#14

1.2K 80 0
                                    

***

"Tell me! Gimana rasanya jadi kamu? Bisa lari secepat kilat. Dan, loncat kemana aja bisa" Quinn membuka pertanyaan yang sedikit menggelitik.

Devian terkekeh.

"Ih, jangan ketawa!"

Devian membiarkan gadis itu bersandar pada dadanya yang bidang.

"Gak ada hal yang lebih indah selain bisa sedeket ini sama kamu," jawab Devian.

Jawaban yang berhasil membuat Quinn tersenyum lebar. Menyembulkan pipi meronanya.

"Modus."

Devian terkekeh.

Cahaya matahari di ufuk barat yang siap tenggelam, berhasil menciptakan suasana romantis diantara keduanya.

Quinn membenarkan posisi duduknya. Berhadapan dengan Devian.

Ia menatap laki-laki itu dengan tatapan teduhnya. Membuat Devian tenggelam dala pekatnya iris mata yang Quinn punya.

"Aku suka mata kamu."

Quinn berdenyit. "Kenapa?"

"Teduh. Tatapannya bikin nyaman. Dan, bikin gak bisa berpaling."

Quinn tersipu.

"Sejak pertama kali aku liat. Tatapan itu gak pernah berubah," lanjut Devian.

"Pertama kali?"

Devian mengangguk. Ia menyelipkan beberapa helai rambut Quinn yang mulai menutupi wajah.

"Pertama kali ketemu kan kita gak sedeket ini jaraknya."

Devian terkekeh kecil. "Aku bisa liat kamu dengan jelas meski dalam radius seribu kilometer pun."

Devian menyapu pipi gadis itu dengan tangannya. Dan, Quinn menikmati setiap sentuhan yang ia terima. Membiarkan Devian terus bermain di wajahnya.

Dengan perlahan, mendekatkan wajah keduanya.

Sampai, hidung dan dahi keduanya menempel antara satu dengan yang lainnya.

Devian berhasil menutup hari menjelang malam dengan sebuah sore yang manis dan tidak dapat terlupakan.

Membuat Quinn selalu ingin berada disampingnya. Menikmati sentuhan dingin kulitnya. Namun, tetap dapat memberikan sebuah pelukkan hangat untuknya.

Shadow HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang