Sahabat vs Cinta

75 2 0
                                    

“Maksud kamu?”

Dimas meraih tangan Keira, kemudian menciumnya. Keira hanya bisa terdiam melihat nya.

“Maukah kamu jadi pacarku Kei?”

Keira terkejut. Kemudian, Keira menarik tangannya dari genggaman Dimas. Keira memalingkan muka nya dari hadapan Dimas. Jantungnya berdetak tidak karuan, antara senang atau sedih. Keira tidak menyangka akan berada di posisi seperti ini. Baginya, Indi tetaplah prioritasnya. Dia tidak mungkin mengkhianati sahabatnya meskipun hubungan mereka saat ini sedang tidak sehat.

“Maaf Kei kalau aku terlalu cepat mengatakan hal ini sama kamu. Tapi aku akan siap menunggu kamu Kei.”

“Nggak Dim. Aku nggak bisa.”

Dimas terdiam sejenak. Ini adalah pertama kali baginya untuk menyatakan perasaan ke seorang perempuan. Selama ini, dirinya tidak pernah merasakan jatuh cinta pada siapapun dan selalu menolak cinta yang datang kepadanya. Dan juga, ini pertama kalinya dia merasakan sakitnya ditolak cintanya.

“Aku ndak maksa kok Kei. Kalau emang ini keputusan kamu, aku terima. Mungkin aku emang bukan orang tepat buat kamu.”

Keira tidak menjawab ucapan Dimas barusan. Keira masih memikirkan tindakan yang seharusnya ia lakukan. Disatu sisi, inilah hal yang sangat membahagiakan untuknya karena perasaannya berbalas dan tidak bertepuk sebelah tangan. Namun disisi lain, hatinya teriris jika teringat akan perasaan sahabatnya yang mencintai Dimas. Keira benar-benar harus memutuskan pilihan yang sangat sulit. Cinta memang bisa membuatnya bahagia, apalagi jika cinta pertama di hidupnya. Tetapi, persahabatan jauh lebih penting untuknya. Tanpa sahabat, kehidupannya tidaklah bermakna.

“Kenapa kamu diam Kei?”

“Aku minta maaf Dim.”

“Kamu ndak perlu minta maaf Keira.” Dimas menyibak rambut yang menutupi wajah Keira. “Aku ndak marah kok. Perasaan kan memang ndak bisa dipaksakan. Kalau memang kamu ndak punya perasaan sama aku, ndak mungkin kan kalau aku maksain kamu buat jadi pacarku?”

“Semua ini kulakukan demi Indi. Demi persahabatan kita.”

“Maksud kamu?”

“Asal kamu tahu Dim, sejak awal kita berkenalan, tujuan ku cuma satu. Yaitu Indi.”

“Aku masih ndak ngerti sama maksudmu Kei.”

“Dari dulu, Indi sudah tergila-gila denganmu Dim. Dia benar-benar menyukaimu. Apa kamu menyadari itu Dim?”

Dimas berusaha mengingat kenangan antara mereka. Selama ini, Dimas hanya terfokus pada Keira tanpa memperhatikan Indi. Dia baru tersadar kalau Indi sering menatapnya diam-diam, sering mencari perhatian kepadanya, namun Dimas memperlakukan Indi selayaknya seorang sahabat. Tidak lebih.

“Jujur, begitu tau aku berkenalan denganmu, Indi sangat bahagia mendengarnya. Aku pun sudah bertekad untuk memperkenalkan kalian berdua. Aku juga sangat ingin kalian berdua bisa bersatu. Aku nggak mau jadi perusak kebahagiaan Indi, Dim.”

“Kei, kamu ndak seharusnya berkorban seperti itu pada sahabatmu. Jangan pernah berkorban perasaan demi siapapun. Meskipun dia sahabatmu.”

“Nggak Dim. Bagiku, Indi adalah segalanya. Kamu memang sahabatku juga Dim. Tapi, Indi terasa sangat spesial di hidupku. Dia adalah sahabatku yang tersayang. Aku nggak mungkin melukainya.”

“Sebenernya, ada sesuatu yang udah terjadi di antara kami Kei.”

Keira langsung menatap Dimas tajam. “Sesuatu apa Dim?”

“Aku harap kamu ndak marah setelah mendengarnya.”

Keira memegang pundak Dimas dan mencengkeramnya. “Apapun itu, cepat katakan Dim. Jangan ada yang disembunyikan diantara kita.”

“Waktu itu, saat pertandingan penyisihan sepakbola sekolah kita, kamu udah pulang duluan karna ada urusan. Aku mengajak Indi untuk menonton pertandingan itu. Lalu kemudian, setelah pertandingan Indi mengajak ku makan sambil ada hal yang ingin dikatakan olehnya.”

“Terus Indi bilang apa sama kamu?”

“Indi belum sempat mengatakan apapun, tapi aku yang sudah mengatakannya duluan.”

“Kamu bilang apa sama dia Dim?”

“Aku cerita sama Indi kalau aku mencintaimu, Keira. Aku bener-bener ndak tahu kalau ternyata Indi menyukaiku. Jadi ya kufikir, karna kita bersahabat, maka aku berbagi cerita dengannya. Lagipula, dia satu-satunya teman yang benar-benar dekat denganmu. Dan sejak saat itu, sikapnya mulai berubah kepadaku.”

Keira bangkit dari tempat duduknya dan berlari meninggalkan Dimas. Tangan Keira ditahan oleh Dimas sehingga Keira tidak bisa berlari. Terdengar isakan tangis dari dirinya.
Dimas menghampiri Keira dan kemudian memeluknya. Keira berusaha melepaskan pelukan Dimas namun tidak berdaya. Dimas terlalu kuat memeluknya. Keira hanya bisa memukul dada Dimas yang bidang.

“Aku minta maaf, aku ndak tahu kalau kejadiannya akan seperti ini. Aku juga ndak bisa menyalahkan hatiku yang sudah terlanjur jatuh cinta kepadamu Kei. Aku mengerti kondisi kamu saat ini. Tapi ku mohon, jangan membenciku.”

“Hiks, kamu jahat Dim. Kamu tega. Gara-gara kamu sekarang hubungan aku sama Indi jadi kacau. Aku nggak mau kaya gini Dim. Lebih baik kita sahabatan lagi kaya dulu bertiga. Hiks.”

Di sisi lain, Indi sedang memperhatikan kedua sahabatnya yang sedang berpelukan di kolam renang. Indi ikut menitikkan air matanya begitu melihat pengorbanan sahabatnya hanya demi dirinya. Indi percaya Keira tidak akan mengkhianatinya. Indi pun pergi meninggalkan rumah Keira dan meninggalkan hadiah untuk Keira di pintu masuk rumah Keira.

Love FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang