Chapter 3

719 140 39
                                    

Soonyoung baru kali ini merasakan bagaimana dihukum ketika terlambat. Sebelumnya ia tak pernah terfikir sedikitpun untuk mengalaminya. Setelah Seokmin mengintruksikan untuk mengikutinya kini mereka berada di sebuah ruangan yang memiliki banyak kursi. Soonyoung tak henti menatap sekelilingnya. Sesekali terdengar decakan kagum yang berasal dari bibir pink nan mungil miliknya. Ruangan ini begitu rapi. Kamar Soonyoung saja kalah rapi dari ruangan ini.

Soonyoung lalu berjalan kearah sebuah lukisan yang terpajang di depan. "Woah.. Apa aku bisa jadi salah satu dari mereka?"

"Jika kau rajin dan aktif kau bisa saja jadi pengurus osis." Seokmin menimpali gumaman Soonyoung.

Soonyoung menganggukkan kepala. Tentu saja bisa serapi ini, anggotanya saja rajin-rajin. Soonyoung lalu menarik sebuah kursi dan mendudukkan diri disana. Bertingkah seolah-olah ia tengah menjadi salah satu dari anggota osis yang tengah mengikuti rapat.

Seokmin yang melihatnya hanya tersenyum tipis. Bukan wajahnya saja yang terlihat imut, bahkan tingkahnya sangat menggemaskan.

Seokmin lalu mendekat ke arah Soonyoung. Meletakkan sebelah tangannya di bahu yang lebih mungil. "Jadi tugasmu sekarang adalah membersihkan ruangan ini sampai benar-benar bersih."

Soonyoung menatap Seokmin mendongak. Lihatlah betapa sempurnanya ciptaan tuhan yang satu ini. Benar-benar tampan. Jantung Soonyoung saja ta henti berdetak kencang sedari tadi. Semoga Seokmin tak mendengar detakan jantung Soonyoung yang menggila.

"Tunggu apalagi? Sudah sana kerjakan."

Baru saja Soonyoung memuji lelaki berhidung panjang itu, tapi sudah di rusak saja moodnya karena ucapan perintah yang ia berikan. Soonyoung berdiri dari duduknya. Berjalan malas kearah di mana alat bersih-bersih ditempatkan. Mengambil sapu dan mulai membersihkan tempat yang sebenarnya tidak kotor itu.

***

Soonyoung baru saja kembali dari membuang sampah kini ia telah di panggil saja oleh Seokmin. Ia berjalan menghampiri Seokmin yang sedang duduk di sebuah kursi tampak sedang berkutat dengan sebuah laptop yang berada diatas meja dihadapannya.

Soonyoung lalu duduk tepat disamping kiri Seokmin. Bukannya Soonyoung ingin mengambil kesempatan, jujur jika di suruh memilih untuk duduk dimana ia pasti akan memilih kursi yang letaknya paling jauh dari Seokmin. Ia masih sayang jantungnya. Duduk bersebelahan dengan Seokmin sama saja dengan membuat kinerja jantungnya dua kali lebih cepat dibandingkan biasa. Hanya saja Seokmin menyuruhnya dengan gerakan tangan yang menepuk-nepuk kursi sebelahnya. Soonyoung itu orang yang peka. Jadi dari pada ia malah disuruh untuk membersihkan semua bingkai foto yang ada disana Soonyoung memilih untuk nurut.

Setelahnya Soonyoung disodorkan kertas yang ia yakin itu adalah kertas yang ia kumpulkan saat mereka bertabrakan tadi pagi. Soonyoung menatap bingung Seokmin dan tumpukan kertas itu bergantian.

"Ini apa sunbae?"

Seokmin melirik Soonyoung sebentar lalu kembali fokus dengan layar laptop yang ada di hadapannya. "Itu kertas-kertas ku yang kau sebarkan tadi pagi."

Soonyoung menghela napas pelan. Ia baru tahu, seniornya ini memiliki bakat membuat orang kesal. "Aku tahu sunbae. Tapi kenapa kau memberikannya padaku?"

"Ada seratus lebih halaman pada kertas itu. Tadinya aku menyusunnya berurutan. Dan aku yakin kini halamannya sudah acak-acakan. Jadi tugasmu sekarang adalah menyusun halamannya berurut mulai dari nomer terkecil."

Polaroid ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang