Jangan pingsan dong!

1.4K 68 0
                                    

Tringgggg... triiiiingggggg...triingggg...
Bel berbunyi 3 kali, itu merupakan pertanda bahwa upacara bendera akan segera dimulai.

Suara teriakan pembina upacara di ujung lapangan, dengan toa yang memekikkan suara nyaringnya, membuat para siswa terpaksa mengangkat kaki untuk bergegas menuju lapangan.

Kintan tidak suka upacara, teman-temannya juga. Siapa sih yang suka upacara bendera dengan tetap berdiri dibawan terik matahari pagi? Apalagi jika pembina upacara melafalkan
pidato.....
oh bukan, bukan pidato, tetapi dongeng, yaa.. dongeng panjang yang membuat siapa saja yang dengar pasti bosan.

"Yaelah., kenapa sih mesti cerah hari ini? Gue males banget upacara sumpah-_-" keluh Tessa.

"Ya gue juga males tes, apalagi yang jadi pembinanya si minion, duh diatuh kalo ngomong ya, udah gajelas, gapake koma, panjang lagi.. " seru Akbar.

"Yaudahlah kita ikutin aja, namanya juga upacara" ucap mala menasehati kita. Kintan hanya senyum kecil, matanya masih memandang jauh ke arah pintu kelas, dia belum melihat batang hidung Naya.

Tak lama upacara dimulai, seluruh ketua kelas menyiapkan barisannya masing-masing. Naya datang, ia pun memasuki lapangan dengan agak berlari kecil, untungnya pembina upacara masih mengizinkan ia untuk ikut upacara, kalo tidak dia bisa saja dihukum karena terlambat.

Naya memasuki barisan, dan berdiri tepat di belakang Kintan. Kintan menengok ke arah belakang, mengetahui itu naya dia sudah cukup lega, yang ia cari sudah ada disini..

Pagi ini matahari sangat menyengat, entah karena cuaca yang terlalu cerah, atau memang kintan yang tak suka berdiri lama dibawah terik ini.

Kini giliran sang pembina upacara berpidato. Ternyata yang dikatakan akbar benar, ia berpidato seperti sedang berkampanye, sangat panjang dan tidak jelas arahnya kemana. Panjangnya pidato itu membuat para siswa terpaksa lebih lama berada dibawah terik ini.

"Aduhh gue pusing nih.. masih lama gak sih? Gue gak kuatt.." tiba-tiba naya mengeluh sambil terus memegangi kepalanya. Kintan yang mengetahui itu mencoba menenangkan Naya.

"Lo sakit? Belom sarapan ya? Sabar ya.. bentar lagi juga selesai kok, atau gak lo ke uks aja ya kalo gakuat" kata Kintan sambil mengusap punggung Naya.

"Gak usah ke uks, nanti ngerepotin, soalnya gue udah puuuuu........" belum sempat Naya menyelesaikan kata-katanya ia terjatuh, Kintan yang awalnya hendak menangkap tubuh temannya malah ikut terjatuh karena naya lebih berat darinya.

Siswa lain panik melihat Naya pingsan, namun mereka tidak bisa membawa naya jika hanya seorang saja. Hal itu dikarenakan tubuh Naya yang memikik postur berisi atau sedikit gemuk.

Salah seorang guru muda menghampiri, ia segera menggendong naya dan membawanya ke uks.

Di dalam uks....

Kintan masih panik dengan keadaan Naya, wajah Naya memucat, keringat dingin keluar dari pelipisnya.

"Dia sakit apa tan? Kok tiba-tiba pingsan?" Tanya Akbar penasaran.

"Ya mana gue tau bar, kalo gue tau dia punya penyakit gabakal gue izinin dia ikut upacara!" seru kintan sambil terus mengusapkan handuk ke pelipis Naya yang semakin banjir dengan keringat dinginnya.

Tak lama naya mulai membuka mata, ia terlihat sangat lemah, wajahnya yang putih bersih semakin menjadi pucat pasi. Ia mencoba bangkit dari posisi berbaringnya. Kintan membantu naya, begitupun Akbar.

"Nay, lo gapapa kan? Sebenernya lo sakit apasih? Masih ada yang sakit gak?" Tanya kintan panik.

"Gue udah gapapa kok, maaf ya jadi ngerepotin kalian. Sebenernya gue punya penyakit  maag  yang udah kronis, bahkan dirumah pun kalo telat sarapan, sering sakit perut dan ujung-ujungnya gue gak sadarkan diri" Naya mulai menceritakan penderitaannya selama ini.

"Bukannya nyokap lo kerja ya? Terus kalo lo pingsan dirumah, siapa yang bantuin dong?" Tanya Akbar antusias.

"Kadang kalo siang, ada orang suruhan nyokap yang bantu-bantu buat nyetrika dan nyuci baju di rumah gue, jadi pas gue pingsan, dia biasanya yang gendong gue ke kamar" lanjut Naya.

Kintan cukup prihatin dengan keadaan temannya itu. Tapi, Kintan masih merasa ini bukan awal yang baik jika Naya baru masuk beberapa hari saja sudah pingsan seperti ini, apalagi nanti, apa dia akan kuat dengan sistem pembelajaran di sekolah ini yang begitu ketat?.

Sepertinya waktu ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya dan mencari tahu lebih lanjut tentang penyakit temannya itu.

Setelah Naya sadar, ia berkata bahwa dirinya hanya ingin beristirahat di rumah. Lalu Akbar meminta izin kepada guru piket untuk mengantar Naya pulang.

Sepulangnya Akbar dari rumah Naya, ia pun kembali ke sekolah....

Di sekolah ia menemui Kintan dan ingin menceritakan hal yang terjadi saat mengantar Naya pulang.

"Tan.. sini dulu deh, gue mau cerita, soal Naya!" Panggil akbar pada Kintan...

Akbar menemukan keganjalan pada Naya, dan akbar pun mulai menceritakannya pada Kintan.....

Jangan lupa vote dan comment..
Terimakasih^^
Salam
Penulis

My Idiot Senior High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang