4. Line Milik Toey

1.2K 95 1
                                        

Syuting untuk hari ini sudah selesai.

Kami berhasil menyelesaikan adegan di hotel dan adegan di dokter. Di dokter? Ya. Ceritanya, setelah diperkosa oleh Frame yang sedang mabuk, Book mengalami pendarahan di anusnya. Paginya, Frame minta maaf dan mengantarnya ke dokter.

Sebenarnya masih ada satu adegan lagi, yaitu adegan ketika mereka mengobrol di mobil setelah Frame mengantar Book pulang ke kostannya. Tapi karena kami semua lelah, akhirnya adegan itu ditunda untuk nanti.

Ohm terus-menerus salah. Bahkan untuk adegan yang mudah sekalipun. P'May beberapa kali marah padanya, dia gemas sekali karena Ohm tidak bisa melakukan banyak adegan dengan benar. Pak Sutradara yang jarang berkomentar dan selalu menyerahkan masalah seperti ini kepada P'May pun juga sampai ikut turun tangan, dia mengajak Ohm keluar untuk bicara empat mata dengannya.

Aku sebenarnya juga ingin ikut marah padanya. Bagaimana tidak? Mengulang adegan yang sama sampai belasan kali membuatku sangat capek. Apalagi ketika adegan yang diulang adalah adegan yang mengharuskan kami bersentuhan tanpa baju. Kau mengerti 'kan maksudku? Adegan yang membuatku merasa risih itu harus dilakukan berkali-kali.

Hal itu membuatku senewen. Rasanya ingin memarahi Ohm, tapi aku menahannya. Jika aku sebagai lawan mainnya ikut marah, pasti malah akan memperparah keadaan. Apalagi ketika aku melihat matanya mulai berair seperti menahan tangis, aku jadi tidak tega.

Tapi, yaaah... entah bagaimana akhirnya kami berhasil menyelesaikannya. Setelah semuanya selesai, seluruh kru berpisah dan langsung pulang. Tapi tidak denganku. Aku lapar sekali. Memang belum waktunya makan sih, karena ini masih jam 5 sore, tapi tenagaku lumayan terkuras setelah syuting seharian. Sekarang perutku benar-benar lapar. Jadi setelah berpisah dengan para kru, aku mampir ke restoran di dekat lokasi syuting.

Makan apa ya enaknya? Aku memperhatikan daftar menu makanan yang semuanya menggiurkan. Kurasa aku mau makan mi saja, sepertinya Mi Pad Thai enak juga.

"Aku mau Mi Pad Thai satu porsi," kataku pada waiter. "Lalu es kopi satu, sudah itu saja."

Waiter mengangguk dan mencatat pesananku. Tepat ketika waiter itu berbalik, seorang remaja laki-laki muncul dan menahannya.

"Aku pesan makanan yang sama dengannya. Dan untuk minumnya, aku pesan Cokelat Panas saja," katanya.

Ternyata itu Boom. Entah kenapa badannya agak basah kuyup. "Boleh aku ikut duduk di sini Kak?" tanyanya menunjuk kursi di depanku

Aku mengangguk, "Kenapa kau basah begitu? Memangnya di luar hujan?"

Boom melepas jaketnya dan duduk di depanku. "Iya Kak, barusan tiba-tiba hujan. Makanya aku mampir buat sekalian berteduh di sini. Aku sudah menduga sih soalnya dari tadi memang sudah mendung."

Mendung? Apa iya? "Masa' sih? Kok aku nggak ngeh ya?"

Boom tertawa kecil, "Segitunya Kak? Kakak mungkin terlalu capek sampai nggak fokus."

Aku menghembuskan nafas dengan lesu. "Iya. Aku memang capek. Berapa kali take tadi buat semua adegan? Aku sampai nggak sanggup hitung."

"Mungkin Ohm masih kepikiran sama teman sekolah yang ngebully dia," kata Boom. "Mungkin dia takut jika tidak melakukannya dengan baik, dia bisa semakin diejek."

Masuk akal juga. Mungkin memang itu yang dipikirkan Ohm tadi. "Tapi kalau jalan pikirannya begitu kan justru malah bikin kacau aktingnya."

"Sabar Kak," kata Boom. "Kakak masih akan melakukan banyak adegan dengannya lho."

Ucapan Boom itu rasanya membuatku semakin capek. Apa akan selalu begini ya? Bagaimana kalau di syuting ke depan Ohm juga sering salah dan harus terus mengulang adegan seperti tadi? "Ya ampun, kau jangan ngomong gitu dong N'Boom. Jadi makin kerasa capek aku," aku mengeluh dan menelungkupkan kepalaku di meja.

Make It RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang