Chapter 9

608 108 25
                                    

"Saling mencintai bukan berarti harus bersama kan?"

000

"Lagi?"

Soonyoung menghela napas pelan syarat akan rasa jengah. Menatap satu lembar foto polaroid dirinya yang Soonyoung sendiri tak yakin itu kapan, terletak dengan indah menempel di pintu dalam lokernya. Ini bukan yg pertama, sudah beberapa hari dan jika Soonyoung tidak salah hitung ini sudah satu minggu kejadian yang sama terulang. Dimana ia membuka lokernya dan menemukan selembar foto dirinya secara random dengan kamera polaroid.

Lagi-lagi Soonyoung berdecak pelan. Ia lalu mengambil bukunya yang berada didalam sana lalu menutup dan mengunci lokernya. Tak lupa ia mengambil foto tadi dan menyimpan di dalam buku tebalnya. Sekarang jam istirahat sedang berlangsung. Dan Soonyoung memilih berjalan dikoridor menuju ruang latihan. Bukannya tidak ingin kekantin dan menikmati makanan yang telah di hidangkan bibi Im si penjaga kantin. Hanya saja rasa penasaran yang membuat seorang Soonyoung bahkan lebih tertarik kepada selembar foto dibandingkan dengan makanan dengan asap yang mengepul indah.

Setelah sampai diruang latihan dan memastikan tak ada satu orang pun yang berada disana bersamanya, Soonyoung membuka halaman buku dan mengambil kembali foto yang terselip disana. Mengamati foto itu sedikit lebih lama dan memaksa otaknya agar memutar otak untuk mengingat kapan foto dirinya itu diambil. Dan di detik kesepuluh berikutnya jidat Soonyoung mengerut. Sepertinya ia ingat sesuatu.

Foto itu.. Soonyoung yakin diambil dua hari yang lalu. Dimana saat itu ia tengah berjalan di trotoar menuju apartement nya setelah puas berbelanja kebutuhan bulanannya di mini market terdekat. Di jalan ia seketika menghentikan langkahnya saat mendengar suara kucing yang sayup-sayup terdengar. Soonyoung lalu melangkah kearah gang yang membawanya menuju tempat pembuangan sampah yang sangat besar. Dan dari sudut tembok itulah Soonyoung yakin ia mendengar suara seekor kuncing yang lebih terdengar merintih dari pada mengeong.

Benar saja. Disudut itu Soonyoung menemukan seekor kucing dengan bulu yang sangat kotor tampak tengah mencakar-cakar plastik yang ada di hadapannya. Seketika hati Soonyoung tergerak. Dengan secepat mungkin ia meraih kucing yang terlihat kelaparan itu dan menggendongnya dengan sebelah tangan yang bebas.

"Ish.. Kau kotor sekali. Apa kau lapar? Baiklah, ayo ikut aku saja."

Setelahnya, Soonyoung kembali berjalan menuju apartement dengan kedua tangan yang berisi penuh.

000

Menatapi anak-anak lain yang tengah berlarian kesana-kemari sambil menggiring bola, setidaknya dapat membuat mood  si ketua osis terasa agak mendingan, ketimbang ia harus duduk termenung sendiri di dalam kelasnya. Sedari tadi yang di lakukannya hanya duduk menonton dan terdiam. Tak ada teriakan atau pekikan yang biasanya ia lontarkan pada sahabatnya yang juga ikut berlarian menggiring bola disana. Dan itu membuat Jungkook, sang sahabat, menghela napas pelan. Ada apa lagi dengan temannya yang satu ini? Oleh karena itu Jungkook memilih berpamitan dengan teman satu team basketnya dan menghampiri Seokmin yang ternyata tengah menatapnya dengan senyuman miring.

"Permainanmu buruk sekali."

Jungkook berdecak sebal. "Dari pada kau mengomentari permainanku, lebih baik kau perbaiki perasaanmu itu."

"Aku tak apa. Memangnya apa yang salah?"

"Oh ya? Tanyakan saja pada raut wajahmu yang terlihat berantakan itu."

Jungkook lalu mendudukkan dirinya di samping kiri Seokmin. "Kali ini apa masalahnya?"

Seokmin menggeleng. "Sudah ku katakan tidak ada."

Polaroid ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang