1-22

613 78 0
                                    

Madam Pomfrey matron rumah sakit, wanita yang menyenangkan, tetapi sangat keras.

"Lima menit saja," Harry memohon.

"Jelas tidak boleh."

"Anda mengizinkan Professor Dumbledore masuk..."

"Ya, tentu saja, dia 'kan kepala sekolah, lain dong. Kalian butuh istirahat."

"Kami istirahat, lihat, kami berbaring terus. Oh, ayolah, bibi Pomfrey..."

"Oh, baiklah," katanya. "Tapi hanya lima menit."

Dan Madam Pomfrey mengizinkan Ron dan Hermione masuk.

"Harry! Amberlynn!"

Hermione tampaknya siap memeluk mereka, tetapi mereka senang karena Hermione menahan dirinya. Karena kepala dan tubuh mereka masih sakit sekali.

"Oh, Harry--Amber, kami sudah yakin kalian akan... Dumbledore sangat cemas..."

"Seluruh sekolah membicarakannya," kata Ron. "Apa yang sebetulnya terjadi?"

Sungguh salah satu kejadian langka ketika kenyataan yang sebenarnya justru lebih aneh dan mencekam dibandingkan desas-desis ular. Harry dan Amberlynn menceritakan semuanya kepada mereka ; tentang Quirrell, Cermin Tarsah, Batu Bertuah dan Voldemort. Ron dan Hermione pendengar yang sangat baik; mereka kaget pada saat-saat yang tepat dan ketika Harry memberitahu mereka apa yang ada di balik turban Quirrell, Hermione menjerit keras.

"Jadi batu itu sudah tak ada?" kata Ron akhirnya. "Flamel akan mati?"

"Itulah yang kukatakan, tetapi menurut kakek apa, ya?-bagi pikiran yang terorganisir dengan baik, kematian hanyalah petualangan besar berikutnya."

"Dari dulu kubilang, Dumbledore itu sinting," kata Ron, kelihatannya terkesan sekali pada betapa gilanya orang yang dikaguminya itu.

"Ron... Kumohon, kakekku tidak sinting. Itu hanya ungkapan saja..." potong Amberlynn.

"Jadi, apa yang terjadi pada kalian berdua?" tanya Harry.

"Yah, aku kembali dengan selamat," kata Hermione. "Kusadarkan Ron-perlu sedikit waktu-dan kami sedang berlari ke kandang burung hantu untuk menghubungi Dumbledore, ketika kami bertemu dengannya di Aula Depan. Dia sudah tahu-dia cuma berkata, 'Harry dan Amberlynn mengejarnya, 'kan?' lalu bergegas ke lantai tiga."

"Apakah menurutmu Dumbledore sengaja mengaturnya agar kalian bertindak begitu?" kata Ron. "Mengirim jubah ayahmu dan yang lainnya itu?"

"Ayah kami," potong Amberlynn cepat-cepat.

"Apa?"

"Ya--kami bersaudara. Amberlynn adalah adikku, adik kandungku." Seru Harry.

"Wah," Hermione meledak, "Benarkah? Bagaimana bisa..."

"Nanti ku jelaskan..."

"Dan masalah Batu itu, kalian bisa saja terbunuh, 'kan?"

"Tidak, tidak," kata Harry berpikir-pikir. "Dumbledore orangnya lucu. Menurutku, dia tampaknya ingin memberi kami kesempatan. Kurasa dia tahu sedikit-banyak tentang segala sesuatu yang terjadi di sini. Rupanya dia sudah menduga kita akan mencoba, dan alih-alih mencegah, dia mengajari kita secukupnya untuk membantu. Kurasa bukan kebetulan dia membiarkan aku mengetahui cara kerja Cermin Tarsah. Seakan menurutnya kami mempunyai hak untuk menghadapi Voldemort, kalau kami bisa..."

"Yeah, Dumbledore memang menyebarluaskan hal itu," kata Ron bangga. "Dengar, kalian sudah harus sembuh untuk ikut pesta akhir tahun pelajaran  besok. Jumlah semua angka sudah masuk dan Slyherin menang, tentu saja. Kau tak bisa ikut pertandingan Quidditch terakhir dan tanpa dirimu, kita digilas habis oleh Ravenclaw. Tapi makanannya besok enak-enak."

Another Potter [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang