Ini adalah hari terakhirku bekerja di sini. Karena mulai hari senin aku akan pindah ke kantor pusat.
Tahukah kalian beberapa hari belakangan ini aku hampir tidak bisa tidur karena akan teringat dengan sesuatu yang... yah cukup memalukan untuk menjadi alasanku tak bisa tidur.Tapi ya begitulah. Pelukan itu... selalu membuatku teringat dengan tingkah konyol Kareen. Mungkin karena hal itu juga ia kini lebih pendiam. Dia seolah sedikit menjauh dan berbicara seperlunya saja.
"Ada yang bisa saya bantu Sir?"
"Ada." Aku terdiam cukup lama. Membuatnya mengerutkan kening karena aku tak juga kunjung bicara."Emm... begini. Kau sudah makan siang?" Eh, kenapa aku jadi gugup begini? Bukankah seharusnya dia yang malu?
"Belum Sir. Mungkin sebentar lagi. Ada beberapa pekerjaan yang harus saya selesaikan. Memangnya ada apa?"
"Tidak ada. Saya hanya ingin mengajakmu makan siang bersama."
"Kalau begitu tunggulah lima belas menit lagi. Saya sudah membawa bekal sendiri. Untuk saya dan untuk anda juga." Katanya sumringah. Aku menaikkan satu alisku.
"Kau membawakan bekal makanan untukku?"
"Eh, i-iya. Untuk ucapan terimakasih karena saya tidak ditinggal oleh anda di sini.""Astaga... kau berlebihan. Ya sudah. Nanti jika pekerjaanmu sudah selesai maka datanglah kemari."
"Baik Sir."Kami sedang makan bersama di ruanganku. Ternyata masakan Reen sangat lezat. Aku bahkan merebut miliknya sedikit dari piringnya. Dan ekspresi cemberutnya membuatku ingin tertawa. Dia terlihat sangat manis. Eh, apa yang kupikirkan?
Hmmm... entahlah. Yang ku tahu adalah bahwa aku mulai merasakan bahagia saat ada di dekatnya.Saat sedang asyik berebut makanan tiba-tiba ponselnya berbunyi.
"Maaf. Aku harus menerima telepon. Aku permisi sebentar." Katanya dengan sopan dan akan beranjak dari sofa.
"Terima di sini saja." Kataku kemudian. Entah kenapa aku tak bisa membiarkannya pergi."Baiklah." Ia lalu agak bergeser sedikit dari tempat duduknya. Lalu mengangkat telepon yang sepertinya tak ingin berhenti berbunyi. Yang aku tahu nada dering ponselnya itu lagu berbahasa Korea. Ah, dasar wanita...
"Ya halo."
---
"Iya. Aku masih bekerja."
---
"Sebentar lagi. Pekerjaanku tinggal sedikit lagi. Hari ini aku akan pulang cepat."
---
"Benarkah? Baiklah. Sampai nanti." Reen lalu kembali ke tempatnya duduk.
"Maaf. Yang tadi itu kekasihku. Maaf kalau mengganggumu." Apa? Sopan sekali gadis ini. Dia bahkan meminta maaf hanya karena telah menerima telepon saat kami makan siang?"Tidak apa-apa. Jadi kau akan di jemput nanti?" Tanyaku kemudian.
"I-iya. Dia bilang akan datang jam dua nanti. Kita akan pulang lebih awal kan hari ini?"
"Tentu saja. Hari senin nanti kita akan pindah. Aku ingin kau beristirahat dulu sebelum itu. Jadi pulanglah lebih awal nanti."
"Apakah kau juga akan pulang awal?"
"Entahlah. Aku harus menyelesaikan beberapa hal dulu. Mungkin aku akan pulang belakangan."***
Ternyata pekerjaanku selesai lebih lambat. Ini gara-gara sistem pengiriman email yang mengalami gangguan. Jadilah pukul enam sore aku baru keluar dari kantor.
Beberapa orang masih ada yang bekerja. Beberapa mungkin sudah sampai di rumahnya. Tapi sepertinya tidak dengan seorang gadis yang sedang tertidur di sofa ruang tunggu depan lobi...
Itu Kareen! Aku melangkahkan kakiku lebih cepat menuju ke arahnya. Namun belum sampai di sana aku melihat seorang lelaki mendekati Reen dan membangunkannya.Reen tersenyum sangat manis setelah matanya menangkap sosok lelaki yang sedang membungkuk di hadapannya. Walau agak jauh dan berusaha tidak terlihat oleh mereka, namun aku masih bisa mendengar percakapan yang mereka lakukan.
"Maafkan aku sayang. Aku ternyata harus mengikuti rapat dadakan dan tidak sempat mengabarimu." Kata lelaki itu yang mungkin adalah kekasihnya.
"Kau sering kali terlambat tanpa pemberitahuan. Apakah saat akan berangkat kemari kau juga tak sempat menghubungiku?" Kareen terdengar ketus. Pasti dia sedang cemberut sekarang."Aku buru-buru. Akan lebih baik jika aku langsung datang menemuimu bukan? Mengambil ponsel, mencari kontak dan sebagainya juga bisa membuang waktu. Aku tak ingin membuatmu semakin lama menunggu."
Oh, manis sekali. Kata-katanya terdengar sangat meyakinkan jika aku adalah perempuan. Tapi entah mengapa aku sebagai lelaki dapat merasakan jika ada hal tidak beres dengan kekasih Reen ini. Dia terdengar seperti... tidak serius...Tapi sepertinya dia berhasil meyakinkan gadis itu.
"Baiklah. Kali ini kau ku maafkan. Tapi lain kali tolong hubungi aku. Agar aku tidak khawatir padamu.""Tentu sayang. Terima kasih. Kita pulang sekarang ya?"
"Baiklah."Mereka lalu beranjak dari lobi. Sekilas aku melihat wajah lelaki itu. Dan.... sepertinya aku mengenalnya. Tapi kenapa aku seolah tak suka melihat wajahnya itu?
Dan... perasaan apa ini?? Aku seperti merasa tak suka jika ada orang lain yang dekat dengan Kareen seperti itu. Aku merasa ada yang salah dengan hatiku nampaknya...
KAMU SEDANG MEMBACA
you are mine
Romancepertemuan yang tidak seharusnya, membawa mereka ke dalam jerat cinta yang tak seharusnya terjadi. meski sudah berusaha keras untuk melupakannya, namun semakin hari cinta itu semakin tumbuh. Dan ketika ia ingin meninggalkan segalanya tentang wanita i...