Double Jack

16 2 0
                                    

"Dasar cengeng!"

***

"Dasar cengeng!"

"Kamu yang cengeng!"

"Kamu yang menangis, kok, aku yang cengeng?"

"Pokoknya kamu!"

Cewek yang sedang berada di atas bangku kayu di pinggir pantai itu terkekeh sendiri melihat tingkah dua bocah di dekatnya. Dulu, waktu dia masih seumuran mereka, yang bisa dia lakukan cuma menonton tv yang warnanya belum sejernih sekarang. Kalau beruntung, dia bakal punya teman untuk bersepeda bersama mengelilingi kompleks rumahnya. Sekarang, bocah cewek dan cowok itu punya kehidupan cinta yang bahkan lebih baik dari dirinya. Kalau dia boleh menebak, menurutnya dua bocah itu berada dalam 'couple fight' gara-gara salah satunya tidak sengaja menghancurkan istana pasir milik yang lainnya.

Setelah menggelengkan kepalanya dengan geli yang masih belum pudar, cewek itu memindahkan pandangannya ke laut. Kedua tangannya yang berada di atas sandaran bangku terasa segar kembali waktu angin sepoi-sepoi datang. Meskipun popsicle rasa pisangnya menetes-netes karena udara sekarang terlalu panas, dia tidak protes—yang dia butuh cuma istirahat saja sekarang. Dan kalau ada orang yang melihat dirinya, mereka juga pastinya setuju cewek itu butuh duduk sebentar.

Kuncir kudanya sudah awut-awutan. Kemejanya tidak terkancing, memamerkan kaos tipis di baliknya, dan lengan pendeknya tergulung hingga pundak. Satu-satunya hal yang tidak dia sesali sudah dipakainya adalah topi baseball hadiah dari kakaknya, Jason, dan celana jeans super pendeknya. Kameranya, yang dari tadi dia bawa kemana-mana, sudah dia campakkan, dia letakkan begitu saja di sampingnya.

Coba kalau aku bawa bikini.

Dia langsung menyesal. Tapi tidak lama-lama. Segera setelah popsicle-nya habis, dia langsung saja tanpa pikir panjang melepaskan kunciran rambutnya, meninggalkan kamera, topi, sepatu, dan name tag dengan tulisan 'Jacqueline'-nya di bangku itu, dan berlari ke laut. Menceburkan dirinya rasanya keputusan terbaiknya hari ini. Tapi dia cukup pintar untuk langsung keluar lagi sebelum diusir lifeguard keluar pantai karena berenang dengan pakaian lengkap.

"Fyuh..."

Dia menghembuskan napas waktu sudah mencapai bangkunya lagi. Rambutnya basah, celananya basah, kemejanya basah, kaosnya basah—semuanya basah. Tapi dia lumayan senang badannya sudah tidak sekepanasan sebelumnya.

"Kalau kamu mau, aku punya kemeja cadangan di tasku."

Cewek itu menoleh. Ada cowok sedang duduk di bangkunya yang tidak dia sadari sebelumnya. Cowok itu lumayan, kok, mungkin cuma sebelas-duabelas dengan temannya, Aaron. Bedanya, cowok ini kelihatan sekali seperti orang yang bukan pemalas. Itu sendiri sudah menarik buat cewek itu. Ditambah lagi dengan topi baseball yang dipakai terbalik, dan baju tanpa lengannya yang memamerkan lengannya—cowok itu pastinya cowok paling menarik yang dilihatnya hari ini.

"Uh... oke?"

"Oke, keren. Tunggu dulu," cowok itu berdiri dan berlari ke arah menara lifeguard. Cowok itu pastinya cepat, karena semenit dia tidak kelihatan, semenit lagi sudah sampai ke bangku mereka lagi. "Nih," katanya sambil melempar pelan kemeja bawaannya yang kelihatan seperti barang-barang punya anak-anak keren.

"Makasih," kata cewek itu cepat. Kemeja basahnya dia lepas cepat-cepat, jijik karena kainnya yang basah menempel lekat ke lengannya.

"Kok, kamu nekat berenang dengan baju lengkap begitu?" Cowok itu bertanya tidak pedulian. Dia sudah duduk lagi di bangku, dan pandangannya lurus ke laut, sibuk menjilati popsicle-nya yang juga rasa pisang seperti punya cewek itu tadi.

By The OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang