reuni

2 0 0
                                    

tak lama kemudian kami sampai di depan rumah Kareen. rumahnya terlihat sepi.
"ke mana orang rumah?" tanyaku kemudian.
"Dad dan Rhoan sedang keluar kota. dan bibi yang biasanya membantu membereskan rumah sudah pulang tadi sore."
"kalau begitu kau harus segera masuk. ini sudah malam. istirahatlah. besok ada banyak pekerjaan yang harus kau lakukan. aku juga punya satu permintaan yang harus kau turuti. tapi besok. tidak sekarang." aku berbicara panjang lebar tapi Reen nampaknya hanya terfokus pada satu kalimat terakhir.

"permintaan yang harus aku turuti?" tanyanya bingung.
"yap."
"memangnya kapan aku pernah tak menuruti kemauanmu tuan? aku selalu melakukan apapun tugas yang kau berikan dan pasti selesai dengan baik." katanya ketus.
"maka dari itu besok akan aku katakan padamu."
"baiklah. aku turun. terimakasih tumpangannya." sahutnya lagi kemudian turun dari mobil dan melambaikan tangannya. aku baru pergi setelah pintu gerbang rumahnya benar-benar di tutup.

***

Kareen POV
aku benar-benar kesal pada Brandon! ke mana dia semalam, bahkan sampai pagi ini pun tak memberi kabar padaku. di tambah Malvin yang membuatku penasaran. aahh...!! rasanya ingin marah saja! lalu tiba-tiba aku mendengar suara bel pintu rumah.

ternyata Brandon. baru aku akan menutup pintu, tapi kekuatan lelaki memang lebih kuat dari perempuan. aku tak bisa menahan lama-lama. ia pun masuk ke dalam.
aku memalingkan wajahku kemudian kembali sibuk dengan sarapanku yang belum selesai.

"aku minta maaf." kata Brandon kemudian.
aku masih tak menghiraukannya. benar-benar kesal ini belum hilang.
"aku ada rapat dadakan dan tak sempat mengabarimu. semuanya serba cepat dan tiba-tiba. pukul sepuluh baru selesai dan aku langsung pulang. awalnya aku ingin meneleponmu saat sudah sampai di rumah. tapi ternyata aku tertidur." dia menjelaskan panjang lebar dan aku hanya berkata...
"oh.."
lima detik berlalu dan dia masih menatap cemas padaku. menanti apa yang akan aku katakan. kemudian,
"miss, jemputan sudah datang." seorang maid memghampiriku. aku lalu bergegas tanpa mempedulikan Brandon. sedih rasanya seperti ini. tapi kali ini aku akan membiarkan egoku menang.

aku melihat Brandon mengejarku dan mencoba meraih lenganku.
"tolong dengarkan aku sayang... "
pintanya.
"aku yang harus kau dengarkan sayang! pergilah! berhenti mengejarku. atau jangan pernah mengabaikan janjimu! ini bukan yg pertama, kedua atau ketiga. entah sudah berapa kali kau mengabaikan janjimu padaku! dan aku benci itu!"
aku kemudian mempercepat langkahku menuju mobil. di luar Malvin sudah menungguku.

ya. dia meminta untuk menjemputku hari ini dan aku mengiyakannya.

dalam perjalanan ke kantor kami hanya diam. aku tak berniat sama sekali membuka percakapan.

"terim kasih." ucapku lalu turun dari mobil Malvin. aku bergegas naik ke tempatku dan mempersiapkan segala hal untuk hari ini.

pukul sepuluh Malvin memintaku membawakan laporan. ketika aku masuk ke ruangannya...
"kemarilah. duduk di sini." Malvin memanggilku lalu menepuk sofa yang ia duduki. aku menautkan alis. apa-apaan ini?

"jangan heran begitu. aku tidak akan macam-macam padamu. kalau kau tak ingin duduk di sebelahku kau bisa duduk di seberang. rileks saja. aku tahu mood mu sedang tak bagus."
ah, seperti bisa membaca pikiran saja. memang aku sedang tak ingin ribut atau berbasa-basi. fokusku pada pekerjaan harus yang utama saat ini daripada sekedar memikirkan Brandon.

setelah duduk mataku terfokus pada sebuah kotak di atas meja. aku lalu menghampiri kotak itu
"kalau bukan benda penting sebaiknya jangan letakkan di sini. terlihat tidak rapi. bagaimana kalau ada rekan bisnis mu yang datang dan mengomentarimu yang tidak rapi??"

aku lalu membungkuk berniat mengambil dan memindahkan kotak itu ke bagian pantry ruangan Malvin sebelum dia akhirnya mencegahku.

"memangnya kau tak ingin tahu apa isi kotak itu?" sergahnya.
aku mengernyitkan dahi
"memang kenapa aku harus tahu?"
"jadi kau benar-benar tak ingin tahu?"
"lalu?"
"bukalah. itu untukmu."

aku memandangi kotak itu dengan seksama. ada tulisan "Yovana" di atasnya. nama sebuah butik terkenal di kota ini. pemiliknya membuat dan menjual gaun-gaun indah. aku pernah melihatnya di koran.

"kau membeli ini untukku?" tanyaku sembari duduk kembali.
Malvin hanya mengangguk.

aku lalu mencoba membuka kotak itu dan terkejut melihat isinya.

"sebuah gaun?" tanyaku lagi.
"ya. gaun yang akan kau pakai untuk menemaniku ke acara reuni teman-teman SMA ku." aku ternganga. dan kembali melirik gaun yang kini ada di tanganku.

kenapa harus aku? bukankah dia akan bertemu dengan teman-teman lama nya yang pasti tak ku kenal? lalu jika mereka bertanya aku siapa, Malvin akan menjawab apa nanti? apa dia akan bilang kalau aku ini sekretarisnya?

seolah tahu apa yang aku pikirkan Malvin lalu mulai bicara.
"inilah permintaan yang ku katakan semalam. aku ingin kau menemaniku sabtu nanti ke acara reuni teman SMA. sebenarnya aku sendiri malas untuk datang. tapi Alex memaksaku. dan dia memintaku mengajak pasangan."

"lalu kenapa harus aku? memangnya kau tak punya teman perempuan yang bisa kau ajak pergi?" tanyaku sedikit ketus.

"kenapa? kau tidak mau menemaniku?" tanyanya balik.
"bukan begitu. maksudku, aku ini hanya sekretaris. dan..."
"tidak ada tapi. anggap saja ini perintah bos kepada anak buahnya. mengerti?"
Malvin memotong penbicaraanku begitu saja. sungguh aku tak ingin ikut dalam acara seperti itu. bagaimana kalau teman-teman Malvin akan mengira kalau aku pacarnya? aahh.....

"ya sudah. kembalilah ke tempatmu. bawa gaunmu dan gunakan hari minggu nanti."
tanpa bicara aku lalu bangkit dan bergegas keluar dari ruangannya.

dua bagian sekaligus.. sudah terlalu lama ku abaikan. selamat membaca!! jangan lupa vote nya yaa

you are mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang