surprise (?)

1 0 0
                                    

jantungku rasanya mencelos melihat pemandangan di hadapanku. bisa kau bayangkan saat kekasihmu diperkenalkan oleh wanita lain yang mengaku memilikinya?

Brandon pun terlihat hanya diam. dia terlihat sama terkejutnya denganku. tapi aku kemudian berusaha untuk menguasai diri. aku tak ingin membuat keributan di sini. Malvin akan malu nanti. walaupun air mataku rasanya tak bisa ku tahan lagi...

"dan perkenalkan semuanya. kekasihku, Brandon." Sabrina meraih jemari Brandon dan memegangnya dengan erat. sembari tersenyum penuh cinta pada lelaki itu.

"maaf. aku ke toilet sebentar ya." pamitku pada semuanya. aku tak tahan lagi. air mata ini tak bisa ku tahan untuk tidak ke luar.
alih-alih ke toilet aku justru pergi ke balkon samping ballroom. aku menemukan tempat yang sepi untukku sendiri.

benar-benar tak bisa ku percaya. tak pernah dia semudah ini mengijinkanku pergi dengan lelaki lain selain dia atau Rhoan. ternyata apa yang kulihat sekarang? dia menghianatiku. inikah alasannya sering mengabaikanku? tak menjemputku tepat waktu? dan tak lagi menanyakan 'lelaki mana yang mengganggumu hari ini?' ?

aku membiarkan air mataku mengalir tanpa henti. aku terlalu kecewa. terlalu sedih. sepertinya ini adalah akhir dari hubunganku dengannya.

Malvin POV

lama juga Kareen ke toilet. sementara yang lainnya asyik bercerita aku memilih untuk mencari Kareen. perasaanku tak enak. sepertinya telah terjadi sesuatu padanya.

ketika akan melewati balkon entah kenapa firasatku mengatakan kalau Kareen ada di sana.
dan benar saja. aku melihatnya di di sudut balkon yang agak melingkar tempatnya. aku mendekatinya yang ternyata sedang menangis.

"Kareen.." panggilku sekali. dia tidak menoleh. entah dia menyadari kehadiranku atau tidak.
"Kareen, apa yang terjadi? sedang apa kau di sini?" tanyaku lagi sembari berjalan lebih dekat. dia kemudian menoleh dan menunduk. akupun memegang kedua bahunya.

"apa yang terjadi? dan apa yang kau lakukan di sini?" dia lalu mengangkat wajahnya yang penuh air mata dan tiba-tiba menghambur ke pelukanku. tangisannya semakin keras. dan dengan refleks akupun mendekap tubuh mungilnya dan berusaha menenangkannya.
tak baik jika aku bertanya lagi. maka ku biarkan saja dia menangis untuk beberapa waktu.

beberapa menit kemudian tangisannya mereda.
"kita pulang saja ya. aku tak mengerti apa yang terjadi padamu. tapi sepertinya akan lebih baik jika kita pulang." kataku kemudian.

lama, dan tak ada jawaban. tapi tiba-tiba Kareen melepaskan pelukannya.
"aku akan membenahi penampilanku di toilet. kau kembalilah. nanti aku menyusul. jaga kursiku ya supaya tidak di duduki orang." sahutnya sembari berlalu meninggalkanku yang bingung dengan situasi yang kemudian terjadi.

baru beberapa menit yang lalu dia menangis kencang. dan sekarang bertingkah seolah tak terjadi apa-apa?

dia baik-baik saja bukan?

Kareen POV
"kita pulang saja ya. aku tak mengerti apa yang terjadi padamu. tapi sepertinya akan lebih baik jika kita pulang."
kalau di pikir-pikir mungkin sebaiknya aku pulang. berada di sini lebih lama sepertinya hanya akan membuatku semakin terluka. apalagi melihat kemesraan Sabrina kepada Brandon.

tapi tunggu! aku berpikir jika aku pergi berarti aku membiarkan Brandon menang! maksudku, dia telah menghianatiku dengan begitu mudah. tanpa ada rasa bersalah. lalu kenapa aku menjadi lemah?

aku bisa menghadapi ini. aku akan bertahan. ada Malvin di sini. dia pasti akan membantuku.

aku lalu melepaskan pelukanku pada Malvin. ya aku membutuhkan sandaran tadi. tapi sekarang aku harus menghadapinya. agar Brandon tahu kalau aku adalah wanita yang tegar. bukan karena aku tak cinta lagi padanya. tapi dia harus tahu kalau aku bukan wanita yang mudah terpuruk karena sebuah penghianatan!

"aku akan membenahi penampilanku di toilet. kau kembalilah. nanti aku menyusul. jaga kursiku ya supaya tidak di duduki orang." aku lalu bergegas ke toilet. merapikan rambut dan merias ulang wajahku. untung saja aku membawa peralatan rias wajah. mana tahu akan terjadi hal tak terduga seperti ini.

"aku pikir kamu sudah pulang." tanya Alex ketika aku sudah duduk kembali.
"mataku terkena air sabun ketika cuci tangan tadi. jadilah aku merias ulang wajahku." ujarku terpaksa berbohong. mana mungkin aku menceritakan yang sebenarnya.

"oh, pantas saja matamu terlihat merah." katanya lagi. aku hanya tersenyum.
"kau tak apa-apa?" tanya Malvin kemudian.
"aku baik-baik saja." sahutku.
"aku ambil makanan dulu ya." kataku pada Malvin kemudian.
"aku ikut ya. sepertinya aku juga lapar." Sabrina lalu berdiri dan tersenyum ke arahku. senyum yang manis. pikirku.
"baiklah" kataku lalu pergi menuju stand makanan.

"entah kenapa aku merasa senang bisa bertemu dan berkenalan denganmu. apakah kita bisa menjadi teman?" tanya Sabrina membuatku terhenyak. 'menjadi teman?' apa aku akan bisa? berteman dengan wanita yang menjadi selingkuhan pacarku?  tapi sepertinya niatnya tulus. apakah dia tahu kalau aku ini bahkan masih berstatus sebagai pacarnya Brandon? kami bahkan belum memutuskan hubungan.

"Kareen? kenapa melamun? apa kau tidak mau menjadi temanku?" Sabrina memgagetkanku. ia melambaikan tangannya di depan wajahku.

"eh, tidak. bukan begitu. tentu saja kita bisa berteman. aku bahkan tidak memiliki banyak teman perempuan." sahutku cepat.

"kalau begitu kita sama. aku juga tidak memiliki teman dekat seorang wanita. tapi aku merasa kita akan cocok. begitu juga saat aku melihat kau dengan Malvin. kalian nampak serasi. apa benar kalian ini hanya sebatas bos dan sekretaris?" tanyanya penasaran.

sebentar dia membicarakan pertemanan. lalu hubunganku dengan Malvin. apa-apaan dia ini??

"tentu saja Sabrina. kami sudah bekerja bersama cukup lama. di kantor kami adalah profesional antara bos dan karyawan. tapi di luar kami menjadi teman. walaupun begitu, jika ada saatnya dia akan marah atau aku bersalah dalam pekerjaanku maka dia tetap akan menegurku. bagaimanapun juga, pekerjaan adalah yg utama." jawabku tidak singkat tapi jelas. Sabrina hanya mengangguk.

saat kami kembali ke meja, aku terpaku pada seseorang yang telah duduk di kursiku. tepatnya di sebelah Malvin. aku hanya bisa berdiri di belakangnya dan memandangi orang-orang yang masih duduk di tempatnya tapi kini menatapku.

"Malvin!" panggil Sabrina kemudian. wajahnya yang cantik dan tersenyum manis tadi berubah menjadi seram dan mematikan saat dia memanggil Malvin.
lelaki itu lalu menoleh diikuti perempuan yang duduk di sebelahnya.

malvin memasang wajah aneh. seolah tak suka dengan situasi yang terjadi. aku tak tahu apa tapi aku merasa ada yang tidak benar dengan situasi di sini.

"hai Sabrina?" sapa wanita cantik di sebelah Malvin. siapa dia? batinku bertanya. aku menoleh Sabrina. dan seolah tahu maksudku, dia lalu memperkenalkan Stephanie kepadaku. ya. wanita yang duduk di sebelah Malvin. Stephanie namanya.

"kau siapa?" tantanya ketus padaku.
"kenalkan Ste. dia Kareen. Malvin yang mengajaknya kemari." sahut Sabrina dengan wajah tidak sukanya.

wanita itu berdiri.
"apakah kau kekasihnya Malvin?" tanyanya kemudian sembari menatapku dari atas ke bawah. aku merasa pandangannya seolah meremehkan.

"bukan. aku sekretarisnya." sahutku singkat.
"nah. kau sudah tahu sekarang. jadi bisakah kau pindah dari kursi itu? biarkan Kareen kembali duduk di sana." ujar Sabrina ketus.

"hei, aku bisa duduk di mana saja sesukaku. kau lupa siapa aku?" sahut Stephanie tak kalah ketus.
Malvin lalu bangkit. mencoba melerai perang mulut antara Stephanie dengan Sabrina. sementara aku mencoba menenangkan Sabrina, tiba-tiba dari arah depan muncul seseorang yang akhirnya menyelamatkan situasi.

you are mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang