Jihee's POV
Dengan mata yang masih tertutup rapat, aku mencari - cari benda laknat yang telah mengganggu tidur ku yang berharga ini.
Ah, dapat.
Aku mematikan jam beker ku. Ya, itulah benda laknat yang ku maksud.
Hal pertama yang harus dilakukan setelah bangun tidur adalah, mengecek ponselku.
Dengan mata yang masih belum sepenuhnya terbuka, aku samar - samar melihat ada pesan masuk yang belum ku baca.
Chimm💖 : jangan marah lagi, ne? goodnight, saranghae❤️
Sungguh, bibirku ini rasanya tidak bisa berhenti tersenyum. Dia memang selalu tahu cara membuatku terbang.
Karena terlalu lama memikirkan kekasih ku itu, aku jadi lupa waktu.
"Omo! Aku hampir telat!" pekikku.
Dengan kecepatan super, aku bersiap - siap dan segera berlari menuju halte.
"Kau tidak sarapan dulu?" teriak eomma
"Tidak perlu. Aku berangkat dulu, ne?"
Sarapan tidak penting bagiku sekarang, yang terpenting adalah bagaimana cara agar aku bisa sampai sekolah dengan cepat.
Sial. Kenapa bus lama sekali, huh? Biasanya tidak pernah selama ini.
Tiba - tiba sebuah mobil yang sangat ku kenali berhenti tepat di depanku.
"Ya! Kenapa kau disini? Cepat masuk" ucap sang pemilik mobil, siapa lagi kalau bukan kekasihku Park Jimin.
Tanpa pikir panjang, aku langsung masuk kedalam mobilnya.
"Kau memang benar - benar penyelamatku Jimin-ah, entah bagaimana nasibku jika kau tidak datang. Aku pasti sudah telat, karena bus sialan itu tidak-"
Jimin memotong ucapanku, "Shh, dasar cerewet"
"Aku kan hanya berterimakasih padamu"
"Tapi tidak perlu sepanjang itu,"
"Lagian siapa suruh kau berangkat sendiri dengan bus? Bukannya aku sudah bilang kalau aku akan menjemputmu?"
"Kapan kau bilang begitu?"
"Ya! Kau tidak mengecek ponselmu, huh?"
Dengan segera, aku mengecek ponselku dan benar ada pesan masuk.
Park Jimin : Jangan kemana - mana, aku akan menjemputmu. Arasseo?
Aku tersenyum lalu tertawa kecil padanya, "hehehe,"
"mian Jimin-ah"
"Aish, kau ini" ucapnya seraya mengacak - acak rambutku.
Aku biarkan dia mengacak - acak rambutku. Aku sudah lelah menegur nya untuk berhenti melakukan itu, namun percuma.
"Kajja" ucap Jimin seraya menggenggam tanganku dengan santainya.
Dengan secepat kilat aku menarik tanganku dari genggaman nya, "Ya!"
YOU ARE READING
different ways ;pjm
Fanfiction[COMPLETED] Entah Jihee bisa atau tidak melewati kenyataan pahit ini. Kenyataan yang selama ini tidak ia ketahui. Disaat semua begitu sempurna, kenyataan yang tidak terduga menghancurkan segalanya.