The Next Kiss - 01

24 4 1
                                    


         Pagi ini Kintan tak seperti biasanya. Ia bangun pagi-pagi sekali untuk jogging dan menghirup udara segar. Mengenakan tanktop pink dengan celana yang hanya menutupi setengah pahanya membuatnya terlihat begitu cantik. Di dukung dengan badannya yang indah dan rupanya yang tidak bosan untuk di lihat. Walaupun ia memiliki kulit coklat , tapi itu tidak mengurangi kecantikannya. Ia justru terlihat semakin menarik.

         Memang sudah sangat lama ia tak bersemangat seperti ini. Terakhir saat satu tahun yang lalu, saat sebelum putus dengan mantannya Kelvin. Mantannya berbeda dengannya yang merupakan orang pribumi. Kelvin adalah orang Tionghoa yang sudah lama tinggal di Jakarta. Tetapi bukan karena perbedaan itu yang membuatnya putus dengan Kelvin melainkan karena Kelvin memiliki sikap memaksa akan dirinya.

          Karena Kelvin, Kintan menjadi cewe yang agresif. Ntah bagaimana caranya hingga membuat gadis yang dulunya polos menjadi sangat agresif. Kelvin juga merupakan cinta pertama Kintan. Sehingga Kelvin membawa perubahan pada dirinya. Perubahan yang sangat besar. Baik itu perubahan baik maupun buruk.

           Minggu ini Kintan mulai berubah sedikit demi sedikit setelah keterpurukannya yang melanda jiwanya. Dia mulai banyak tersenyum dan terbuka terhadap orang yang ada di sekitarnya. Ia tidak lagi menjadi gadis pemurung yang selalu menyalahkan dirinya sendiri. Ia mulai menerima apa yang terjadi pada masa lalunya dan melanjutkan hidupnya.

           Tidak sendiri. Dia menikmati carfree day tidak sendirian. Jogging hanyalah cassing semata. Ada niat terselubung di dalam benaknya. Benar... Ia ingin menjadi pengganti Kelvin. Bukannya tidak mungkin, hal ini mungkin saja terjadi. Karena Jakarta dengan Carfree day adalah berkumpulnya manusia seperti lautan yang di hiasi dengan kebahagiaan. Mungkin saja ada salah satu jodoh Kintan yang terselip di sana. Dan kita tidak akan pernah tau itu.

           Bersamaan dengan selesainya Kintan memakaikan riasan tipis di wajahnya, ada klakson yang terus berbunyi di lantai dasar rumahnya. Dengan cepat ia memakai sepatu adidasnya yang juga berwarna pink dan berlari menuruni tangga rumahnya.

           Sesampai di depan rumah ia menemukan Keyla yang sudah menunggu di dalam mobilnya.

            "Udah jam berapa nih, lama amat lu" protes Keyla di balik pintu mobil.

              Ia tersenyum tipis dan langsung  berjalan memasuki mobil. "Maaf Key, karena ini yang pertama" Sesal Kintan dengan tulus.

                "Ah sudahlah Kin. Gue bercanda kok bilang itu ke lu" Jawabnya cepat sambil mengedipkan salah satu matanya kepada Kintan

               Lalu mereka tertawa bersama. Tampak ada kekompakkan diantara mereka berdua. Jelas saja, mereka sudah bersama sejak kecil. Keyla adalah salah satu orang yang ada di sisinya. Pentingnya Keyla bagi Kintan itu melebihi keluarganya. Bahkan ia sangat mengenal Keyla daripada orang tuanya. Karena di rumah yang besar itu ia hanya tinggal bersama kedua pembantunya sejak sedari kecil.  Orang tuanya terlalu sibuk untuk bertemu dengannya. Mungkin mereka bisa bertemu beberapa tahun sekali. Itupun hanya untu dua atau tiga hari. Orang tuanya sangat tergila-gila dengan uang. Mereka terus mencari uang dan tidak memikirkan Kintan sekarang yang sudah tumbuh menjadi remaja yang sangat pintar dan cantik.

               Namun Kintan tidak memikirkan soal itu, dia tidak menjadi orang yang pemalas akan belajar. Dia menghargai usaha kedua orang tuanya yang mencari uang demi dirinya. Dia tidak memusingkan hal ini dengan pemikiran yang selalu saja negatif. Dia menikmati hidupnya yang seperti sekarang karena dengan begitu ia tidak merasa kekurangan akan uang. Apapun bisa dia beli, tidak perlu menabung bersusah payah untuk mendapatkannya. Tetapi menghabiskan uang lagi-lagi bukan gayanya. Dia ingin tetap mempertahankan gayanya yang sederhana. Agar tidak mencolok di depan teman-temannya.

            Tint... Tint..

             Suara klakson membuyarkan lamunannya. Walaupun tidak semacet hari lain, tetap saja Jakarta masih di penuhi dengan kendaraan yang melintas.

              "Eh lu yakin ga sih?" Tanya Keyla yang sedang menatap jalan di depannya.

              "Bagaimana mungkin aku ga yakin. Hati-hati Key.." Jawab Keyla menunjuk motor yang sedang berusah menyelip di depan mereka

                 "Tenanglah.. Khawatirin aja diri lu sendiri  yang udah lama ke jebak galau. wkwk" Ejek Keyla lantang

                "Hey jangan gitu" Mendengus kesal sambil menyilakan tangan nya di perut.

                 Beberapa menit kemudian mereka sampai di taman kota. Ekspresi  di wajah Kintan berubah sangat cepat, tidak lagi cemberut seperti di perjalanan tadi. Bagaikan anak kecil yang sudah lama menantikan kebebasan.

                  Setelah memarkirkan mobil BMW hitam milik Keyla. Mereka turun dari mobil. Kintan berlari lalu melompat-lompat di depan Keyla. Ia sudah berlari sangat jauh meniggalkan Keyla, dan berbalik lagi mendekati Keyla lalu  memeluknya.

                Kintan mencubit kedua pipi Keyla hingga memerah. Keyla tidak tahu laapa yang membuat sahabatnya sebahagia itu, apakah itu hanya karena membawanya kesini? Ntahlah..

Keyla tidak bisa berpikir, Keyla hanya membiarkan Kintan mencubit pipinya terus.

                Dan mulai berjalann beriringan setelah kintan melepaskan cubitannya


The Next KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang