3. Syuting Bersama Ohm

1.3K 97 3
                                    

Syuting dimulai satu jam lagi. Karena sudah hampir siang, akhirnya aku mengajak Boom dan Ohm untuk makan di restoran di dekat hotel.

Sebenarnya kita sudah mendapat jatah makan siang di tempat syuting, tapi P'May menyuruhku untuk mengajak Ohm makan di luar. "Ohm kelihatannya tertekan, mungkin dia belum terbiasa dengan suasana tegang di lokasi syuting. Toey, kau bisa mengajaknya makan di luar? Ajak ngobrol santai agar dia jadi rileks. Dia terlihat kaku sekali. Sekalian kalian berkenalan, kalian 'kan akan menjadi pasangan di series ini. Uang makannya biar aku yang traktir. Ok?" Begitu kata P'May. Dan dia memang benar sih, Ohm terlihat tegang. Karena itulah aku mengajaknya makan disini.

Lalu karena Boom juga belum mau pulang, dia juga kuajak sekalian. Anak itu sebenarnya datang untuk apa ya? Jadwal syuting juga tidak ada. Dia sama sekali tidak ada keperluan.

Ah lupakan saja, itu pesananku sudah datang.

Seorang pelayan wanita datang membawa pesanan kami. Black coffee dan tomyam seafood untukku, pepsi dan sup egg tofu untuk Ohm, lalu susu coklat dan ayam goreng untuk Boom.

"Susu coklat?" aku menggoda Boom. "Dedek umur berapa?"

"Black coffee?" Boom balik menggodaku. "Paman umur berapa?"

"Sialan," gerutuku.

Boom cuma cengengesan melihatku kesal. "Suka sekali sih Kak sama kopi? Tadi kan baru minum es kopi."

"Habisnya aromanya bikin aku ngerasa tenang. Rasanya jadi damai," jawabku.

Boom terkekeh, "Jawabannya sama persis seperti ayahku."

"Sialan," gerutuku lagi.

Ohm tersenyum melihat kelakuan kami berdua. "Kalian sudah lama saling kenal ya?" dia menatapku dan Boom bergantian.

Aku dan Boom saling tatap. "Kami baru kenal saat casting sih," jawabku.

"Iya, kami castingnya barengan," timpal Boom.

"Oh," desah Ohm. "Baru sebentar ya," Ohm mengunyah makanannya pelan. Wajahnya terlihat murung lagi. Anak ini sebenarnya kenapa sih? Dia sedang memikirkan apa sampai terlihat stres begitu?

"Apa ada yang mengganggumu Ohm?" tanyaku.

Ohm tersenyum lemah dan menghentikan makannya, "Ada kak."

"Apa? Ceritakan saja padaku."

Ohm terdiam sesaat, wajahnya menunduk memperhatikan makanannya. "Saat casting, P'Toey bertemu dengan orang yang P'Toey kenal gak?" tanyanya kemudian.

"Tidak. Tidak ada yang kukenal," jawabku. Aku ingat waktu itu yang casting bersama denganku semuanya anak SMA, dan aku hampir tidak punya kenalan anak SMA.

Ohm mengangguk lemah, "Waktu itu aku bertemu beberapa teman sekolahku, mereka juga mengikuti casting ini," kata Ohm. "Walaupun kusebut teman, tapi aku tidak akrab dengan mereka. Mereka kumpulan anak-anak yang... suka membully."

Oh, aku tahu kemana arah obrolan ini. "Lalu? Apa yang terjadi setelah mereka tahu bahwa mereka gagal casting sedangkan kau malah lolos?" pancingku.

Ohm meringis. Dia membuka mulut seperti hendak menjawab, tapi akhirnya tidak ada satupun jawaban yang keluar dari mulutnya.

Ternyata itu masalahnya? Jadi dia dibully oleh teman-teman di sekolahnya yang iri padanya karena dia mendapatkan peran ini? Khas masalah anak SMA ya. Aku jadi ingat, dulu aku juga pernah di bully hanya karena aku mendapatkan nilai paling tinggi di kelas. Waktu itu aku tertekan sekali.

Aku memperhatikan Ohm yang mengaduk sup nya dengan gelisah. Kalau diingat lagi, dia sama seperti aku waktu itu.

"Ohm," panggilku. Aku meraih tangan Ohm dan menggenggamnya, untuk menenangkan sekaligus menarik perhatiannya padaku. "Dulu aku juga pernah mengalami hal serupa. Aku mendapatkan nilai tertinggi lalu beberapa anak di kelas membullyku. Waktu itu aku tertekan, sampai akhirnya nilaiku turun lalu mereka berhasil mengejar dan mendapat nilai di atasku. Aku masih ingat wajah kecewa orang tuaku saat mereka melihat raportku. Aku menyesal dan cuma bisa menangis sendirian di kamar."

Make It RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang