11th⌚

24 3 0
                                    

"Hei ra!" sapa ka Mae berusaha untuk gak membuat gue merasa risih dengan beribu pertanyaan darinya. Dan dia juga tau kalo tadi gue bersama dengan Angga di atas atap sekolah itu.

"Lo kenapa nangis ra? Siapa yang buat lo sedih,siapa?! Sini bilang gue biar gue hajar dia!!" ujar Dipe yang tiba-tiba datang dari arah panggung.

"Dip! Lo apa-apaan sih! Udah tau adek lo lagi sedih gara-gara lagu yang dibawain Angga tadi, gimana si lo!?" bisik ka Mae.

"Biar aja napa!! Kesel gue!!" ujarnya tak menghiraukan bisikkan ka Mae.

Gue langsung duduk di bangku samping pohon dan memeluk lutut gue.

"Ra."

Gue tak menghiraukannya.

"Ra."

Sampai yang ketiga kalinya.

"Ra.. Rara liat gue, ra. Rara!" panggil kak Mae seraya memegang dagu gue.

Gue menoleh ke arahnya.

Dengan pipi yang basah akibat air mata yang terus meluncur di pipi gue.

Ka Mae baru ingin mengambil nafas untuk berbicara sudah di dahului oleh gue.

"Iya.. Gue tau gue salah, ga seharusnya gue gitu ke Angga. Padahal dia cuma mau nenangin gue, tapi guenya langsung gituin dia.. Gue ngerasa bersalah banget, dan padahal dia juga punya masalah di kehidupannya dan membiarkannya demi nenangin gue." gue kembali memeluk lutut gue.

Dipe tertegun.

"Sekarang lo tau apa yang harus lo lakuin?" dia diam untuk memberi jeda "Sekarang temui dia lalu minta maaf padanya, gue yakin Angga punya sisi baik koo.." lanjutnya.

Gue mengangkat wajah gue seraya melihat ke arah ka Mae seolah memberi isyarat kepadanya apakah aku harus benar-benar melakukannya.

"Ya sayang. Karena kau dalam posisi salah disini, mana mungkin gue membela yang salah." ujarnya.

Aku tersenyum simpul. Disaat seperti ini, kak Mae adalah satu-satunya yang bisa diandalkan setelah umi.

"Sekarang kau tau apa yang harus kau lakukan?" tanya ka Mae.

Gue mengangguk.

"Ayo cepat cari dia!"

Gue berlari menggunakan wedges, menembus semua orang-orang yang sedang berkerumun.

Banyak yang berkata. "Wiihh siapa tu, lari make wedges?" "Kuat amat tu anak" "siapa tu anak" "mantap jiwa" dll.

Gue tak menghiraukannya satu pun. Yang gue cari sekarang bukanlah pendapat mereka, tetapi di mana Angga berada.

'Angga lo dimana sih nggaa.. Angga..'batin gue.

Akhirnya gue mendapatinya sedang duduk di bangku taman sekolah.

"Nah itu dia!"gumam gue.

"Anggaa!!!" teriak gue dari kejauhan.

Dia menoleh ke arah gue dan semua orang di sekeliling pun ikut menoleh, bodo amat! Gue ga peduli! Terserah lo mau ngomong apa. Entah cewek lari make wedges lah apa lah. Kenapa emang kalo make wedges sambil lari!? Masalah lo semua gitu!? Lagipula gue juga batu pertama kali make wedges!!

"Angga!!" ujar gue terengah-engah.

"Kenapa? Ngapain lo kesini? Lebih baik lo tenangin diri lo sendiri aja dulu," ujar Angga seraya beranjak pergi tapi gajadi karena gue menahan lengannya supaya tidak pergi.

24HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang