e

14 7 0
                                    

sebelumnya andini tidak pernh kesini selama andini sekolah disini.

Devan pun duduk disatu kursi kayu panjang andini pun duduk tepat samping devan.

Andini menikmati angin sepoi² membuat rambut yang digerainya terbang damai.

"Enak juga ya disini" kata andini.

Andini merasakan nyaman . Entah kenyamanan seperti apa
Kenyamanan berada di dekat devan atau tempat ini andini tidak mengerti rasanya aneh.

"Iya"
"Lo sering kesini ya dev"

Devan mengangguk.

"Gue boleh tanyak gak sama lo"
"Tentu"

Tatapan devan berpindah pada andini yang sebelumnya devan menatap lurus kedepan. Dia tau jika andini ingin bertanya penting padanya.

..

Andini mengumpulkan semua keberaniannya untuk menanyak suatu hal yang ia ingin tau sejak mereka pertama kali bertemu .

Mungkin sekarang andini sudaa terbiasa dengan sikap dingin devan.

"Dev napa sih lo kok diem aja, gak kayak temen lo rizal dino galih" tanya andini berharap mendapatkan jawaban yang pas baginya.

"Gue aneh ya" kata devan dengan senyum kecut nya.

Andini pun merasa tidak enak atas peetanyaan yang ia lontarkan pada devan, tapi bagaimana pun andini ingin tau kehidupan devan si cowok es yang membuat andini akhir² hari ini sangat aneh.

Andini bingung ingin menjawab apa, jika menjawab andini takut menyinggung perasaan nya.

"Lo mau gue ajarin basket" kata devan menghilangkan kecanggungan kami setelah pertanyaan andini.

"Bener"
"Iya"

......

Asal kalian tau aku sangat menyayangi rumah ku ini

aku sudah meninggal kan lama dan kembali hanya beberapa hari .

Sekarang aku harus pergi lagi dari tempat beribu kenangan ku sejak kecil hingga sekarang ini.

Andini membereskan semua barang² miliknya yang tertata rapi dikamar pink nya.

"Sayang sudah siap" tanya bunda membuka pintu kamar andini.

"Iya bun"

'Ya hari ini aku harus pindah meninggalkan rumah ini , disebabkan karena rumah yang akan aku tempati lebih memadahi begitu lah kata bunda , meski pun rumah baru kami tidak jauh dari rumah ini aku sangat sedih karena kenangan ku disini tak akan bisa tergantikan'

Abang danil pun mengangkat koper perkoper untuk dimasukkan dalam mobil.

Andini terdiam melihat yang dilakukan abang nya dengan membawa satu boneka yang di berikan kakek andini saat kecil.

"Dek kenapa sih cemberut mulu" tanya bunda

"Dini gak mau pindah bun" andini memohon.

"Sayang rumah disana lebih bermanfaat, juga dekat sama sekolah kamu dek, perusahaan papa juga sayang" jelas bunda

Andini pun mengangguk mengerti.

"Bunda dini cepat masuk" teriak papa melambaikan tangannya pada kami.

"Ayo papa kamu sudah manggil tuh"

Disepanjang jalan aku sangat bosan ditambah dengan nyanyian abang danil yang dipastikan membuat telinga ini pecah.

"Abang diem" kata andini membungkan mulut abangnya,

Andini sudah tidaak tahan lagi dengan suara melengking milik abangnya yang hanya membuat telinga sakit, andini tidak peduli jika akan dimarahi kedua orang tua nya membungkan mulut abangnya.

"Napa sih"
"Diem" kata andini menyilangkan kedua tanganya.

"Kan enak dek"
"Lebih enak kalok abang diem" kata andini memalingkan pandangannya pada jalanan.

Abang danil pun terdiam aku menoleh dia sedang fokus main ponsel, syukurlah.

"Udah sampai" kata papa menghilangkan lamunan ku.

Rumahnya mewah besar bercat coklat pagar hitam taman bunga garasi itu yang ku tau saat aku pertama kali sampai halaman depan rumah baru ku.

"Dani kopernya kamu bawak ke dalem"

Aku pun membantu abang danil, kasian mengangkat sendiri dengan papa karena koper ku lah yang paling banyak.

"Dek ada cowok ganteng tuh" kata bang danil saat aku menambil 1 koper ku yang tersisa dalam bagasi, aku pun menoleh seperti apa kata bang danil.

Deg! Kenapa dia ada dirumah itu, apa jangan² itu rumahnya?

Ya yang kulihat adalah cowok es sedang memakirkan mobilnya . Aku melihat nya dengan jelas karena rumah ku bersebelah.an

Dia nampak terburu² masuk rumah dan tak lupa dengan ponsel berada di telinga nya dan berbicara pada seseorang entah lah siapa aku tak bisa mendengarnya.

Aku pun masuk tak lupa membawa koper terakhir ku, lalu aku membawa barang² pada kamar ku yang terletak di lantai 2 .

Kamar pink sangat pas dengan favorit ku bunda memang yang terbaik selalu tau apa yang kusuka

Satu per satu ku letakkan barang milikku pada kamar baruku dan tanpa sengaja aku melihat nya tepat Depan teras kamar ku.

oh tidak benar bukan itu adalah rumah devan, aku menjadi terangganya namun kenapa aku harus bersampingan tempat tidur ku denga nnya

Membuat ku ingin tau seorang devan.

...

POV devan.

"Lo tunggu situ"

"..."

"Ya, gue ambil berkas dulu dirumah"

"...."

"Yak ok"

Devan pun memasuki kediaman rumah nya yang sunyi hanya ada bi imah pembantu devan sejak dia kecil.

"Nak devan sudah pulang" sapa bibi melihat devan berjalan sangat terburu².

"Iya bi ambil berkas devan" jawab devan tanpa melihat bi imah.

Ya devan sudah menganggap bi imah sebagai ibu devan, devan sangat menghormati bi imah, devan sendiri yang ingin bi imah menganggapnya anak nya begitu pun devan menganggap bi imah seorang ibu.

Setelah kejadian kecelakaan anak satu²nya bu imah , marisa yang juga sudah dianggap devan sebagai adik perempuannya. Devan begitu sangat sedih semua orang yang ia sayang i telah meninggalkannya begitu pun dengan mama devan yang lebih dulu meninggalkan nya kesurga.

Marisa gadis yang polos yang selalu di manja oleh devan, namun marisa telah meninggal , devan sangat sedih tidak ada yang digoda nya sejak itu lah kediaman devan menjadi, meski pun ada sisil mereka berdua berbeda rumah dan saat itu sisil sangat kecil.

Bi imah adalah seorang janda , Bi imah dan marisa tinggal dirumah devan sejak devan kecil, bi imah yang tidak punya rumah harta dan uang di keras nya dunia sekarang mama devan amelia menyuruh bi imah untuk tinggal dengannya namun bi imah menolak dan bi imah menerima tempat tinggal itu asalkan bi imah kerja disitu sebagai pembantu, dengan terpaksa amelia mama devan menerima keputusam yang dibuat bi imah yang sangat mulia.

Sejak itu devan si kecil hanya mempunyai teman perempuan marisa adik perempuannya yang kini telah meninggalkan nya.

Setelah kehadiran sisil adik kandung devan, devan sangat takut jika akan ditinggal oleh orang yang dia sayang i untuk ke tiga kalinya karena hanya sisil sekrang yang di miliki devan.

Papa devan?

Salam hangat
.
.
.
.
.
.
.
30-12-16

Jangan lupa vote&komen
Terima kasih masih mau ngikutin cerita si devan dan andini

See you. :*
.
.
.
.

One Heart(PENDING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang