6. Kencan Bersama Boom

1.1K 86 6
                                    

Aku cuma bisa menggeleng saat melihat foto yang di upload oleh Ohm di Instagramnya. Dia berfoto bersama dengan novel 'Make It Real' yang kupinjamkan kepada dia tadi siang. Dia juga men-tag aku di fotonya. "Terima kasih P', sudah meminjamkan novel ini padaku. Cepat sembuh ya." begitu tulisnya.

Kenapa ya, Ohm bisa segitu manjanya padaku? Aku tahu ini bukan cuma perasaanku, dia memang kelewat manja saat sedang bersamaku. Apa karena aku pernah bilang kalau aku sudah menganggapnya sebagai adikku? Karena itukah dia jadi manja pada 'kakak' nya ini?

Ah anak itu memang susah dimengerti.

Aku tidak mau terus-terusan memikirkan dia. Yang penting sekarang aku harus istirahat. Demamku memang sudah turun dan badanku sudah membaik, tapi badanku masih lemas. Aku harus cukup istirahat agar besok aku bisa berangkat syuting dengan keadaan sehat.

Tepat saat aku mau tidur, nada dering hp-ku berbunyi. Nama Boom muncul di layar.

Boom? Tumben sekali dia meneleponku? Sejak kami berbagi nomor Line saat makan bersama setelah syuting waktu itu, kami hanya chatting seperlunya saja. Kau tahulah, jenis chat yang singkat-singkat dan tidak penting. Aku sebenarnya ingin mengobrol lebih dengannya, tapi aku merasa tidak enak. Soalnya berbeda dengan Ohm yang banyak bicara, bagiku Boom ini agak pendiam. "Halo Boom?" sapaku.

"P'Toey sakit apa? Aku juga mau pinjam novelnya!" seru Boom di ujung sana.

Hah? Novel? Maksudnya? "Boom? Aku tidak mengerti, kau kenapa sih?" tanyaku sambil menahan tawa. Dia ini aneh. Sekalinya telepon malah begini.

"P'Toey... maksudku... novel itu maksudku... aku... P'Toey apa kabar? Sedang sakit ya?"

Aku tidak bisa menahannya lagi, aku tertawa terbahak-bahak. Anak ini bicaranya kacau sekali. Apa sih yang dia pikirkan? Sampai terbata-bata begitu. Apa dia grogi meneleponku? Ah, yang benar saja. "Dedek Boom, coba kau tarik nafas dalam-dalam. Buat dirimu tenang biar grogimu hilang," godaku.

Boom mendengus, "Aku tidak grogi! P'Toey tak perlu menggodaku begitu! Kalau tidak suka kutelepon ya sudah kumatikan saja."

Dia mengancam begitu untuk menutupi rasa malunya? Berarti dia benar-benar grogi. "Iya, iya. Maaf. Aku memang sedang demam, tapi sudah jauh mendingan kok. Tidak perlu khawatir. Kabarmu bagaimana?" tanyaku balik.

Boom diam dulu sampai beberapa saat baru kemudian menjawab, "Aku baik-baik saja P'. Baru selesai syuting nih." Suaranya dibuat manly dan setenang mungkin. Sangat jauh dari suaranya saat pertama menelepon tadi.

Aku benar-benar ingin tertawa, tapi aku tidak tega. "Hmm... Syuting? Bersama pemeran Fuse?" tanyaku berbasa-basi. Tentu saja dengan pemeran Fuse. Baru beberapa hari lagi kami akan merekam adegan bersama pemain yang lain.

"Iya P', kami baru saja menyelesaikan adegan malam hari di sekolah." jawabnya.

Kata-kata Boom kali ini benar-benar menarik perhatianku. "Di sekolah? Kalian sudah mengambil adegan di sekolah?" Jujur saja aku sangat menunggu-nunggu untuk syuting di sekolah. Rasanya kangen sekali dengan lingkungan SMA.

Boom tertawa kecil, "Kenapa P'? Kan sudah waktunya. Adegan sekolah harus banyak diambil untuk pasangan Tee dan Fuse," jawabnya.

Iya sih. Di novelnya memang banyak adegan di sekolah. Eh? Tunggu dulu, bukannya di awal telepon tadi Boom menyebut novel? Apa maksudnya novel 'Make It Real'? "Boom, tadi kau bicara soal novel, itu novel apa?" tanyaku memastikan.

"Iya P'! Tadi aku... lihat pasangan mainmu di series, itu siapa namanya? Dia upload foto di instagram, katanya pinjam novel darimu." jawabnya.

Make It RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang