TEN

133 8 33
                                    

Marien POV

Aku melihat keseluruh penjuru aula utama, semuanya membungkukkan badan tanda hormat kepadaku. Apa iya yang dimaksud mereka itu aku lantas aku pun melihat kearah belakang untuk memastikan apa hanya ada aku seorang, ternyata aku tidak sendiri ada ratu penyihir cahaya yang berdiri dibelakangku pantas saja mereka semua membungkukkan badannya. Aku kira mereka semua hormat kepadaku. Ternyata aku terlalu percaya diri sekali.

Ratu penyihir cahaya adalah penyihir yang paling terkuat di kaum cahaya bahkan kekuatannya bisa melebihi kekuatan apapun. Namun karena usianya yang sudah tidak terbilang muda lagi jadi kekuatan yang ia miliki juga ikut mulai melemah. Walau umurnya sudah tua tapi kecantikan yang ia miliki tetaplah sama seperti dulu sangat menawan.

Badanku ikut membungkuk tanda hormatku kepada ratu penyihir cahaya. Karena mengingat aku ada ditengah-tengah pintu sontak aku langsung membalikkan badan dan masuk ke dalam aula dan segera duduk. Saat aku hendak ingin duduk tanganku digenggam oleh ratu penyihir cahaya dan dibawa kedepan aula lantas duduk berdampingan dengan ratu penyihir cahaya. Kepala sekolah mengisyaratkan kepadaku untuk berdiri sontak aku pun langsung menggerakkan tubuhku dan segera berdiri.

"Ini lah penerus generasi kaum cahaya putri penyihir cahaya, Putri Marien."

Sontak aku terkejut dengan yang diucapkan kepala sekolah ternyata aku adalah putri penyihir cahaya. Lantas semua yang mendengar itu langsung membungkukkan badan hormat kepadaku. Aku hanya dapat menganga lebar karena tidak siap dengan kejutan hari ini. Sungguh ini adalah kejutan yang membuatku tidak bisa berkedip lagi.

Lalu kepala sekolah menyerahkan kepadaku mahkota perak yang dikelilingi oleh berlian berbentuk sayap yang ukurannya nampak pas dikepalaku. Tidak lupa sebuah tongkat dengan berlian berbentuk sayap besar diatasnya yang nampak berkilauan diberikan padaku juga. Sekarang aku telah dinobatkan sebagai putri penyihir cahaya. Tiba-tiba burung Victory sudah bertengger dibahu kiriku semua yang melihat burung Victory nampak terkagum-kagum karena pesona yang dimiliki burung Victory.

Semua memberikanku ucapan selamat atas hari penobatanku namun tidak untuk satu orang ini. Dia nampak kecewa setelah mengetahui bahwa aku adalah putri penyihir cahaya. Tidak ada senyuman yang dulu pernahku lihat, hanya kekecewaanlah yang terpancar pada raut wajahnya. Aku pun tidak mau ambil pusing dengan orang itu karena hari ini semua senang karena akulah putri penyihir cahaya namun tidak dengan dia.

Orang itu menghilang entah ia pergi kemana aku mencoba tidak peduli namun aku penasaran dengan dia. Aku mencoba mengikutinya dengan diam agar tidak diketahui olehnya. Orang itu berjalan dengan cepat sepertinya ia tau kalau aku membuntutinya. Orang itu berhenti didepan tembok tinggi dan besar, tembok itu nampak sudah sangat tua. Tiba-tiba orang itu menghilang begitu saja dari tempatnya berdiri tadi. Aku mencoba menyentuh tembok itu perlahan-lahan dengan tanganku. Saat aku sentuh tenyata tanganku tembus dari tembok itu. sontak aku pun terkejut baru kali ini aku melihat ada penghubung jalan ditembok itu.

Ku langkahkan kaki ku kedepan masuk kedalam lorong tembus. Saat ku masuk ternyata aku sampai di kastil penyihir kegelapan. Apa mungkin orang itu mata-mata dari penyihir kegelapan. Aku mencoba menyingkirkan semua pikiran burukku.

Terdengar suara orang berbicara tidak jauh dari tempat aku berdiri. Aku mencoba mengikuti arah suara itu. Ternyata orang itu sedang berbicara dengan seorang wanita yang sangat aku kenal dulu. Ya, itu hanya dulu sekarang tidak lagi. Rami menolehkan wajahnya kearahku dengan raut wajah terkejut. Sontak aku pun berusaha berlari agar tidak tertangkap dengan orang-orang itu namun aku kalah cepat dengan Rami dan akhirnya aku tertangkap.

Rami memberiku ramuan racun mimpi. Aku mencoba menghindar namun tubuhku terkunci dengan mantra yang diberikan Rami. Aku mencoba berontak tapi apa daya kekuatanku sudah terkuras habis karena terus meronta tidak karuan. Tiba-tiba ada seorang wanita yang menolongku. Wanita itu seperti teman sekelasku di kelas senior tapi aku tidak tau siapa nama wanita itu aku kurang cukup mengenalnya.

Badanku terhempas ketembok didorong oleh wanita itu. Wanita itu mencoba menolongku dengan melawan Rami. Aku mencoba ingin membantu namun tidak bisa mantra ini sangat kuat sampai aku sendiri tidak bisa mengendalikan mantra ini. Tiba-tiba ramuan racun mimpi yang digenggam Rami terlempar jauh karena ditendang dengan kuat oleh wanita itu. ramuan racun mimpi itu terlempar kearahku lantas aku menggerakkan tubuhku untuk menghindar namun tidak bisa tubuhku sedang dikedalikan oleh mantra sialan ini. Sampai akhirnya ramuan itu jatuh mengenai tubuhku. Racun itu mulai menyebar sampai aku sudah kehilangan kesadaran.

Disela-sela kesadaranku aku melihat Rami yang sudah terkampar lemah dengan bersimbah darah. Aku ingin menangis namun racun itu terus membujuk tubuhku untuk tertidur dengan cepat. Wanita itu telah mengalahkan Rami lalu mencoba memasukkan diriku kedalam kantong ajaibnya. Racun itu terus menyerangku sampai kesadaranku hilang total.

***

Putih. Ya, hanya putih yang bisa aku lihat disini. Tempat ini kosong hanya ada warna putih aku mencoba berjalan namun semuanya terlihat sama. Aku mulai ketakutan tidak bisa kembali ke duniaku. Aku berlari dengan tergesah-gesah karena takut ini hanya jebakan belaka saja. Tubuhku lelah karena terus berlari tanpa arah.

"Marien"

Sontak aku membalikkan badanku karena mendengar namaku dipanggil oleh seseorang. Seseorang yang sangat aku rindukan. Orang itu ibuku. Aku sangat bahagia melihat ada ibu disampingku sekarang. Sampai-sampai aku tersadar dimana aku sebenarnya apa aku sudah mati sampai bisa menemui ibuku disurga. Ibuku yang melihat raut wajah kebingunganku langsung memelukku dengan lembut. Ini sangat nyaman sangat lebih nyaman dari pelukkan mana pun.

"Buka matamu dan lihatlah sekelilingmu."

Setelah mengucapkan itu ibuku hilang dari genggamanku. Apa yang dimaksud ibuku Buka matamu dan lihatlah sekelilingmu. Aku mencoba menerka-nerka apa maksud dari ucapan ibuku namun aku tak kunjung menemukan jawabannya. Aku mencoba pergi dari tempat ini mencari-cari dimana jalan keluar dari sini. Aku terus berjalan tanpa arah.

Langkahku berhenti melihat seorang wanita yang terkapar lemah tidak jauh dari tepat ku berdiri. Aku mencoba mendekat dan ingin melihat wajah wanita itu. Namun saat aku ingin menyentuhnya wanita itu sudah hilang dihadapanku. Lantas akupun heran dengan yang terjadi padaku sebenarnya aku ini dimana sekarang. Aku tersesat ditempat asing ini.

Kaki ku lemas sampai-sampai tidak bisa menompang badanku sendiri. Aku terduduk dilantai yang berwarna serba putih. Dilantai itu muncul titik hitam besar ditengah-tengahnya. Aku mencoba menyentuh titik itu namun sama seperti sebelumnya titik itu juga menghilang. Aku menangis sejadi-jadinya.

Ruangan yang tadinya serba putih sekarang berubah menjadi merah darah. Bau amis menyelimuti ruangan ini. Aku menutup hidungku karena bau darah yang sangat menyengat. Disekelilingku hanya ada darah. Aku mulai ketakutan sebenarnya aku ini dimana. Aku mencoba berlari tapi kaki ku ditarik paksa oleh tangan besar dengan kuku-kuku panjang hitam yang siap menyobek kulitku kapan saja.

Tangan itu terus menarikku sampai ku masuk kedalam lantai yang berlumuran darah. Lantai yang kupijak berubah menjadi lembek. Aku terus terperosok kedalam kubangan darah ini hingga semua tubuhku masuk dengan sempurna. Aku membuka mataku. Aku sudah tidak ada ditempat itu lagi sekarang aku ada ditengah-tengah hutan yang lebat dan gelap.

Tiba-tiba terlihat cahaya putih yang bersinar sangat terang dihadapanku. Perlahan-lahan cahaya itu hilang dan menampakkan sebuah kotak emas yang kanan kirinya terdapat sayap putih. Kubuka kotak itu ternyata didalamnya ada mahkota dan tongkatku. Lantas aku langsung memakai mahkotaku dan menggenggam tongkatku dengan kuat.

Cahaya putih datang lagi namun kali ini cahaya putih itu berasal dari balik punggungku. Aku mencoba melihat kebelakang ternyata dipunggungku sudah bertengger sayap putih nan indah. Aku terkesima melihat sayap itu aku mencoba menggerakkan sayapku dan akhirnya aku berhasil mengendalikan sayapku. Aku terbang dilangit yang nampak hitam pekat namun tanpa bintang-bintang disana. Sayapku terbang dengan cepat. Kulihat ada burung Victory muncul dihadapanku sontak aku pun memelankan kecepatan terbangku.

"Bangunlah Marien banyak yang membutuhkan pertolonganmu saat ini."

Magic MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang