Sementara itu, Kay sedang duduk di kursinya sembari mengerjakan tugas yang diberikan Bu Lisa, karena beliau tidak bisa hadir saat ini. Dan di samping Kay, ada Riska yang sedang bermain handphone."Woyyy!" Kay melempar pulpen yang ia pegang ke arah Riska.
"Ish, apaan sih lo? Ganggu gue aja yang lagi ngestalk doi," jawab Riska.
"Hah? Sejak kapan lo punya doi?" Tanya Kay kebingungan, "Coba mana liat?" ia mencoba untuk meraih handphone yang dipegang Riska.
"Iih! Nggak boleh!! hus huss tangan lo sana!" Riska berusaha menghindar dari Kay.
"Siapa sih siapa? Kasih tau gue napa," ucap Kay penasaran.
"Kepo!"
"Nah." Kay berhasil mengambil handphone Riska.
"Iih Kay balikin!" Riska berusaha mengambil handphonenya kembali.
Betapa terkejutnya Kay saat melihat layar handphone Riska. Hampir saja ia menjatuhkan handphone Riska yang ia pegang.
"Eeh–ehh, jangan dijatohin!" Riska menangkap handphonenya yang terlepas dari tangan Kay.
"Eh–eh," ucap Kay sambil membantu Riska menangkap handphone, "Lo su–suka sama Livas?" tanya Kay kebingungan.
"Hehehe, iya," jawab Riska cengengesan, "Lo nggak suka sama dia kan?"
"Ng–nggak ko, masa gue suka sama dia," jawab Kay berbohong, "Lo yakin suka sama dia?" tanya Kay yang masih tak percaya.
"Hm, nggak tau juga sih. Cuman beberapa hari ini kalo liat Livas gue selalu degdegserr gitu," jawab Riska sambil menahan malu.
"Terus lo bakal ngejer dia? Kenapa lo nggak pernah cerita ke gue?"
"Hm, mungkin. Gue pengen jadi milik dia, Kay." kata Riska, "Sebenernya gue udah mau cerita ke lo, tapi gue takut lo juga suka sama dia atau kalian udah ada hubungan, soalnya tadi pipi lo aja dicubit sama dia, terus dia keliatan khawatir gitu pas lo suruh dia ambilin jaket lo." lanjut Riska menjelaskan.
"Semoga lo bisa ya." Kay menahan sesak di dadanya, berusaha agar tidak kelihatan oleh Riska kalau ia sedang terluka.
"Aamiin. Makasih Kay! Lo emang sahabat guee terbae daah!" Riska memeluk Kay.
"I–iya," ucap Kay.
Gue bener-bener bingung sama keadaan ini, kenapa Riska bisa suka sama Livas disaat gue pun mulai suka sama Livas. Kenapa Riska nggak suka sama Faris aja, atau Rizal, atau kan masih banyak cowo di dunia ini. Jangan jauh-jauh di dunia deh, di sekolah ini aja kan banyak cogan. Kenapa harus Livas sih Ris? Kenapa?, batin Kay.
Tak berapa lama bel istirahat berbunyi. Kay keluar dari kelas dan berjalan menuju kantin tanpa mengajak Riska.
Sesampainya di kantin, ia langsung memesan satu mangkuk bakso.
"Bang, baksonya semangkuk ya," katanya kepada sang penjual bakso.
"Siap neng!" jawab sang penjual bakso itu.
"Tambah satu mangkuk ya bang," pinta Faris yang tiba-tiba berdiri di samping Kay.
"Jadi dua nih? Buat neng nya satu sama mas nya?" Tanya penjual bakso.
"Iya bang," jawab Faris.
"Lo kok di sini, Ris?" Tanya Kay kebingungan.
"Iya. Kenapa? Nggak boleh ya?" Tanya Faris.
"Nggak kok. Gue seneng lo di sini hehe."
"Hm, mending lo cari meja yang kosong deh, biar ntar gue yang bawa baksonya."
"Oke deh!" ucap Kay. Ia berjalan mencari-cari meja yang kosong.
Akhirnya ia mendapatkan meja yang kosong, dan meja tersebut adalah meja yang biasa diduduki geng 'Terong-terongan', pantas saja tidak ada yang menduduki. Mau tak mau Kay memilih meja tersebut, toh Kay juga kan ditemani Faris, salah satu anggota geng 'Terong-terongan'.
Tak lama Faris berjalan menuju Kay yang sedang duduk sambil membawa dua mangkuk bakso.
"Tadaa! Bakso sudah siap!" Faris menaruh dua mangkuk bakso di meja. "Eh bentar, gue pesen minum dulu ya."
"Okee," jawab Kay.
Faris memesan dua gelas jus jeruk ke warung Mpok Eti yang ada di sebelah abang bakso.
"Mpok, jus jeruk dua yee. Ke meja biasa jan lupa," kata Faris teriak kepada Mpok Eti karna suasana sangat ramai.
"Oke Ris, ntar gue anter ke meja biasa dah." kata Mpok Eti sambil mengambil buah jeruk.
Setelah memesan minuman, Faris berjalan menuju meja yang sudah ditempati Kay.
"Kok nggak dimakan Kay?" Tanya Faris sambil duduk dihadapan Kay.
"Tadi gue nungguin lo hehe."
"Oh, sekarang dimakan ya. Lo pasti laperkan?" Faris mengambil sepasang sendok dan garpu untuk Kay. "Nih!" lanjutnya sambil memberi sepasang sendok dan garpu itu kepada Kay.
"Makasih" ucap Kay lembut, "Btw, kok lo nggak bareng Livas sama Rizal?" Lanjutnya sambil menyuapkan sepotong bakso kedalam mulutnya.
"Hmm, mereka nggak mau ke kantin padahal gue laper. Jadi gue ya kesini sendiri aja."
"Ohh."
"Eh Kay, gue mau nanya deh," ucap Faris sambil memotong bakso yang ada di mangkuknya.
"Nanya apaan?"
"Niih jus nya Ris, inget lo jan ngutang lagi yee!" kata mpok Eti yang tiba-tiba dateng membawa dua gelas jus jeruk.
"Iye mpok iye," jawab Faris sekena nya. "Nih Kay buat lo," lanjutnya sambil memberi segelas jus jeruk kepada Kay.
"Makasiih. Oh ya tadi lo mau nanya apaan?"
"Hmm, lo udah taken ya sama Livas?"
"Uhk..uhk..uhk!" Kay tersedak saat meminum jus jeruk begitu mendengan pertanyaan Faris. Ia bingung harus jawab apa, mengapa Faris bertanya seperti itu kepadanya.
"Eh–ehh ati-ati donga Kay, lo nggak apa-apa?" Faris mencoba membantu Kay.
"Gue gapapa kok Ris, cuman kesedek aja." Kay mengelap mulutnya dengan tissue, "Hmm, ng–nggak lah, masa gue taken sih sama dia," lanjutnya sambil berusah menyembunyikan kebenaran. Namun sebenernya Kay tidak menyembunyikan kebenaran, karena Kay dengan Livas memang belum jadian.
"Ooh..Bagus deh" ucap Faris kelepasan, "Oh ya, lo mau pulang bareng nggak siang ini?" tanya Faris.
Bagus?, batin Kay.
"Kalau siang ini gue nggak bisa Ris, mungkin besok," jawab Kay sambil memasukan potongan bakso kedalam mulutnya
"Besok ya? Oke deh."
"Iya." jawab Kay.
A/N: Sesuai dengan jadwal update yg pernah aku bilang di chapter sebelumnya, aku bakal update setiap hari Selasa,Kamis, dan Sabtu. Jadi aku update laginya lusa yaa.
DiktaKA
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me! ✔
Teen Fiction[TAMAT] "Denger ya, kamu harus tetep sama aku terus, sampai kapan pun. Aku nggak mau kehilangan kamu, aku nggak bisa jauh dari kamu, Kay. Cuman kamu yang bisa bikin aku lebih baik kaya sekarang. Kamu juga yang udah bikin aku seneng. Walau awalnya ak...