Heartbeat

507 23 3
                                    

Tap..tap..tap.....
Suara langkah kaki yang semakin cepat.. semakin cepat...
Jalan di depannya masih jauh, ia harus menyebrangi jalan raya, melewati gang, memasuki area perumahan hingga tiba di depan pagar hitam besar nan kokoh yang telah tertutup rapat.

Kintan melihat jam tangannya lagi.
Pukul 07.00....
Bola matanya membesar melihat arah jarum jam tangannya.
Keringat bercucuran, ia mulai gelisah, gerbang sekolah telah ditutup.

Tak lama si Babe (panggilan untuk satpam di sekolahnya) datang. Menanyakan kenapa ia bisa datang terlambat, padahal hari itu hari senin. Upacara bendera telah dimulai.

Akhirnya melalui perdebatan singkat, Kintan diizinkan masuk ke dalam, ternyata ia tidak sendirian,  ada beberapa orang siswa lain yang juga datang terlambat.

Mereka digiring masuk menuju lapangan. Diatur membentuk suatu barisan, bukan barisan di kelas masing-masing, melainkan barisan di deretan terbelakang di luar barisan para siswa. Barisan untuk para siswa yang terlambat.

Semua yang ada di lapangan melihat ke arah mereka, tak terkecuali teman-temannya Kintan. Teman-teman kintan khawatir hukuman apa yang akan diberikan pada siswa yang terlambat kali ini.

Upacara telah usai, barisan dibubarkan, kecuali barisan terbelakang. Guru kesiswaan memberi aba-aba, seperti biasanya,  siswa yang terlambat akan diberikan sanksi.

" bagi kalian yang terlambat, saya tau kalau kalian telat karena banyak alasan. Ketiduran lah, kesianganlah, apapun itu harus ada sanksinya!" Dengan tegas guru kesiswaan itu memberi ocehan.

Diberikanlah sanksi bahwa para siswa tidak disiplin itu harus lari sebanyak 10 putaran. Mengelilingi lapangan olahraga yang luasnya kurang lebih 500 meter itu. Mereka yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas dalam-dalam.

7.... 8.... 9.... 10....
" akhirnya kelar juga 10 putaraannn. Dasar guru kurang kerjaan! Pagi-pagi disuruh lari apa banget deh... ish.. " keluh Kintan. Setelah menyelesaikan hukumannya ia lantas berjalan ke arah kelas. Namun, kelas terlihat ramai dari kejauhan.
" ada apa lagi nihh..?" Kintan bertanya tanya.

Dari dalam kelas sesorang memanggil nama Kintan.
"Tannnn... cepetan sini.. Naya pingsan lagiiii...!!" Ternyata itu suara eki. Kintan kaget, lagi-lagi Naya membuat semua orang kesusahan.

"Eh Naya kenapa lagi?? Ayok bawa ke uks, gue beresin tas dia sambil ngabarin nyokap nya yaa..." jawab Kintan sambil berlari ke dalam kelas dan mengambil tas Naya.

Kintan menghubungi orang tua Naya. Rasanya belum sempat ia melepaskan rasa lelah menjalani hukuman tadi, Naya sudah kumat lagi. Demi temannya, Kintan melupakan rasa lelahnya itu.

Seperti biasanya, ia mengurusi Naya hingga sadar. Membiarkan temannya yang lain kembali ke kelas dan melanjutkan pelajaran. Rasanya Kintan perlu membicarakan soal keluarga Naya kepada wali kelasnya.

Tak terasa, waktu istirahat telah tiba, Ibu kandung Naya menjemputnya di sekolah. Naya lantas diantar pulang dan Kintan kembali ke kelas. Hal ini sudah jadi hal biasa yang Kintan alami sejak bertemu dengan teman sebangkunya itu.

Istirahat kali ini ia hanya ingin beristirahat dikelasnya. Belum sampai di kelas seseorang memanggilnya. " Kintann... sini kamu..!!" Ternyata itu suara pak Jarwo, guru kimia yang terkenal sangat disiplin dan tegas. " aduhhh.. apalagi  ini yaa tuhannn... "  ucap Kintan dalam hati.

" ada apa pak? Bapak memanggil saya?" Tanya Kintan sembari menghampiri pak Jarwo. "Saya perhatikan akhir-akhir ini kamu jadi jarang masuk kelas karena sibuk mengurusi anak baru yang penyakitan itu ya?" Ucap pak Jarwo tegas. Kintan hanya terdiam, dia bingung harus merespon dengan apa ucapan gurunya itu.

"Saya tidak mau hanya karena anak baru itu nilai kamu jadi berpengaruh ya!. Biarkan saja dia yang sakit-sakitan itu. Sudah tau punya penyakit, tapi tidak menjaga kesehatan..!" Ocehan pedas keluar dari mulut guru super disiplin itu. Kintan hanya menganggukan kepala. Setelah selesai dengan ocehan-ocehan, Kintan kembali menuju ruang kelasnya.

Sepulang sekolah...

"Akhirnyaa bisa nyentuh kasur jugaaaaa... huaaa" Kintan berbaring lelah. Tiba-tiba...
Kruuukk...kruukkk... suara perut kintan yang berbunyi..
Ia lupa bahwa sejak di sekolah tadi ia tidak membeli makanan apapun. Wajar jika cacing-cacing perutnya berteriak kelaparan.

Brumm...brum...
Kintan menyalakan sepeda motornya. Ia pergi ke sebuah cafe tidak jauh dari rumah untuk membeli makanan kesukaannya.

Setibanya di cafe.....

Suasana cafe terasa berbeda sore ini.. kali ini cafe ramai pengunjung. Tak biasanya. Kintan memilih duduk di dekat jendela besar sambil melihat pemandangan di luarnya.

Dari sudut lain ada orang yang asyik memerhatikan Kintan sambil sesekali memotretnya. Kintan tak menyadari hal itu. Orang itu terlihat sangat puas melihatnya dari jauh.

Berlanjut......

My Idiot Senior High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang