Chapter 22

9.1K 883 21
                                    

Baekhyun berdiam diri di antara banyaknya rerumputan yang ia pijak, suasana di sini semakin gelap dan sejuk. Tapi Baekhyun tak menghiraukannya.

Ia hanya ingin menangis.

Menangisi dirinya yang bodoh, jika sejak awal Baekhyun mau menjenguk ibunya di rumah sakit keadaannya tidak akan seperti ini. Jujur ia sangat menyesal, menyadari betapa kesulitannya ibunya di luar sana apalagi setelah mengetahui anak terbesarnya meninggal. Mungkin itu yang membuat kejiwaannya menjadi lebih parah dari sebelumnya.

Mengetahui itu membuat Baekhyun hancur, ia juga tak bisa menyalahkan polisi yang menembak mati kakaknya, dia tidak menyalahkan itu. Ia hanya menyanyangkan apa yang telah hilang sangat berarti jika sudah pergi.

Dan ia tidak ingin ibunya pergi.

Ia akan mulai memahami setiap perkembangan yang ibunya lakukan di rumah sakit, ia akan sering berkunjung. Ia akan melakukannya jika ibunya kembali.

Tapi bahkan Baekhyun belum melihatnya hingga saat ini, dan ia merasa sangat bodoh.

"mianhada".

.

Chanyeol sudah mengunjungi tempat yang mungkin akan Baekhyun datangi, tapi tidak satupun di antaranya Baekhyun ada.

Ia bingung harus mencarinya kemana lagi, Baekhyun mungkin juga tengah kebingungan ia berada di tempat seperti apa. Chanyeol takut Baekhyun tak di temukan.

"yeoboseyeo..".

"kau sudah menemukannya, yeol. Tidak ada Baekhyun dimanapun aku mencarinya".

"di sini juga tidak ada.. Aku masih terus mencari, kau juga soo".

"kau benar".

Adakah yang tahu di mana Baekhyun?.

Chanyeol masih mencarinya.

Di trotoar itu, Chanyeol menemukan mantel tergeletak begitu saja. Ia bisa dengan mudah menebak bahwa ini adalah milik Baekhyun karna..

Baekhyun tengah berjalan di zebra cross.

Chanyeol menghela nafas lega, dia benar-benar Baekhyun. Yang telah ia cari sepanjang malam ini.

Tapi Chanyeol baru menyadarinya saat rambu lalu lintas berwarna hijau, yang artinya jalan.

Dan Chanyeol merasa Baekhyun sudah sangat jauh dari jangkauannya.

Ia berlari menggapai tubuh mungil itu dalam dekapnya, hal gila apa yang ingin di lakukan Baekhyun. Menabrakkan dirinya di mobil tronton, atau membiarkan dirinya di injak truk.

Kumohon jangan lakukan itu.

"C-chan-ye-ol?". Baekhyun melihat Chanyeol menangis di bahunya. Ia merasakan nafas hangat menembus lehernya.

"apa yang kau lakukan..".

"Chanyeol.. Aku, itu terjadi begitu saja.. Pikiranku berkata lain dengan hatiku, aku masih ingin melihat orang yang kukasihi".

"tadi hampir saja.. Apa kau merasa sakit?". Baekhyun menggeleng di balik punggung tegap itu. Chanyeol juga merasakan Baekhyun ikut menangis bersamanya.

"aku hanya sedikit terkejut".

Chanyeol melepaskan pelukannya lalu memakaikannya mantel yang Baekhyun jatuhkan.

"Jangan membuatnya semakin buruk.. Semua orang tengah resah karena mencarimu yang menghilang entah kemana. Masih banyak orang yang menyanyangimu".

"maafkan aku". Baekhyun mengatakannya sambil menunduk, tingkah dirinya tadi sungguh di luar nalar, ia juga sudah sangat lelah jadi melakukannya mungkin akan lebih baik.

Tapi saat tubuh Chanyeol mendekapnya, ia baru saja tersadar jika bunuh diri adalah cara yang salah. Ia masih punya banyak sekali orang yang menyanyanginya. Dan ia juga menyanyanginya.

"tidak apa.. Jangan bersedih, kami bersamamu. Baek".

Jadi?..

Kenapa Chanyeol tersenyum seperti pria sejati. Tidak seperti siswa idiot yang Baekhyun kenal.

Dan. Dan. Dan mungkin saja.

Memang mungkin.







Baekhyun memberinya kecupan ringan di bibir, lalu memeluk orang itu dan bersembunyi di balik tubuh besar Chanyeol untuk menyembunyikan perasaan malu. Dan bahagianya dirinya.

Kemudian keduanya tersenyum.

"Baekhyun..".

"hmm".

"Katakan 'kau mencintaiku'".

Baekhyun tersenyum saat Chanyeol mengatakannya, Chanyeol si idiot telah kembali.

"Aku mencintaimu, Park Chanyeol".




The End

Say 'LOVE U' [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang