahwa Dimas selalu mencari Keira, bukan mencari dirinya. Indi benar-benar merasa sangat kesal. Indi mengabaikan pesan tersebut, dan mematikan handphone nya. Indi mendengarkan lagu-lagu favoritnya dan kemudian tertidur.

Love FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang