Seminggu menjelang natal dan udara semakin dingin. Sangat dingin malah. Huh andai saja aku bisa merayakan natal dengan orang tuaku, sayang sekali mereka malah berlibur ke Eropa. Aku ulangi sekali lagi, ke Eropa!
Aku iri.
Aku masih harus berurusan dengan pelajaran di sekolah sampai larut malam, dan jangan lupakan omelan pagi dari kakakku saat ini.
"Tae kau pasti yang menyuruh Jungkook untuk segera pulang. Kemarin wali kelas kalian menghubungiku dan aku harus membuat alasan kalian berdua sakit di waktu yang bersamaan?"
"Kenapa kau kemarin tidak sebentar saja pulang untuk mengantarkanku makan siang dan malam? Memangnya aku harus menunggu Jungkook sampai jam sembilan malam?" Aku menatap kakakku dengan datar. Bisa-bisanya ia menyalahkanku dalam keadaan seperti ini.
"Lalu bagaimana dengan Cheonsa?"
Aku mulai mengikat tali sepatuku, Hana noona mengikuti di belakang dan Jungkook masih memakan sarapannya.
"Apa hubungannya dengan Cheonsa?" Aku mengunyah roti bakarku yang berada di tangan kanan. Sesekali mengecek apakah Jungkook sudah selesai apa belum. Dan untung saja bocah itu sudah selesai dan hendak mengambil mantelnya.
"Bagaimana dengan dia? Apakah wali kelasnya menghubungi keluarganya? Dia tinggal bersama siapa? Ya ampun aku begitu khawatir padanya."
Mereka teman dekat ya? Mengapa kakakku begitu khawatir padanya?
"Kalian teman dekat? Bagamana kalian bisa mengenal?" Aku berdiri dan menyampirkan tasku. Tanganku mengulur meminta beberapa lembar uang pada kakakku. Aku senang dia memberikannya, kalau sedang serius begini dia bisa memberikan asal dan kadang itu lebih banyak dari seharusnya.
Aku mulai menghitung uangku ketika kakakku mengeluarkan suara lagi dan Jungkook segera memakai sepatunya dan menginterupsi ocehan kakakku lagi.
"Kemarin Cheonsa terkena bola basket dan ia pingsan. Kebetulan aku berada di UKS, tapi aku tidak mengatakan pada guru yang mengajar, kalaupun iya juga mereka tidak akan percaya aku sedikit pusing kemarin. Berhubung tidak ada yang mengantar Cheonsa pulang, dia bilang kakaknya sedang sibuk di kampus lalu temannya tidak masuk karena ada urusan keluarga. Jadi aku dengan senang hati mengajaknya ke sini. Bukankah tidak baik meninggalkan seorang gadis sendirian di dalam rumah. Lagipula aku memerlukan bantuannya, kau tahu noona? Dia sangat pintar! Aku yakin aku akan mendapat nilai bagus di ujian berikutnya!"
Ya ya ya, Jungkook mengoceh panjang lebar. Omong-omong Hana noona memberikan dua kali lipat dari uang tambahanku biasanya. Ah aku tidak berniat mengembalikannya, akan kutraktir ramyun untuk Jungkook malam ini.
"Kau tadi bilang kakaknya? Memang Cheonsa memilki saudara ya?" Kakakku tampak mengernyit heran, begitu juga dengan aku. Kenapa dia penasaran sekali sih? Aku bisa telat kalau dia mengoceh terus. Memangnya dia mau ditelepon wali kelasku lagi?
"Ah sudahlah noona, kita akan terlambat. Jungkook ayo!" Aku menarik Jungkook berdiri dan segera berlari dengannya. Kau tahu kenapa? Aku dan Jungkook sudah telat lima menit sekarang!
Dan biarkan Hana noona berteriak dari belakang lalu mengumpat kesal.
***
"Aku menyukaimu."
Lagi? Ah ya aku lupa aku membiarkannya berjuang asalkan ia tidak bunuh diri.
Aish, konyol sekali! Aku mempertaruhkan ketenanganku hanya untuk nyawa berharganya. Hanya? Oh geez aku terdengar jahat sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope 🌸 kth
Fanfic"Aku suka kamu." "Aku menyukai orang lain." "Tapi aku bukan orang lain." "Dan itu masalahnya." "Bukankah semua masalah pasti ada penyelesaiannya?" "Jadi?" "Aku suka kamu." "Terserah." ▫️▫️▫️