Chapter 7

675 114 19
                                    

Soonyoung baru saja mendapatkan jam istirahatnya. Kini ia tengah berjalan dengan tangan membawa nampan berisi makanan. Mengedarkan pandangannya kesegala arah, mencari meja kosong untuk ia tempati. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Soonyoung lalu melangkahkan kakinya menuju meja kosong di pojok kantin. Menempatkan nampan yang ia bawa di atas meja dan hendak duduk ketika seseorang menabrak tubuhnya dari belakang. Soonyoung terjatuh. Bahkan nampan yang ada di atas meja pun ikut berserakan dilantai.

"Aw~"

Tak bisa menyembunyikan rasa sakit yang ada pada lutut dan sikutnya, Soonyoung mengaduh. Matanya yang terpejam perlahan membuka dan memandang tepat ke arah isi nampannya yang telah berserakan. Lenyap sudah jatah makan siang Soonyoung hari ini.

Dengan sisa tenaga yang ia punya, Soonyoung membawa tubuhnya untuk duduk berniat membersihkan kekacauan yang disebabkan isi nampan yang berserakan. Baru saja Soonyoung ingin mengambil mangkuk dan meletakkannya diatas nampan, kegiatannya terhenti ketika suara seorang menginterupsinya. Soonyoung mendonggakkan pandangannya.

"Oh. Maaf Kwon, aku tidak sengaja."

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Soonyoung kembali menundukkan wajahnya dan mengambil sendok yang terlempar jauh. Setelah selesai ia membawa tubuhnya berdiri dan menempatkan tepat dihadapan orang yang melilontarkan permintaan maaf padanya tadi.

Dengan perlahan Soonyoung mendekatkan wajahnya ke arah orang itu dan berbicara dengan nada berbisik. "Aku tak tahu apa masalahmu padaku, Sunbae. Tapi aku yakin kau benar sengaja melakukannya padaku dan ini bukan untuk yang pertama kalinya."

Soonyoung kemudian berlalu dari sana. Meletakkan nampan yang ia bawa ke arah tumpukan nampan kotor lainnya dan membawa tubuhnya pergi dari sana. Meninggalkan orang yang ia panggil Sunbae tadi yang tengah tersenyum meremehkan sambil bersidekap.

***

Seokmin baru saja selesai dengan kelasnya. Kini ia masih tengah berada di dalam kelas. Ia tampak sibuk dengan ponselnya hingga ia tidak menyadari bahwa Jinni sedari tadi tengah memperhatikannya.

Jinni berjalan menghampiri meja Seokmin yang berada tiga meja di belakang kiri dari mejanya. Ia lalu berdiri tepat di depan meja yang diduduki Seokmin, memandangnya dengan tatapan sendu dan detik berikutnya ia tersenyum secerah mungkin.

Seokmin yang baru menyadari ada seorang yang berada di hadapannya lalu mendongak menatap Jinni yang tengah tersenyum padanya. Seokmin mengerutkan dahi. "Kau ada acara nanti sepulang sekolah?"

Mendengarnya, Seokmin lalu menarik sebuah kursi dan menyuruh Jinni untuk duduk di sampingnya dengan isyarat, menepuk-nepukkan bangku sebelahnya. "Aku ada latihan nanti. Kenapa?"

Tampak Jinni yang merubah raut wajahnya meskipun ia berusaha tidak menampakkannya di hadapan Seokmin. "Tidak ada. Rencananya aku ingin jalan denganmu. Sudah lama sekali rasanya."

"Begitu. Kurasa lain kali saja. Hari ini benar-benar tidak bisa." Tepat setelah selesai dengan ucapannya, ponsel Seokmin bergetar tanda ada pesan masuk. Setelahnya ia mengambil ransel dan berdiri dari duduknya, hendak pergi meninggalkan kelas.

Melihat itu dengan sigap Jinni menahan lengan Seokmin, yang membuat lelaki itu menoleh padanya. "Tak bisakah untuk hari ini saja kau meluangkan waktumu untuk ku?"

Seokmin lalu melepaskan tangan Jinni dari lengannya perlahan. "Tidak bisa Jinni, hari ini jadwal berlatihku sampai larut malam. Kau tahu bukan jika acara itu sebentar lagi. Aku tidak mau membuat Guru Zhang dan Guru Park kecewa."

Baru saja Seokmin melangkah, lalu terhenti ketika mendengar ucapan Jinni yang setengah berteriak. "Kalau kau tetap pergi, lebih baik kita putus saja!"

Polaroid ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang