NINE

68 6 7
                                    

Marien POV

Matahari mulai terbenam digantikan oleh rembulan yang bersinar dengan indahnya dimalam hari. Banyak bintang-bintang yang menyinari langit malam ini tapi ada satu bintang yang terlalu redup untuk menyinari langit kali ini. Ya bintang itu aku, Marien. Aku tidak seindah bintang-bintang yang disana tetapi aku sangat istimewah dari bintang-bintang itu. Setelah mempunyai kekuatan petir aku menjadi istimewah sekarang. Tapi aku tidak suka menjadi yang teristimewah karena aku tidak pantas mendapatkannya. Aku hanyalah gadis yang mencari kebahagiaan dalam hidupnya, hanya itu saja tidak yang lain. Tapi takdir berkata lain kepadaku dan aku tidak bisa melawan takdir itu. aku hanya gadis lemah yang mempunyai banyak impian. Gadis lemah ini hanya bisa berdoa agar semua takdir bisa ia lalui dengan baik.

Aku memandang langit berharap suatu hari nanti aku bisa mendapatkan kebahagiaan dalam hidupku. Langit saat ini sudah dipenuhi oleh awan hitam hingga bintang-bintang tidak lagi bersinar dilangit itu. Aku mempunyai firasat buruk kali ini dan akan menimpa diriku. Entah mengapa aku merasakan ada yang membuntutiku sejak tadi. Kumenoleh kebelakang dan kekanan kekiri tapi tidak ada yang membuatku curiga. Tanah yang kupijak bergetar ku perhatikan setiap kanan kiriku berjaga-jaga kalau ada serangan dadakan. Banyak suara orang-orang yang berteriak dibawahku mereka memandangku cemas. Ku balikkan badanku kedepan seperti semula dan betapa kagetnya aku ternyata pasukan penyihir kegelapan sudah siap ingin meyerangku. Aku terlalu panik serangan ini terlalu mendadak. Aku berusaha lari tapi lari kemana sedangkan atap Academy sudah dipenuhi oleh pasukan penyihir kegelapan. Pasukan penyihir kegelapan menggunakan kuda terbangnya yang hitam dan mengerikan. Mulut kuda itu selalu mengeluarkan api setiap mereka mengeluarkan suaranya dan disekeliling tubuhnya terdapat ukiran yang diwarnai oleh api yang bernyala-nyala. Kaum penyihir kegelapan tidak bisa menggunakan sapu terbang seperti penyihir cahaya oleh karena itu mereka menggunakan kuda hitam sebagai transportasinya. Mereka juga hanya menggunakan jubah hitam dan menutupi muka mereka dengan topeng dari emas.

Aku memperhatikan setiap pasukan yang ada didepanku mereka memendam kebencian yang mendalam terhadap kaum penyihir cahaya. Terutama raja penyihir kegelapan dia tidak seperti pasukan yang lainnya ia tidak menggunakan topeng dia hanya menutupi kepalanya dengan tutupan kepala pada jubahnya ia juga tidak menaiki kuda terbang seperti pasukannya ia menggunakan sayap hitam besar yang bertengger dipunggungnya dengan kokoh. Aku seperti mengenal sayap itu tapi dimana aku lupa. Ku lihat disebelah kanan raja penyihir kegelapan ada seorang wanita dengan rambut panjangnya tidak lupa ia menutupi wajahnya dengan topeng besi dia tidak menggunakan sayap atau kuda terbang, tapi ia menaiki burung gagak dengan sayapnya dikelilingi oleh ukiran api yang bernyala lebarnya burung gagak itu melebihi besarnya gajah. Kali ini aku mengenal wanita itu, siapa lagi kalau bukan Rami yang dulu adalah sahabatku tapi sekarang sudah tidak lagi. Ku alihkan pandanganku ke kiri raja penyihir kegelapan ada seorang laki-laki yang ditutupi topeng besi tapi hanya setengah wajahnya saja sehingga aku bisa memperhatikan bibir pemilik laki-laki itu. Bibir itu tidak asing bagiku aku sangat mengenal bibir itu. Tidak mungkin bibir itu milik laki-laki yang kupikirkan sekarang itu tidak mungkin.

"Sudah lihatnya huh? laki-laki itu mengeluarkan suaranya menghilangkan lamunan yang ada dipikiranku. Laki-laki itu tersenyum sinis kepadaku sepertinya dia sangat membenciku.

"Ya aku sangat membencimu." Sahut laki-laki itu lagi. Hey bagaimana bisa dia membaca pikiranku.

"Karena aku adalah kaum penyihir kegelapan. Akulah pangeran penyihir kegelapan." Guman laki-laki itu setelah membaca pikiranku. Itu tidak mungkin laki-laki itu adalah penerus raja penyihir kegelapan. Aku tidak bisa berpikir dengan sehat kali ini.

Tiba-tiba laki-laki itu membuka topengnya yang menutupi setengah wajahnya kulihat wajah itu dengan lekat setelah topeng itu terlepas dengan sempurna dari wajahnya. Wajah itu adalah wajah laki-laki yang kupikirkan sekarang. Laki-laki itu Zaron. Aku seperti terkena serangan jantung sekarang, tidak mungkin laki-laki bertopeng itu Zaron itu sangat tidak mungkin.

"Ya aku Zaron."

***

Aku terbangun dari tidurku ternyata aku tertidur dibawah pohon rindang sambil membaca buku Kekuatan Sihir yang aku pinjam diperpustakaan. Ternyata aku hanya bermimpi tadi tapi mimpi itu terasa sangat nyata bagiku. Tidak mungkin Zaron adalah pangeran penyihir kegelapan. Mimpi itu tidak masuk akal bagiku apa maksud semua mimpi itu. kepalaku sakit rasanya memikirkan itu semua. Aku membuka kantong ajaibku kuambil sapu terbangku dan ku masukkan buku Kekuatan Sihir lalu kututup kembali kantong ajaibku dan terbang dengan sapu terbangku menuju kamarku. Setibanya dikamar aku melihat banyak orang-orang yang memenuhi depan pintu kamarku. Aku mencoba menyelinap dikerumunan orang-orang untuk melihat kedepan. Setibanya didepan pintu kamarku aku melihat burung Victory sedang dipuji-puji oleh orang-orang yang berkerumunan disini. Orang-orang berusaha ingin menyentuh burung Victory sambil berdorong-dorongan hingga badanku ikut terdorong kedepan. Badanku sakit aku tidak bisa membiarkan orang-orang ini memenuhi depan pintu kamarku. Aku mengeluarkan petir dari tanganku dan mengenai atap Academy. Orang-orang yang melihat itu langsung kabur terbirit-birit takut tersengat dengan petirku. Seketika kamarku yang penuh dengan lautan orang-orang sekarang hanya menyisakan aku dan burung Victory. Tadi itu sangat menyebalkan.

"Mengapa kau ada didepan pintu tadi." Ucapku penuh amarah.

"Aku tidak tau." Sahut burung Victory.

"Apa yang kau tidak tau sudah jelas kau tadi ada didepan pintu kamarku dan dikerumuni orang-orang." Kemarahanku sudah memuncak kali ini.

Aku terus mengomeli burung Victory sampai aku tidak sadar kalau burung Victory sudah tidak ada dihadapanku lagi. ini sangat-sangat menyebalkan mana bisa burung Victory hilang dihadapanku. Kalau bertemu lagi akan ku lanjutkan acara omelanku ini. Aku mencoba menenangkan pikiranku dengan mandi air dingin. Kusiram tubuhku dengan air dan meluapkan semua amarahku disini. Setelah mandi cukup lama aku bergegas untuk tidur kembali dan mengistirahatkan tubuhku yang lemah ini.

Keesokan paginya aku tidak belajar seperti biasanya karena hari ini adalah hari bebas jadi aku bisa melakukan apapun semauku. Aku berniat hari ini untuk tidak keluar dari kamarku dan hanya menghabiskan waktuku hari ini dengan membaca buku Kekuatan Sihir yang belum aku selesaikan kemarin. Waktu terus berlalu hingga malam hari tiba aku sudah menyelesaikan membaca buku Kekuatan Sihir hari ini.

Tok... tok... tok

Aku menolehkan kepalaku kearah jendela ternyata ada surat terbang yang mengetuk jendela kamarku. Aku kali ini sudah mengerti maksud surat itu aku langsung membuka jendelaku agar surat itu tidak memecahkan jendelaku lagi. Surat itu mengeluarkan wajahnya dan mengucapkan isi surat itu. Ternyata ada dua surat. Surat pertama bersampul putih dan surat kedua bersampul hitam. Surat pertama dibacakan ternyata isi surat itu undangan acara upacara putri penerus kaum penyihir cahaya dan diadakan besok. Lalu surat itu berubah menjadi kembang api. Dan surat yang terakhir surat dengan sampul hitam. Surat dengan sampul berwarna hitam terbuka mengeluarkan api, sontak aku terkejut. Surat bersampul hitam itu berisi bahwa "Mimpimu akan menjadi kenyataan sebentar lagi" Apa maksud surat itu mimpi yang mana yang ia maksud. Surat itu tidak ada tanda pengirimnya sama sekali dan itu membuatku bingung. Surat itu langsung berubah menjadi kobaran api kecil dan lantas padam dengan cepat.

Pagi-paginya aku bangun terlambat sedangkan ada acara penting hari ini aku pasti akan dihukum. Aku bergegas mengenakan sepatu penyihirku dan mengeluarkan sapu terbangku dan segera menuju ruang aula utama secepatnya. Saat aku hendak menaiki sapu terbangku tiba-tiba terdengar suara biola yang digesek secara paksa terdengar diseluruh koridor Academy sontak akupun langsung menutup telingaku takut gendang telingaku rusak karena suara bel sialan itu. Setelah bel kematian tidak berbunyi lagi aku langsung menaiki sapu terbangku dan terbang secepat mungkin agar sampai keaula dengan cepat. Setibanya didepan pintu aula utama aku merapihkan pakaianku yang berantakan karena terburu-buru tadi. Aku telat setengah jam ternyata. Aku mencoba membuka pintu aula yang besar itu dengan kedua tangan mungilku. Lantas aku terkejut melihat semua orang yang ada diaula menundukkan badannya hormat kepadaku secara serempak termasuk guru-guru dan kepala sekolah.

"Ada apa ini sebenarnya."

Magic MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang