Sebulan berlalu semenjak pernikahan Mike dan Lexi yang dilakukan secara diam-diam. Dan selama waktu itu pun, Lexi akhirnya mengetahui semua kebencian yang tertanam di dalam hati ibu mertuanya pada dirinya. Kebencian yang benar-benar mendalam akan latar belakang Lexi yang bagi Miranda adalah sebuah aib untuk seorang pendamping hidup putranya yang sempurna itu.
Mike yang sebenarnya mengetahui hal itu, karena Miranda tidak sekalipun menyembunyikan kebenciannya terhadap Lexi hanya bisa mengomel dan sesekali marah pada Miranda yang berakhir dengan Lexi yang berbalik memarahi Mike.
" Sudah kubilang jangan bersikap seperti itu pada mommy, Mike! " Omel Lexi dengan bibir cemberutnya.
" Wajar saja aku bersikap seperti itu pada mom, sikapnya padamu itu sudah kelewat batas, Lex! Bagaimana bisa dia memarahimu hanya karena masalah sepele?! " Balas Mike tidak terima akan perlakuan Miranda yang menurutnya sudah terlalu kelewat batas pada Lexi.
" Mommy tidak salah Mike. Aku yang salah, sebagai istri aku bahkan tidak bisa memasak dan juga tidak becus hanya untuk membawa semangkuk sup. " Ucap Lexi yang lagi-lagi membela Miranda.
" Aku tidak peduli kamu bisa memasak atau tidak, Lex. Karena itu tidak penting untukku, aku hanya ingin kamu selalu berada disisiku, bagiku itu saja sudah membuatku bahagia. Dan satu lagi, bukannya kamu tidak becus hanya untuk membawa semangkuk sup, tapi itu semua karena Agnes yang dengan sengaja membuatmu terjatuh. "
" Tidak, Agnes tidak mungkin melakukan itu, Mike. "
" Aku mengenal Agnes cukup lama, Lex. Dan itu saja sudah cukup untuk membuatku tahu sebusuk apa sifatnya. "
" Jangan berkata buruk seperti itu, Mike. Aku yakin dia gadis yang baik. "
" Ya, baik untukmu dan mom, belum tentu baik untukku, Lex. Inilah yang aku tidak mengerti dari kamu, kenapa kamu selalu saja berpikiran positif pada seseorang yang jelas-jelas berusaha untuk menjahatimu, Lex?! " Tanya Mike yang tidak habis pikir dengan sikap istrinya yang...sungguh terlalu baik itu. " Kamu itu terlalu baik, sayang. " Tambah Mike lagi, sebelum bersandar pada dinding kamarnya dengan sesekali mengacak rambut coklat terangnya.
Lexi yang melihat wajah kesal Mike, seketika melembut dan merasa bersalah karena selalu meributkan hal-hal kecil seperti ini. Bahkan bisa dibilang hampir setiap hari, Mike dan Lexi harus berselisih hanya karena masalah seperti itu.
" Maaf dan terima kasih, karena kamu selalu membelaku, Mike. Tapi...setidaknya jangan lagi marah pada mommy, bagaimanapun juga dia itu ibumu, Mike. Dia yang melahirkan dan membesarkanmu dengan penuh kasih sayang, hingga kamu menjadi sosok yang hebat seperti sekarang. Meski aku tidak pernah merasakan kasih sayang itu, tapi aku bisa merasakan betapa mommy begitu menyayangimu. " Ucap Lexi penuh sayang, sebelah tangannya kini mengelus wajah tampan Mike dengan perlahan, sebelum mengecup bibir merah suaminya lama.
Kedua mata hazel milik Mike, refleks terpejam sempurna, menikmati kecupan mesra yang diberikan oleh Lexi padanya. Hangat, manis, dan selalu bisa membuatnya kecanduan untuk selalu mencium bibir mungil Lexi, meski Mike memang selalu melakukannya setiap hari dengan Lexi, tetap saja itu tidak pernah membuatnya bosan.
" Sekarang ayo kita tidur, ini sudah terlalu larut. " Ucap Lexi dengan wajah merona, usai menyudahi kecupan mesranya dengan Mike.
Wajah tampan Mike kini menampilkan ekspresi kecewa, begitu Lexi memutuskan untuk menyudahi ciuman mereka. Namun, tidak lama kemudian, seulas senyum jahil kini menghias di wajah tampannya dan dengan gerakan yang begitu tiba-tiba, Mike mengangkat tubuh mungil Lexi layaknya menggendong seorang putri, lalu berjalan menuju tempat tidur king sizenya.
" Turunkan aku, Mike! " Seru Lexi yang berusaha memberontak dari gendongan Mike yang tentu saja sia-sia.
" Salahkan kamu yang selalu saja membangunkan diriku yang terlelap. " Balas Mike yang masih dengan senyum nakalnya.
Mendengar balasan yang terlontar dari mulut Mike, sontak membuat wajah cantik Lexi semakin merona malu.
_____
Pagi yang cerah kini telah sepenuhnya menyambut kedua sosok yang masih nampak terlelap dalam tidurnya, usai menyelesaikan aktivitas berpeluh mereka semalam.
Lexi yang memang terbangun lebih dulu, nampak sedikit mengerjapkan kedua mata coklatnya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam iris matanya. Gerakan kecil yang diakibatkan oleh Mike yang menggeliat, sontak membuat Lexi refleks menoleh dan menemukan sosok Mike yang masih saja tetap mempesona ketika tertidur.
Seulas senyum sukses menghias wajah cantik Lexi, ketika dia memandang wajah tampan suaminya itu dalam jarak yang begitu dekat adalah suatu kebahagian tersendiri untuknya. Alis mata yang tidak terlalu tebal, mata hazel yang tidak terlalu besar, hidung mancung yang sempurna, rahang tegas, dan terakhir bibir merah yang selalu memikat Lexi untuk mencium bibir itu kapanpun.
" Sudah puas memandangi wajah tampan suamimu ini, sayang? " Tanya Mike yang tiba-tiba membuka kedua mata hazelnya dan tersenyum penuh kemenangan, karena telah berhasil memergoki Lexi yang sedang memandangi dirinya dengan terkagum-kagum.
Bagai seorang istri yang kepergok memata-matai suaminya, Lexi dengan cepat menyembunyikan wajah cantiknya yang telah merah padam di balik bantal.
" Jangan melihatku! " Seru Lexi yang suaranya teredam di balik bantal.
" Hahaha...sudahlah, jangan malu seperti itu, sayang. Lagipula, wajar saja kamu terpesona dengan wajah tampanku ini. " Ucap Mike penuh percaya diri dan berusaha untuk mengambil bantal yang menjadi penutup wajah malu Lexi.
" Kubilang jangan melihatku, Mike! Sudah sana mandi! " Seru Lexi yang masih terus mempertahankan wajah malunya di balik bantal.
" Hahaha...baiklah, sayang. Aku mandi dulu. " Ucap Mike yang akhirnya mengalah dan mencium puncak kepala istrinya, sebelum bangkit dari tempat tidurnya.
_____
" Hai, Lex! "
" Oh..hai, Thom! " Balas Lexi dengan senyum ramahnya.
" Bagaimana harimu? " Tanya Thomas yang kini menatap wajah cantik Lexi dengan penuh arti dan menghiraukan pandangan seluruh karyawan lain yang kini ikut memandangnya dengan pandangan memuja.
" Seperti biasa, aku baik-baik saja, Thom. " Jawab Lexi dengan santai. " Dan bisakah kamu tidak menyapaku secara berlebihan seperti ini? Aku tidak suka jadi pusat perhatian, Thom. " Bisik Lexi tepat di samping Thomas yang malah menebar senyum ke arah karyawan lain.
" Ayolah, Lex. Aku tidak pernah berlebihan hanya untuk menyapamu. "
" Apanya yang tidak berlebihan, jika kamu menyapaku dengan membawa seikat bunga mawar, Thom?! " Rutuk Lexi dengan ekspresinya yang berubah menjadi kesal.
" Itu hanya bentuk perwujudan rasa sayangku padamu, Lex. " Balas Thomas dengan senyum manisnya yang membuat karyawan lain yang masih menatap ke arah Thomas dan Lexi, bersemu merah saat itu juga.
" Astaga, Thom! Kalau...."
" Kemari kau sialan. " Potong seseorang yang kini berjalan dengan bersungut-sungut ke arah Thomas.
Ctakk...
" Argghh!! " Thomas meringis seketika, begitu merasakan kepalanya berdenyut. Seolah tidak terima akan perlakuan yang diterimanya, Thomas segera berbalik dan berniat untuk mengeluarkan sumpah serapahnya untuk orang yang berani menjitak kepalanya dan menganggu kebersamaannya dengan Lexi.
" Apa?! Mau balas dendam?! " Tanya pria itu lagi.
Kedua mata biru terang milik Thomas sontak melebar, begitu melihat sosok yang begitu dikenalnya kini sedang berdiri dengan mengepalkan kedua tangannya dan sesekali tersenyum layaknya malaikat pencabut nyawa.
" Oh, shit! " Umpat Thomas di dalam hatinya.
_____
#mnta dkungn dn vote jga vommentnya y readers!! :) ;)
#good morning semuaaa!! :D
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Chance
RomanceKesempatan kedua? Akankah kalian berpikir bahwa kesempatan kedua akan datang kembali, ketika hubungan kalian telah lama berakhir? Dan bisakah kesempatan kedua akan menjadi akhir dari segalanya, akhir dari segala penderitaan yang pernah kalian alami...