1-13

647 85 0
                                    

Harry masuk ke ruang rekreasi Gryffindor dan melihat langsung ke arah Amberlynn. Dia tampak sangat lega, tapi sedikit marah.

"Harry, kau baik-baik saja?" Kata Ron sambil mendekatinya diikuti dengan Amberlynn.

Amberlynn yang menyadari hal itu langsung menatap aneh Harry.

"Ada apa?"

"Kenapa kau tidak memberikan hadiah pada kakekmu?"

"Owh, ya---i-itu karena aku takut dia--tidak akan suka kaus kaki yang akan aku berikan. Kakek menyukai kaus kaki, jadi aku..."

"Berikan padanya."

"Apa? Harry kau--" kata Ron keheranan.

"Ba-baiklah."

Amberlynn bergegas pergi ke kamar kakeknya. Dia melihat kakeknya yang sudah tertidur di kasurnya. Pelan-pelan dia masuk dengan berjingkat. Ditaruhnya hadiah itu di samping kasur kakeknya dan mencium kening kakeknya itu sekejap.

"Maaf kek, aku takut memberikan hadiah ini. Aku harap kakek suka. Selamat Natal."

Dia langsung pergi ke ruang rekreasi Gryffindor dengan senyum di wajahnya. Harry dan Ron mengerti kelegaan yang dirasakan oleh Amberlynn.

"Terima kasih." Seraya memeluk kedua sahabatnya itu.

Lalu Amberlynn kembali ke kamar Hermione. Dan berpikir---Apa kakek akan suka dengan tiga pasang kaus kaki itu ya? Ya, kan kakek sukanya buku...

~0~

"Belakangan ini aku sering bermimpi aneh."

"Memangnya kau bermimpi apa Harry?" Tanya Hermione yang sudah pulang satu hari sebelum semester baru dimulai.

Amberlynn dan Ron hanya menyimak diam sambil menatap Harry bingung.

"Aku bermimpi tentang kedua orang tuaku yang hilang dalam kilatan cahaya hijau sementara terdengar ada tawa tinggi melengking." Jelas Harry.

Amberlynn tampak berpikir keras sampai menimbulkan kerutan di dahinya. Wajahnya menimbulkan mimik keheranan yang mendalam. "Kau tidak lihat siapa yang tertawa?" Tanyanya mendadak.

"Tidak, tidak ada rupa."

"Lihat, kan, Dumbledore benar. Cermin itu bisa membuatmu gila," kata Ron, ketika Harry bercerita.

Hermione punya pandangan lain tentang kejadian itu. Dia setengahnya merasa ngeri membayangkan Harry meninggalkan kamar, berkeliaran di sekolah selama tiga malam berturut-turut ("Bagaimana kalau Filch menangkapmu!") dan setengahnya merasa kecewa karena dia tak berhasil menemukan siapa Nicolas Flamel.

Mereka sudah nyaris kehilangan harapan menemukan Flamel dalam buku perpustakaan, meskipun Harry bersikeras pernah membaca nama itu entah di mana. Begitu semester baru dimulai, mereka kembali membuka-buka buku selama sepuluh menit dalam waktu sepuluh menit mereka. Waktu Harry bahkan lebih sedikit karena masa latihan Quidditch mulai lagi.

Amberlynn mulai belajar memasak di dapur sekolah. Dia memberikan cookies buatannya yang pertama pada Harry, Hermione, dan Ron, dan ternyata enak. Setiap Harry latihan Quidditch dia selalu memberikan cookiesnya sendiri, terkadang dengan bantuan Gotzone.

Amberlynn memperhatikan Wood yang melatih mereka lebih keras dari sebelumnya. Bahkan hujan yang turun terus menggantikan salju tidak mematahkan semangatnya. Si kembar mengeluh bahwa Wood telah menjadi fanatik, tetapi Harry memihak Wood. Jika mereka memenangkan pertandingan berikutnya, melawan Hufflepuff, mereka akan menyusul Slytherin dalam Kejuaraan Antar-Asrama untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun. Lepas dari keinginan untuk menang, Harry bercerita bahwa mimpi buruknya hilang saat dia lelah sehabis latihan.

Another Potter [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang