FOUR

216 14 6
                                    


"Aku kira, aku tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat aku mengeluarkan air mata." Marien merasa ini semua salahnya.

"Jangan menyalahkan dirimu terus Marien. Semua ini memang keinginan Zaron agar kau tetap bahagia disini. Ini demi kebaikanmu." Jelas Rami.

"Hidup tidak selalu indah Marien, tapi yang indah itu tetap hidup dalam kenanganmu." - Rami.

~***~

Marien POV

Gelap, aku mencoba membuka mataku tapi aku sangat lelah. aku merasakan tubuhku tertidur diatas benda yang empuk seperti kasur. Berkali-kali aku mencoba membuka mata namun kantuk masih menyerangku. Aku tidak menyerah mencoba untuk membuka mataku lagi, akhirnya aku berhasil membuka mataku. Aku melihat disekitarku, sekarang Aku dikamar tapi siapa yang membawaku kesini, tidak mungkinkan aku tidur sambil berjalan. Aku mencoba menghilangkan pikiran negatifku. Kepalaku terasa berat, aku mencoba untuk keluar kamar mengingat hari sudah malam. Ternyata aku tertidur seharian tadi.

Aku berjalan tanpa arah, kepalaku terus berpikir apa yang terjadi denganku hari ini. Mengapa ibuku menyuruh burung Victory menjagaku dan siapa Zaron sebenarnya mengapa dia seperti mengenalku sudah lama. Tapi mengapa aku tidak mengingat dia. Pikiran Itu terus berputar dikepalaku membuatku pusing.

"Marien."

.......................................

"Hey Marien tunggu."

........................................

"Mariiieeennn."

.........................................

"Siapa lagi yang memanggilku tidak lihat apa aku sedang sibuk memikirkan yang terjadi denganku hari ini mengganggu saja." Kesalku. Aku terus berjalan dengan sangat cepat tanpa mempedulikan orang yang memanggil namaku.

Tiba-tiba Rami datang kehadapanku sambil ngos-ngosan. Aku memandangnya dengan datar. Sepertinya dia ingin berbicara padaku. Aku menyuruhnya untuk duduk dan menarik napas dalam-dalam agar dia tenang. Setelah tenang akhirnya dia mengeluarkan suaranya. Ternyata dia yang sedari tadi memanggilku. Jahat sekali aku ini.

"Marien kenapa kau jalan cepat sekali aku lelah mengejarmu. Kemana saja kau hari ini aku mencarimu. Kau menghilang tanpa jejak. Aku sudah mencarimu dikamar, dikelas, diaula, diluar, dihalaman belakang, sampai keruang kepala sekolah tapi kau tidak ada juga kau kemana? Untung saja tidak ada yag menyadari kau hilang jika tidak akan ada berita heboh di Academy ini." Jelas Rami panjang lebar. Dia memang cerewet sekali walau aku tau dia peduli padaku. dia memang sahabat terbaikku.

"Kenapa kau bertanya banyak sekali Rami aku sampai bingung ingin menjawab yang mana dulu." Aku memajukan bibirku seperti orang cemberut.

"Huh, yasudah kau jawab saja yang kau ingat." Rami kesal.

"Aku tadi ke taman sekejap." Aku menjawabnya datar.

"Taman sekejap? Apa itu?" Rami nampak berpikir sebentar.

"Ada deh pokoknya itu taman yang indah." Jelasku.

"Kau ini tidak pernah berubah ya kalau menjelaskan selalu setengah-setengah." Jawab Rami.

"Hehehe maafkan aku Rami aku memang begitu. Sudah dulu ya aku ingin kekamar selamat malam Rami."

Aku pun langsung berjalan tanpa mendengar jawaban Rami dulu. Rami sepertinya kesal denganku karena langsung pergi tanpa mendengar dia berbicara dulu, tapi biarlah nanti juga Rami akan baikan lagi.

***

Sinar matahari masuk kekamarku menandakan bahwa hari sudah pagi. Aku bangun dengan muka yang berantakan. Mataku seperti mata panda sekarang. Tadi malam aku tidak bisa tidur pikiranku melayang-layang memikirkan Zaron. Dia memang tampan tapi sikapnya yang dingin membuat ketampanannya menurun. Aku sudah lelah memikirkannya semalam lebih baik aku siap-siap karna sebentar lagi aku akan belajar dihari pertamaku.

Koridor nampak sepi hari ini sepertinya aku telat. Aku mempercepat langkahku agar tidak terlambat. Sesampainya dikelas pemula aku langsung menempati tempat duduk disamping Rami. Rami tersenyum padaku, sudahku bilangkan pasti dia akan baikan lagi seperti semula. Seorang wanita sexy muncul didepan kelasku dan berjalan ketempat duduk guru. Dia sepertinya guru dikelas ini, pikirku.

"Selamat pagi anak-anak perkenalkan nama saya Sina kalian panggil saya Ma'am Sina. Saya akan mengajar dikelas pemula. Disini saya akan mengajarkan kalian bagaimana cara memakai sapu terbang, meracik ramuan, dan cara membuka kantong ajaib kalian. Karena sudah tidak ada lagi yang dijelaskan saya akan langsung menjelaskan bagaimana cara memakai sapu terbang. Pertama-tama kalian harus membuka kantong ajaib kalian masing-masing karena sapu kalian ada didalam kantong ajaib itu. Kalian hanya mengucapkan beberapa mantra maka kantong ajaib kalian akan terbuka. Sekarang kalian cobalah." Terang Ma'am  Sina dengan cepat.

Tidak ada yang bergeming saat  Ma'am Sina menjelaskan apa saja yang harus dilakukan saat pelajaran pertama dikelas pemula. Aku pun juga begitu. Ma'am Sina menjelaskan dengan sangat cepat dan itu membuatku seperti orang bodoh sekarang. Aku melirik kekanan dan kiriku mereka semua diam seperti nampak berpikir. Ternyata mereka bukan diam seperti orang bodoh tapi mereka sedang bertelepati dengan Ma'am Sina untuk mengetahui mantra membuka kantong ajaib mereka karena setiap penyihir berbeda-beda mantra untuk membuka kantong ajaibnya.

Setelah aku mendapatkan mantraku aku mencoba memakai sapu terbangku. Aku mengucapkan mantra agar sapuku bisa terbang. Mantranya berhasil dan aku pun terbang satu meter dari tanah ini sungguh mengagumkan. Aku melihat kekanan kiriku banyak teman-temanku yang berusaha untuk bisa menggunakan sapu mereka tapi mereka gagal. Aku mencoba untuk terbang agak lebih tinggi lagi. Perlahan-lahan aku naik dan berhasil. Aku sekarang benar-benar terbang tinggi.

"Bagus Marien. Kau sangat ahli dalam memakai sapu. Kau memecahkan rekor tahun ini." Puji Ma'am Sina.

Aku merasa sangat bahagia sekarang. Aku bisa menggunakan sapu terbangku dalam satu hari tidak lebih tepatnya satu jam. Tapi kebahagianku pupus sudah saat melihat Zaron menatapku dengan horor didepan pintu kelasku.

"Apa salahku sebenarnya mengapa dia menatapku seolah-olah ingin membunuhku detik ini juga."

Magic MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang