Chapter 1

17.1K 753 39
                                    


-

Apa yang lebih membahagiakan selain punya pacar yang setia, pengertian, selalu ada untukmu dan sangat mencintaimu. Coba kalian beritahu apa yang lebih membahagiakan selain itu? Dan apakah kalian memiliki kekasih yang seperti itu? Bagaimana rasanya? Aku yakin kalian akan berpikiran sama dengan pemuda ini. Bahagia. Itulah yang dia rasakan. Tentu kalian juga merasakan hal yang sama. Apalagi dalam percintaan kaum gay. Sangat susah mendapatkan seorang kekasih yang seperti itu. Dan pemuda ini mendapatkannya. Ya, dia mendapatkan seorang kekasih yang sangat mencintainya, juga setia.

Sebut saja namanya Revie Christian Alexan. Kalian boleh memanggilnya, Revie. Saat ini dia tengah menunggu sang kekasih yang beda kampus dengannya. Revie duduk pada sebuah bangku yang terletak tak jauh dari gerbang kampusnya. Mahasiswa kedokteran itu begitu asyik memainkan ponsel pintarnya. Membaca sebuah cerita dari penulis favoritnya. Jika sudah membaca karya dari penulis favoritnya itu, Revie takkan peduli lagi dengan orang-orang di sekitarnya. Hingga sebuah tangan mengelus punggungnya dengan nakal, membuatnya kaget dan hampir menjatuhkan ponsel kesayangannya ke tanah. Dengan cepat dia menolehkan kepala ke samping untuk melihat siapa yang mengagetkannya, dan dia menemukan sosok pemuda yang sudah hampir dua puluh menit ditunggunya. Pemuda di sampingnya itu tersenyum sambil menangkupkan kedua telapak tangannya dan memasang wajah memohon maaf yang dibuat seimut mungkin agar sang kekasih memaafkannya. Namun ekspresi dari pemuda itu sukses membuat Revie tertawa. Lalu memukul pelan bahunya.

"Kamu gak cocok berekspresi seperti itu, tau gak?" komentar Revie, sambil memperbaiki duduknya. Pemuda itu memanyunkan bibirnya, kemudian tersenyum menatap wajah bersih Revie.

"Aku lagi cemburu, tau," kata pemuda itu merajuk.

"Hah! Kamu cemburu sama siapa? Aku gak ada dekat-dekat dengan cowok lain, kok," jelas Revie panik. Takut pemuda di sampingnya itu salah paham. Dalam pikirannya sudah membayangkan hal-hal negatif seperti, pemuda itu marah dan akhirnya mereka bertengkar. Tapi kenyataannya, pemuda itu malah tertawa melihat tingkah sang pacar yang suka panikan.

"Sayang.. aku cemburu sama ini," ujarnya sambil mengambil dan mengangkat ponsel Revie ke hadapan wajahnya. Namun hal itu malah membuat Revie bingung, kenapa pacarnya ini bisa cemburu dengan ponselnya.

"Kok kamu cemburu sama ponselku?" tanya Revie dengan wajah polos.

Pria itu mencubit pipi pacarnya itu gemas, lalu menjelaskan perihal kenapa dia cemburu.

"Aku cemburu, karena tiap kali kamu membaca cerita si Cupu ini, kamu pasti bakal lupa sama orang-orang di sekitarmu, termasuk aku," terang pemuda itu sambil menunjuk layar ponsel Revie yang masih menyala dan menampilkan foto profil penulis favoritnya. Revie memanyunkan bibir dan merebut ponsel yang dipegang pemuda itu.

"Radit sayang... yang di foto ini bukan dia. Dia gak cupu tauk," protes Revie kepada pacarnya yang dipanggil, Radit. Sementara Radit hanya tersenyum mendengar protesan sang pacar.

"Sekarang sudah sore. Kita langsung pulang?" mendengar pertanyaan Radit, Revie segera menggelengkan kepalanya.

"Karena seorang Raditya Adam sudah membuatku menunggu lama. Jadi dia harus mentraktirku makan," jawab Revie sambil menepuk-nepuk perut datarnya. Radit bangkit dari duduknya, berdiri di hadapan Revie.

"Dengan senang hati, My Lord," katanya sambil membungkuk layaknya seorang pelayan istana. Revie tersenyum lebar melihat tingkah Radit. Ikut berdiri, diapun merangkul pundak Radit, berjalan meninggalkan kampus yang selalu didatanginya setiap hari.

Namun tanpa mereka sadari, seseorang memandang kepergian mereka dengan tatapan penuh kemarahan dan meremas buku yang dipegangnya dengan kuat. Dia sudah dari tadi memperhatikan Revie, semenjak pemuda itu mendudukan pantatnya pada bangku yang ditempatinya tadi.

"Aku akan memilikimu," ujarnya dingin, masih terus memandang kepergian Revie yang sudah masuk ke dalam mobil Radit.

Setalah mobil Radit menghilang dari pandangannya. Pemuda itu berjalan melangkahkan kakinya ke arah mobilnya yang terletak di parkiran tidak jauh dari tempat dia berdiri sekarang. Sambil menuju parkiran, pikirannya sibuk mengatur rencana untuk mendapatkan Revie.

***

Revie dan Radit memasuki sebuah restoran yang bernuansa cozy. Beruntung restoran yang mereka datangi tidak begitu ramai, jadi mereka bisa memilih tempat yang tidak terlalu mencolok.

Mereka begitu menikmati menu yang kini terhidang di hadapan mereka. Sifat Radit yang penuh perhatian menjadikan sosok yang selalu dibangga-banggakan Revie kepada penulis favoritnya. Seperti sekarang ini, Radit tidak segan-segan melap sudut bibir Revie yang suka berlepotan jika makan makanan berkuah atau saus. Diperlakukan seperti itu membuat Revie merasa begitu dicintai oleh kekasih yang sudah dua tahun berhubungan dengannya. Tapi acara makan mereka jadi terganggu karena kehadiran seorang gadis yang tiba-tiba berdiri di depan meja mereka.

"Revie sayang, aku kangen sama kamu." Gadis itu membungkukkan badannya dan memeluk Revie yang sudah menghentikan makannya sejenak.

"Hai Mir, apa kabar?" tanya Revie membalas pelukan gadis yang dipanggil Mira itu.

"Aku baik. Dan dari yang kulihat, kelihatannya kamu juga baik," balas Mira yang sudah melepas pelukannya, "Boleh aku bergabung dengan kalian?" tanyanya, memandang mereka bergantian.

"Oh boleh," jawab Revie tanpa meminta persetujuan dari Radit karena Revie tahu, Radit tidak akan melarang teman SMAnya ini makan bareng dengan mereka. Gadis cantik itu juga teman satu kampus Radit, jadi mereka sudah saling mengenal satu sama lain.

Mira mendudukan dirinya pada salah satu kursi dan memesan menu kepada pelayan restoran. Sambil menunggu pesanannya datang, Mira membuka obrolan dengan menanyakan tentang hubungan Radit dan Revie. Gadis itu begitu antusias mendengar cerita Revie tentang Radit.

"Oh ya, pacarmu gimana kabarnya, Mir?" tanya Revie setelah berhenti bercerita.

"Dia, kabarnya baik kok. Tar malam kami mau ngerayaiin anniversary hubungan kami yang udah satu tahun," balas Mira dengan ceria. Mira melirik Radit yang dibalas dengan senyuman lembut kepadanya.

"Wah selamat ya, Mir," ujar Revie ikut senang melihat aura kebahagiaan di wajah temannya itu.

"Makasih, Rev," balas Mira senang. Mereka membicarakan banyak hal tentang kuliah, serta liburan setelah UAS nanti.

..

Revie menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Perasaannya begitu bahagia karena hubungannya dengan Radit semakin romantis. Mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana, Revie membuka aplikasi wattpad di ponsel tersebut. Kembali melanjutkan cerita yang tadi belum selesai dibacanya. Dia tersenyum-senyum sendiri membaca cerita dari penulis favoritnya itu sambil membayangkan kalau dia dan Radit yang menjadi tokoh dalam cerita tersebut. Selesai membaca, tak lupa dia memberikan vote dan komentar. Dia juga mengirimkan sebuah pesan untuk sang penulis.

[** **, lagi apa?]

[Lagi ngetik, Re.]

[Aku ganggu dong.]

[Gak kok. Dikit lagi juga selesai.]

[Buat next chapt ya?]

[Iya. Btw gimana kencanmu hari ini, Rere?] Revie tersenyum membaca balasan dari pemilik akun 'i am_**' tersebut.

[Hehehe, kamu tahu aja aku habis pulang kencan,] balasnya dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya, walaupun sang penulis tidak dapat melihatnya, [Hari ini kami kencan ke tempat pertama kali dia nyatain cintanya padaku. Dia juga ngasih aku sesuatu.]

Revie menceritakan kebahagiaannya hari ini kepada penulis favoritnya itu. Betapa dia sangat mencintai kekasihnya dan berharap selalu bersama dengannya.

Sementara di tempat lain seorang pemuda terlihat sangat serius mengerjakan sesuatu di laptopnya. Sesekali dia tersenyum di depan laptop tersebut. Tidak lama dia mematikannya, kemudian beralih ke ponsel pintarnya. Membuka galeri foto, dan terseyum ketika melihat foto seseorang yang sangat ingin dimilikinya.

"Sebentar lagi kau akan menjadi milikku. Aku akan membuatmu berpisah dengan pria itu." Pemuda tersebut mengelus wajah yang ada di dalam ponselnya. Menatapnya penuh damba, kemudian menciumnya sebelum dia menutup mata menuju alam mimpi, berharap bertemu dengan sang pujaan hati.

-

Obsession..? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang