#21

1K 50 0
                                    

           

*** 

Devian menghancurkan sebuah kaca yang ada di ruang kamarnya. Membuat tangannya terlihat meneteskan darah.

Tidak ada yang dapat dilakukan keempat saudaranya, selain hanya melihat Devian menyalurkan emosinya.

"Dev," lirih Shamus.

Rahang Devian mengeras, pikirannya benar-benar sedang tidak jernih sekarang.

"Kita gak harus melakukan itu. Kita pasti bisa cari cara lain untuk nyelametin Evelyn," lanjut Shamus, berusaha menenangkan adiknya.

"Tenang aja, dia udah jadi bagian dari keluarga kita," sambung Denaya.

"Kita gak akan melukai dia," Aaric, sang Kakak tertua ikut angkat bicara.

Lain dengan Kakak-kakaknya, Jeslyn tidak ikut angkat bicara. Ia hanya diam. Terlihat buliran airmata itu turun di pipinya. Saat ini, terlihat sangat jelas kalau ia mengkhawatirkan keadaan Evelyn.

Bukan berarti keempat Kakaknya tidak mengkhawatirkan kembarannya, hanya saja mereka lebih tenang untuk menangani masalah seperti ini.

"Kita cari jalan keluarnya, Dev."

Tak lama, ponsel Devian berdering.

Tertera satu nama di layar.

Vania's calling...

-

Di tempat yang berbeda, Quinn dan Sena menghabiskan separuh waktu mereka untuk saling melepas rindu.

"Waktu itu lo menghilang gak ada kabar, lo kemana?" tanya Quinn, sambil terus menghabiskan es yang ada di tangannya.

"Ke tempat, Mamah," jawab Sena yang jelas berbohong.

Quinn hanya mengangguk, lalu mulutnya membulat berbentuk huruf 'O'.

"Mamah apa kabar?"

"Dia baik. Dia juga nanyain lo kemarin." Sena memang pandai untuk berbohong, bahkan untuk menutupi perasaannya saat ini pun ia mampu. "Ceritan sama gue soal Devian."

Seketika, mata Quinn membulat. Senyum di bibirnya mengembang, ia terlihat begitu antusias mendengar nama kekasihnya disebut.

"Dia baik, seru, lucu. Ganteng lagi," Quinn terkekeh. "Dia selalu ngejagain gue dimanapun."

Bak luka yang terkena irisan jeruk nipis, luka di hati Sena kembali teriris. Namun. Ia harus menahannya.

"Nanti kalo dia udah pulang, gue kenalin ke dia," tutup Quinn dengan wajah sumringah.

Sena hanya menanggapi seadanya. Meski sebenarnya ia sudah tahu siapa Devian.

Beberapa menit kemudian, dari kejauhan terlihat mobil jazz berwarna hitam dengan plat nomer B 19 DG.

Sontak, Quinn terkejut. Sampai mobil itu berhenti tepat dihadapannya.

Matanya setengah terbuka, mulutnya sedikit menganga. Sena menoleh ke arah mobil yang terhenti tak jauh darinya.

Setelah bunyi mesin mobil itu mati, Devian turun. Seperti biasa, pesonanya yang luar biasa itu memancar. Tapi, tidak semua orang bisa melihatnya.

"Devian!" Quinn memekik, lalu berlari ke arah laki-laki yang sudah tersenyum ke arahnya.

Devian membalas pelukkan kekasihnya itu.

"Kok gak ngabarin kalo mau jemput?"

"Sengaja. Biar surprise."

Pipi gadis itu menyembul. Tersenyum malu.

"Oh iya, aku mau kenalin sahabat aku." Quinn menarik tangan Devian, untuk berdiri beberapa meter dari Sena. "Namanya Sena."

Devian dan Sena saling bersitatap. Namun, bukan tatapan yang ramah. Jelas itu tatapan layaknya dendam.

Jika tidak karena adanya Quinn, mungkin mereka sudah saling berusaha membunuh satu sama lain sekarang.

"Devian." Devian mengulurkan tangannya untuk berjabat.

Begitu pun Sena. "Sena."

Tatapan dingin Devian dan mata elang  milik Sena benar-benar membangkitkan amarah yang dimiliki keduanya.

Sena memicingkan matanya. Dan, Devian menyunggingkan senyum sinisnya.

Diantara amarah yang menggebu itu, Quinn tidak melihat adanya perubahan raut wajah diantara keduanya.

Ia tersenyum. Melihat keduanya saling berjabat tangan.

Sesaat setelahnya, Devian mengalihkan pandangannya pada Quinn. Lalu, mulai angkat bicara,"Aaric dan yang lainnya mau ketemu kamu. Nanti malam aku jemput, Quinn."

Quinn mengangguk dengan cepat.

Lain halnya dengan Sena. Ia tersentak kaget.

Dan, disana. Jauh beberapa meter dari ketiganya berdiri. Deamon memandangi dan mengawasi dari kejauhan. Akal liciknya mulai berfikir, terutama saat ia melihat Quinn diantara Sena dan Devian.

Jika saja tidak ada keduanya, mungkin saat ini Quinn berada dalam genggamannya.

Sepersekian detik kemudian, Deamon melesat. Pergi entah kemana.

Shadow HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang