Pagi ini tidak secerah seperti biasanya. Awan hitam memenuhi langit kali ini. Marien merasa ada yang tidak beres melihat langit yang tidak biru seperti biasanya. Perasaan Marien mengatakan ada hal buruk yang akan terjadi di Magic Academy. Hari ini tidak ada jadwal pelajaran seperti biasanya karena hari ini adalah hari bebas. Agar tidak seperti orang bodoh Marien berjalan-jalan mengitari Academy sambil bernyanyi dengan riang. Merasa bosan Marien pun pergi ke perpustakaan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai dunia sihir.
"Ada yang bisa aku bantu?" ucap penjaga perpustakaan dengan senyum terbaiknya.
"Hmm, aku ingin membaca buku disini." Jawab Marien.
"Aku merekomendasikan kamu membaca buku 'World Magic'. Ini buku yang sangat bagus sudah banyak yang membaca buku ini. Apa kau tertarik?" kata penjaga perpustakaan itu.
"Sepertinya buku yang bagus. Baiklah aku akan baca buku ini terimakasih." Jawab Marien.
Marien mencari tempat duduk yang kosong. Sebenarnya perpustakaan ini kosong hanya ada Marien dan penjaga perpustakaan. Dia memilih tempat didekat jendela. Ia memulai membuka lembaran yang pertama disana hanya ada kertas putih kosong. Ia mencoba membuka lembar berikutnya dan masing tetap sama kertas itu kosong. Dia mencoba lagi sampai lembaran terakhir dan masih kosong. Marien bingung mengapa buku ini tidak ada tulisannya.
"Gelap."
Marien yang sedang kebingungan pun terkejut mendengar ada yang berbicara dengannya. Marien menoleh ke arah sumber suara ternyata dibelakangnya ada seseorang. Marien penasaran siapa orang yang membelakangi dia. Saat menengok kebelakang lagi ternyata orang itu sudah tidak ada ditempatnya. Tiba-tiba orang itu ada dihadapannya. Orang itu Zaron. Marien menatap Zaron seperti orang kebingungan. Marien bingung dengan maksud Zaron mengapa dia mengucapkan gelap padahal disini terang, cahaya lampu masih menyala dan berfungsi dengan baik. Karena melihat raut wajah Marien yang kebingungan akhirnya Zaron memberitahunya.
"Kau hanya bisa membaca buku ini ditempat gelap." Zaron memperjelas ucapannya.
"Huh, mengapa begitu?" Marien masih bingung.
"Karena ini adalah buku milik penyihir kegelapan." Ucap Zaron dengan muka datarnya.
"Maksudmu ini buku milik penyihir kegelapan? tidak kah kau lihat buku ini tidak ada tulisan kegelapannya. Kau ini jangan bergurau." Ucap Marien sambil menunjuk judul buku yang dibacanya.
"Kau tidak akan pernah mengetahui jawaban yang sebenarnya sebelum kau mencobanya." Kata Zaron.
Duar... duar... duar
Terdengar suara ledakan yang dahsyat. Pintu perpustakaan terbuka dengan lebar. Ternyata penjaga perpustakaan itu membuka pintu melihat keadaan diluar. Keadaan diluar sangat buruk banyak bangunan yang hancur karena ledakan yang dahsyat itu. Marien mencoba melihat keluar tapi dihalang oleh Zaron. Zaron menatap Marien tepat di matanya. Mereka bertatapan sangat lama hingga penjaga perpustakaan itu menyadarkan mereka berdua. Marien yang mengetahui hal itu pun langsung membuang mukanya ke arah lain. Penjaga perpustakaan itu mengatakan ke Marien dan Zaron bahwa diluar ada penyihir kegelapan yang sedang mengincar penyihir cahaya dengan kekuatan petir. Mengetahui hal itu Zaron langsung membawa Marien ketempat yang lebih aman.
"Kita mau kemana?" Marien bertanya karena tidak rela dibawa pergi oleh Zaron.
"Sudah ikuti saja aku." Jawab Zaron dingin.
Melihat ekspresi wajah Zaron yang dingin membuat Marien takut dibuatnya. Akhirnya Marien menuruti perkataan Zaron dan keluar dari perpustakaan. Zaron menyembunyikan Marien didalam jubahnya dengan merangkul Marien dan menutupinya dengan jubahnya. Marien merasakan detak jantungnya yang berdetak tidak karuan.
"Mengapa sempat-sempatnya aku begini disaat situasi seperti ini." Batin Marien. Wajah Marien langsung memerah padam.
"Kau tidak usah kepedean aku hanya melindungimu saja karena tugas laki-laki adalah melindungi wanita." Ucap Zaron dingin.
Mendengar ucapan itu pun Marien terkejut, mengapa Zaron bisa mengetahui apa yang dia ucapkan dihatinya. Zaron hanya memandang Marien datar sedatar-datarnya triplek bahkan triplek kalah dengan tatapannya itu. Marien yang melihat wajah Zaron seperti itu membuat Marien ingin menghajar mukanya detik ini juga. Zaron membawa Marien ke kemarnya. Zaron memasukkan Marien kekantong ajaibnya lalu terbang meninggalkan Magic Academy. Disaat itu juga penyihir hitam melihat kepergian Zaron yang terbang meninggalkan Magic Academy. Melihat Zaron pergi akhirnya peyihir hitam itu mengakhiri peperangan yang dia buat lalu pergi tanpa meninggalkan jejak.
Zaron POV
Mengapa harus menyerang hari ini aku tidak ingin Marien dibawa oleh penyihir jahat itu. Aku tidak akan memaafkan dia jika dia membawa Marien dariku. Aku akan melindunginya hingga akhir hidupku walau aku tau dia tidak akan ingat tentang diriku.
"Hey, keluarkan aku." Teriak Marien didalam kantong ajaibku. Aku menaruh Marien dikantongku agar penyihir itu tidak merasakan keberadaan Marien. Mengapa aku bilang begitu, karena penyihir kegelapan itu mengincar Marien. Aku sengaja tidak menjawabnya karena aku tidak mau dia memberontak karena aku menaruhnya dikantong ajaibku. Aku membawanya ke taman sekejap entah mengapa aku merasa itu tempat yang aman sekarang karena tempat itu suci dan tidak akan dapat ditemukan oleh penyihir kegelapan. Aku mengeluarkan Marien dari kantong ajaibku. Marien nampak kesal setelah aku menaruhnya dikantong ajaibku.
"Kau menyebalkan Zaron." Marien nampak kesal denganku.
"Kenapa?" jawabku datar.
"Kau bilang kenapa? Apa kau tidak tau kalau aku hampir mati didalam kantongmu aku tidak dapat bernafas disana." Kesal Marien.
"Ini demi keselamatanmu." Ucapku dengan menatapnya horror. Dia tidak mengucapkan terimakasih kepadaku setelah menolongnya dari kejaran penyihir kegelapan itu.
Marien tidak berbicara lagi denganku. Dia diam. Bukan lebih tepatnya dia melamun. Apa yang sedang dia pikirkan sekarang ini. Aku membiarkan Marien menyendiri dulu sekarang karena aku tau dia sedang kesal denganku. Perlahan-lahan aku menjauh darinya, terus menjauh hingga meninggalkannya disana. Aku bukan laki-laki brengsek yang meninggalkan wanita begitu saja. Aku menjauh karena ingin mengubah diriku menjadi kucing hitam. Tidak mungkinkan Marien terkejut melihatku berubah menjadi kucing dihadapannya bisa-bisa dia pingsan.
Aku sekarang berubah menjadi kucing hitam dan perlahan-lahan mulai mendekatinya. Aku hanya dapat mengubah diriku menjadi kucing dengan warna hitam. Marien menyadari kepergianku. Marien melihat kearahku yang wujudnya sekarang menjadi kucing hitam. Dia tidak tau kalau kucing hitam itu aku. Sekarang dia mulai mengajakku berbicara.
"Anak kucing yang manis. Kau mengapa disini? Tersesat ya?" Tanya Marien kepadaku dalam wujud kucingku. Aku tidak mungkin menjawabnya maka aku mendiamkannya dan tetap menatapnya dalam. Merasa tidak ada jawaban dariku Marien pun melanjutkan berbicaranya.
"Kau tau kucing manis sekarang aku merasa sendiri. Mereka meninggalkanku satu per satu." Sepertinya Marien sedang mengutarakan isi hatinya. Aku tetap diam dan terus menatap gerak-geriknya.
"Sudah dulu ya kucing manis aku ingin pulang dulu sepertinya Zaron sudah meninggalkanku." Ucap Marien dan mengelus kepalaku yang berwujud kucing. Marien memejamkan matanya dan kemudian cahaya putih menutupi dirinya hingga dia hilang dari tempatnya sekarang.
"Maafkan aku Marien."
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Memories
FantasyKenangan. Satu hal yang sulit untuk dilupakan. Kenangan mengenai seseorang yang pernah mengisi indahnya hati Marien. Marien wanita jutek yang tidak menyukai hujan. Ia terjebak dengan semua kenangan itu. Cerita ini dimulai saat Marien belajar di Magi...