see you at the first

2 0 0
                                    

Menjelang tahun baru banyak diskon yang diberikan toko-toko yang berjejer di mall milik keluargaku ini. Hari ini aku tidak akan bekerja dengan duduk di dalam ruangan kantor seperti biasanya. Aku ingin berbaur dengan mereka para penjual dan pembeli.

Dengan begitu aku juga bisa melihat langsung bagaimana kinerja para karyawan dan bagaimana ekspektasi konsumen terhadap pelayanan dan sesuatu yang mereka ingin beli.

"Hei, ini milikku. Aku sudah lama menginginkan benda ini."
"Enak saja kau! Aku yang pertama kali melihatnya! Jadi akulah yang akan memilikinya!"
"Aku akan membayar ini lebih tinggi dari harganya." Ku lihat dua orang ibu sedang memperebutkan sebuah tas di salah satu toko yang menjual tas wanita.

"Aku akan membayarnya lebih tinggi nanti!"
Aku mendengar lengkingan suara sang ibu yang satunya lagi seolah tak mau kalah. Astaga! Beginikah caranya jika orang-orang menginginkan suatu barang? Dengan tidak peduli tatapan orang-orang? Ke manakah rasa malu mereka? Eh, tunggu dulu. Mom juga suka sekali berbelanja. Tapi apakah beliau juga melakukan hal ini jika ingin memiliki sesuatu?? Ah, semoga saja tidak!

Aku pun lalu menghampiri mereka yang sedang berebutan.
"Ekhem. Maaf ibu-ibu. Apa ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku berusaha ramah. Meskipun sebenarnya aku paling anti melihat dua orang bertingkah aneh memperebutkan barang seperti mereka ini.

"Oh, ya. Mungkin kau sangat bisa membantu kami. Jika kau bisa menemukan tas yang sama satu lagi. Aku mungkin tak perlu berebutan dengan wanita ini." Ujar seorang ibu berbaju merah ketus sambil melirik tajam wanita berbaju hijau di sebelahnya.

"Eh, kau yang seharusnya di carikan yang lain. Aku yang pertama kali melihat tas ini. Jadi akulah yang akan membelinya!" Ujar si ibu berbaju hijau tak mau kalah. Sepertinya perang akan berlanjut ini...

Lalu seorang pramuniaga menghampiriku.
"Maaf Sir. Sebenarnya ini tas yang keberadaanya terbatas. Dibuat sedikit oleh produsennya. Di toko ini hanya tinggal satu. Dan di toko lain sudah tak tersedia lagi." Katanya mencoba menjelaskan.

"Oh begitu. Terimakasih penjelasannya." Kataku kemudian dia pergi menemui pelanggan lainnya sementara aku masih berdiri di tempatku menghadapi dua orang ibu yang nampaknya masih berapi-api.

"Ekhem... begini saja ya ibu-ibu, tolong jawab pertanyaan saya. Jadi siapa yang paling menginginkan tas ini? Tanyaku sembari meminta tas itu dari mereka yang sedang  berebut.

"Saya." Seru mereka bersamaan. Sudah ku duga.
"Kalau begitu bagaimana kalau salah seorang dari kalian yang membelinya dan yang lain saya berikan diskon dengan membayar harga yang sama untuk tas lain yang lebih mahal?"
"Maksudnya? Jika saya yang membeli tas ini lalu dia akan mendapat diskon untuk tas yang lain? Dengan harga yang sama? Walaupun tas itu harganya lebih mahal?" Tanya ibu berbaju merah.

"Yap. Benar. Jadi siapa yang mau mengalah? Saya rasa akan lebih baik jika kalian membeli sesuatu yang berbeda."
Ku lihat ibu berbaju hijau menghela napas.
"Baiklah. Biar saya yang mengalah. Tas itu untukmu. Biar aku yang mencari yang lain." Katanya pasrah. Sebenarnya aku kasihan. Tapi tak mungkin mereka akan berebut sampai avatar datang memisahkan mereka bukan?
Dan akhirnya merekapun mendapatkan apa yang aku janjikan. Dan pulang dengan hati senang.

Tentu saja ibu berbaju hijau tadi merasa senang bukan main ketika ku biarkan ia memilih sesuka hatinya tas mana yang dia inginkan dengan harga yang sama dengan tas yang ia perebutkan tadi.
Sementara ibu berbaju merah yang mendapatkan tas nya terlihat seperti seseorang yang baru memenangkan lotre.

Akupun keluar dari toko itu dan menuju toko yang lainnya. Sepertinya aku ingin ke toko roti sekarang. Tapi tatapanku kemudian tertuju pada sebuah toko bunga yang ada di lantai satu. Aku pun turun menggunakan eskalator. Aku mendekatinya. Namun tak begitu dekat. Dari sini aku bisa melihatnya dengan jelas. Seorang gadis berpenampilan sederhana namun tetap anggun. Parasnya cantik dengan rambut hitam panjang terurai indah. Aku melihatnya tersenyum. Oh astaga! Senyum terindah yang pernah ku lihat. Ketika aku ingin mendekatinya, dia tiba-tiba sudah tak ada di sana.

"Selamat pagi." Sapaku pada mereka yang terlihat sibuk menata bunga-bunga yang sepertinya baru sampai.

"Selamat pagi Sir." Sapa mereka bersamaan. Ada tiga pegawai di toko ini.
"Pagi-pagi begini sudah ada yang membeli bunga nampaknya?" Tanyaku berusaha wajar.
"Emm... oh, gadis yang tadi itu baru memesan saja. Katanya untuk dipakai besok." Kata salah seorang yang ku tahu namanya Bob.
"Apa dia sering kemari? Ku lihat dari jauh kalian terlihat akrab?"
"Iya Sir. Dia memang sering membeli bunga di sini. Terlebih yang menyewa toko ini katanya adalah sahabatnya." Ujarnya lagi.

Aku hanya ber 'oh' ria. Entah kenapa ada rasa senang yang berlebihan ketika mengetahui sahabat gadis itu yang menyewa toko ini. Sepertinya aku bisa mendapatkan informasi tentangnya dengan mudah.
"Nah, teruskan kerja kalian. Semoga hari ini lancar." Kataku mengakhiri percakapan dan melangkah meninggalkan toko bunga itu menuju ruanganku kembali.
"Baik Sir. Sama-sama."

Maaf kalau banyak typo. Selamat membaca

you are mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang