:: maaf ::

521 76 2
                                    

Aku pikir aku sudah membuat keputusan yang sangat gila. Tapi aku tidak mungkin mundur dan lari kan?

Aku mengeratkan jaketku kembali. Udaranya terlalu dingin. Apalagi saat ini aku berada di luar ruangan. Dimana sih Cheonsa? Kenapa dia lama sekali? Aku bisa mati kedinginan di sini.

Aku terus memainkan ponselku sejak tadi, sudah lima menit aku di sini. Setidaknya itu bisa mengusir rasa bosanku. Um mungkin rasa gugupku.

Namun tak lama aku mendengar suara derap langkah yang terburu-buru. Itu pasti Cheonsa.

Setelah memasukkan ponselku ke dalam saku, aku berbalik badan. Dan saat itu juga mataku menangkan sosok tubuh kecil dengan jas seragam merah miliknya. Aku baru pertama melihatnya memakai jas sekolah kami, kenapa ia terlihat sangat imut?

Ah apa-apaan sih kenapa jantungku jadi berdegup tak karuan?!

Cheonsa berjalan ke arahku. Langkahnya sangat pelan, tak seperti degup jantungku yang berdetak tak wajar.

"Kenapa kau memintaku ke sini?" Ia membuka suara. Jarakku berdiri dan Cheonsa hanya sekitar tiga langkah. Itu cukup jauh untuk berbicara pada seseorang.

"Tae? Kenapa kau diam?" Cheonsa bicara lagi. Aku tidak menjawab sama sekali. Aku berjalan maju dua langkah

"Cheonsa."

"Ya?" Ia mendongakkan wajahnya. Semu merah di wajahnya menarik perhatianku langsung. Dia kedinginan. Ada kepulan asap saat ia membuka mulutnya. Apa seharusnya tadi aku mengajaknya bicara di dalam saja ya? Aish aku kan tidak tahu kalau ia tidak memakai jaket atau apapun itu sejenisnya.

"Kau benar-benar ingin mati kedinginan ya? Kenapa kau tidak pernah membawa jaket dan semacamnya? Kau tahu sekarang sudah mulai memasuki musim dingin."

Aku menggerutu melihat Cheonsa. Kenapa gadis itu selalu ceroboh? Bahkan untuk dirinya sendiri saja dia seperti ini.

Dengan cepat aku membuka jaket merahku dan mendaratkan jaket itu di tubuhnya.

Aku memalingkan wajahku untuk memecahkan keheningan. Dan dia mulai memakai jaketku. Sebenarnya apa tujuanku ke sini? Kalau Jungkook ada di sini pasti dia akan memakiku.

Ah lagipula aku melakukan ini karena taruhan bodoh yang Jungkook buat. Jadi bukan sepenuhnya salahku.

"Besok akan kukembalikan jaket hitammu."

Jakt hitam? Ah ya, jni yang kedua kalinya aku memberikan jaketku padanya. Ya Tuhan kenapa kehadiran Cheonsa selalu membuatku gila?!

Oke sekarang aku harus fokus. Tujuanku ke sini adalah untuk menyelesaikan semuanya. Tidak, maksudku memulai semuanya dan berakhir.

Aku kembali menatal Cheonsa. Gadis itu masih sibuk mengenakan jaketku. Jaketnya kebesaran, sama seperti jaket hitam kemarin.

"Tidak usah, aku sudah bilang itu milikmu."

Tubuhnya kecil sekali. Aku jadi ingin memelu

Oh tidak. Tidak akan.

"Eh? Kau serius?"

Serius. Aku harus serius.

Aku mengangguk sebagai balasannya. Meski maksud seriusku adalah melakukan tujuanku. Ah masa bodo.

"Cheonsa-ya."

"A-apa?" ucapnya terbata-bata. Wajahnya merah sekali. Sangat merah seperti buah tomat. Apalagi pipinya yang sedikit berisi. Kenapa dia imut sekali?!

Aku maju lagi selangkah. Menghapus jarak antara aku dan dia beberapa centi. Aku bisa merasakan ujung sepatunya menyentuh ujung sepatu milikku. Aku tersenyum kala ia mendongak menatap mataku.

Matanya, mata Cheonsa. Dia menghipnotisku. Mata biru langitnya yang kali ini tidak ia tutupi.

Argh aku harus serius! Kim Taehyung cepat ucapkan!

"Jadilah kekasihku."

"Ha?!"

Kenapa responnya harus seperti ini?

Aku malu? Sangat! Aku mempertaruhkan harga diriku di sini. Aku mengatakan hal itu pada Cheonsa! Gadis yang selama ini aku hindari.

"A-aku tidak menerima penolakan."

Dan berakhirlah dengan aku yang berjalan meninggalkan Cheonsa di belakang.

Maafkan aku, Yoo Cheonsa.

psychoxls 3 Jan '17

Hope 🌸 kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang