Birthday Invitation

73 3 0
                                    

“Sayang, Ulangtahun kamu mau di rayakan dimana?” Tanya Mama saat makan malam dengan Keira.

“Emangnya boleh Mah kalau Keira undang teman-teman kerumah?” Tanya Keira.

Papa Keira menyahut, “Tentu saja boleh sayang, lagian juga udah lama banget ya kamu nggak pernah merayakan ulang tahun. Bentrok terus sih sama jadwal Papa.”

“Asyiikkk! Makasih Mah, Pah.” Keira memeluk kedua orangtuanya.

Keira pun langsung menyelesaikan makan malam nya dan bergegas  menuju ke kamarnya. Dirinya langsung menyiapkan undangan ulangtahun yang akan dibagikan kepada teman-temannya di sekolah. Keira merasa sangat senang, sudah lama sekali dirinya tidak pernah merayakan hari ulang tahunnya. Keira ingin sekali bercerita pada Indi, tapi Keira yakin Indi pasti tidak akan mengangkat teleponnya. Sudah dua hari ini Indi mendiamkannya dan selalu mengabaikan pesan darinya.

Keesokan harinya, Keira sudah tiba di sekolah lebih awal dari biasanya. Keira pun langsung membagikan undangan pesta ulang tahunnya ke beberapa teman-teman dekatnya di sekolah. Seluruh teman-teman Keira pun menyanggupi untuk hadir ke pesta ulang tahunnya. Namun Keira merasa ada yang kurang, yaitu Indi. Keira pun bergegas mencari Indi keluar kelas dan menemukannya sedang duduk di pinggir lapangan sambil membaca buku.

“Baca buku apa Ndi?” Tanya Keira sambil duduk di sebelah Indi.

Indi terdiam sejenak dan menoleh ke arah Keira. Tanpa menjawab pertanyaan Keira, Indi kembali melanjutkan membaca bukunya.

“Emm, okey mungkin aku ganggu kamu disini. Tapi aku nggak bermaksud untuk ganggu kamu kok. Aku cuma mau kasih ini. Aku harap kamu bisa dateng ya Ndi.” Ujar Keira seraya meletakkan undangan pesta ulang tahunnya di sebelah Indi.

Keira kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan Indi. Indi menatap Keira yang sudah berlalu meninggalkannya, dan kemudian mengambil undangan yang di letakkan disebelahnya. Indi membuka undangan tersebut dan membacanya.

Dear Indi sahabatku tersayang,

Aku membuatkan undangan ini spesial khusus buat kamu.
Sebentar lagi aku ulangtahun Ndi, sebelumnya aku udah
lama nggak pernah merayakan ulangtahunku.
Aku harap kamu bisa datang ya.

Tempat : Dirumahku
Waktu : 19.00 s/d selesai
Dresscode : Hitam Putih

Salam sayang,
Keira

Indi terenyuh membaca undangan dari sahabatnya tersebut. Tanpa sadar, dirinya meneteskan air mata. Indi merasa bersalah dengan sikapnya kepada Keira. Tapi untuk saat ini, dia memang belum mampu menghadapi kenyataan pahit bahwa Dimas mencintai Keira.

Kemudian, Indi meremas kertas undangan tersebut dan membuangnya kedalam tempat sampah disebelahnya.

“Apa yang kamu buang Ndi?”
Indi terkejut. Dia segala menoleh ke arah suara yang tak asing lagi ditelinganya.

“Kenapa Ndi? Kamu nangis?”

Ya, benar. Indi tidak salah mendengarnya. Itu adalah suara dari orang yang selama ini sangat ingin di hindarinya. Hati Indi terasa lebih sakit jika bertemu dengannya.

Indi masih terdiam. Dia lalu mengusap air matanya dan membereskan tempat yang telah ia duduki. Kemudian, Indi hendak meninggalkan nya namun tangannya di tahan oleh orang tersebut.

“Tunggu, jangan pergi. Kamu belum jawab pertanyaanku.”

“Lepasin Dim. Aku lagi ndak pengen bicara sama siapapun.” Indi berusaha melepaskan tangannya.

Dimas tetap menggenggam tangan Indi dan menahannya pergi. Tentu saja Indi tidak bisa melawan tenaga Dimas yang lebih kuat darinya.

“Kamu kenapa akhir-akhir ini selalu menghindariku sejak terakhir pertandingan waktu itu? Kamu ada masalah? Kalau ada, jangan sungkan-sungkan untuk cerita sama aku. Kita ini sahabat kan?”

Deg. Jantung Indi semakin terasa sakit begitu mendengar perkataan Dimas yang mengatakan “Kita ini sahabat kan?” . Tanpa perlu dijelaskan, Indi sudah memahami bahwa hubungan mereka memang hanya sebatas seorang sahabat. Tidak lebih dari itu.

“Cukup Dim. Aku ingin sendiri.”

Dimas pun melepaskan genggamannya dan membiarkan Indi berlari meninggalkannya. Dimas masih tidak mengerti dengan perubahan sikap Indi. Dimas pun bertekad untuk menanyakan nya kepada Keira pada saat jam istirahat nanti.

Indi tiba di kelas dalam keadaan menangis. Keira tak kuasa melihatnya. Ingin sekali dirinya menghibur sahabatnya tersebut. Beberapa teman dekat Indi pun menghampirinya dan menghiburnya. Keira merasakan hatinya seperti teriris. Harusnya dirinya lah yang berada didekat sahabatnya itu, bukan orang lain.

Jam istirahat. Keira menatap Indi yang masih terdiam dengan matanya yang sembap. Keira masih tidak mengerti seberat apa masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu. Keira masih heran mengapa Indi tidak mau bercerita kepadanya, mungkinkah masalah tersebut berkaitan dengan dirinya. Jika memang berkaitan dengan dirinya, Keira merasa sangat bersalah karena telah melukai perasaan sahabat yang sangat ia sayang.

Keira berjalan keluar kelas, menuju ke arah kelas Dimas. Keira hendak memberikan undangan pesta ulang tahunnya kepada Dimas. Dari semua teman yang di undang, tersisa Dimas yang belum di undang karena letak kelas yang berjauhan dengannya.
Belum sampai di kelas Dimas, Keira sudah berpapasan dengan laki-laki tersebut di koridor sekolah.

“Keira.” Dimas memanggil Keira.

“Hai Dim, kebetulan kita ketemu. Aku mau kasih ini ke kamu.” Jawab Keira seraya menyerahkan undangan pesta ulang tahunnya.

“Apa ini?”

“Itu undangan pesta ulang tahunku. Jangan lupa datang ya.”

“Pasti Kei.” Jawab Dimas seraya mengusap rambut Keira dengan lembut.

Keira tersenyum.

“Mau makan bareng?” Tanya Dimas.

Keira mengangguk dan berjalan menuju ke kantin sekolah. Dimas pun mengikuti langkah Keira di sampingnya. Mereka duduk di tempat duduk yang terletak dipojok kantin untuk menghindari tatapan fans masing-masing. Seperti biasa, Keira memesan bakso favoritnya.

“Kamu makan bakso lagi Kei?” Tanya Dimas begitu melihat Keira menuangkan sambal dan saus ke mangkuk baksonya.

“Iya dong. Kamu makan apa Dim?”

“Aku pesen ketoprak tadi. Nah, panjang umur ketopraknya dateng.”

“Yuk, selamat makan.”

Keira kemudian menyantap baksonya dengan lahap. Keira teringat saat masa-masa indahnya dulu. Biasanya, mereka selalu makan bertiga dan bersenda gurau bersama. Namun kali ini, hanya tersisa Keira dan Dimas. Keira benar-benar merasa kehilangan salah satu sahabatnya.

“Kamu kenapa Kei kok kelihatan murung?”

“Nggak apa-apa kok Dim.” Keira tersenyum.

“Indi akhir-akhir ini agak berubah ya Kei. Kamu merasa ndak?”

“Mungkin Indi lagi ada masalah Dim. Aku juga didiamkan sama dia beberapa hari ini. Dia juga nggak pernah bales pesan aku.”

“Aku juga merasa dia menghindariku. Tadi aku lihat dia nangis dipinggir lapangan. Pas aku samperin dan tanya kenapa, dia malah bilang kalau dia lagi ingin sendiri.”

“Kita beri waktu untuk dia aja Dim. Siapa tahu emang dia lagi pengen sendiri. Jangan dipaksa. Kalau dipaksa nanti dia akan marah Dim.”

“Iya Keira.” Dimas tersenyum manis ke arah Keira.

Love FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang