'Nomor yang anda tuju sedang sibuk---'.
"Taik," maki Sasa disela segala gerutuan tak jelasnya, ponsel yang sebelumnya ia genggam, dengan kesal ia hempaskan ke atas meja tepat di depannya. Bunyi gedebuk kecil terdengar saat ponsel itu mendarat. Julio, adiknya sampai sekarang belum menunjukkan batang hidungnya hingga membuatnya kesal.
"Lo kenapa, Nyet? Muka lo uda kaya mau berak gitu." Putri, sahabat kentalnya bertanya seraya menyeruput es teh-nya. Mata gadis berambut merah itu menatap temannya yang terlihat kesal. "Nelpon siapa?"
Kafe tempat mereka sekarang terbilang sunyi, mengingat saat ini adalah malam minggu. Biasanya, tempat itu selalu ramai pengunjung. Entah itu hanya sekedar minum kopi, makan dengan pasangan, pasti selalu banyak orang. Apalagi, di kafe tersebut sering ada band yang nyanyi, hal itu lah yang membuat kafe itu menarik, terlepas dari makanan dan minumannya yang enak.
"Emang lo pernah liat gue berak? Sotoy, lo! Nelpon adek gue, suruh jemput bukannya dateng-dateng."
Sudah dari satu jam yang lalu adiknya tidak bisa dihubungi. Beginini kalo uda dikasih pinjam mobil, bilangnya bentar tapi lama. Awas aja, lain kali kalo minjam lagi nggak bakalan gue kasih, batinnya kesal. Mau sampe mulutnya berbuih pun nggak gue peduli.
"Abis! Muko lo nggak enak banget liatnya, hehehe. Uda lo bareng gue aja, susah amat?"
Sasa menghela napas, matanya menatap kesekeliling kafe, pikirannya teringat pada mantan pacarnya Vino. Pacar yang sudah ia putuskan tapi selalu menguntitnya, nggak berhenti membuatnya kesal.
Matanya menatap keluar jendela kaca kafe, Di luar sedang hujan, mungkin karena itu pengunjung nggak terlalu ramai.
Sebenarnya masalah jemputan hanyalah satu dari banyak sumber yang membuat mood-nya jelek, kalau hanya perkara kendaraan, dia bisa saja naik taxi. Tapi dia takut bercerita tentang Vino, karena dari awal Putri uda nggak setuju dengan hubungan mereka. Putri tau mereka uda putus dan gadis itu bahagia, dia tidak suka pada pacar sahabatnya itu. Kalau sekarang ia bilang kalau Vino menguntitnya, pasti dia akan dapat ceramah lagi. Lebih baik nggak usah.
"By the way, lo uda dapat pasangan buat party besok?" tanya putri sambil menggoyang-goyang-goyang sedotan dalam gelasnya.
Valentine's party, selalu diadakan setiap tahunnya oleh pihak sekolah. Tujuannya untuk mengeratkan talih kasih diantara sesama murid. Nggak tau itu ada fungsinya atau tidak, kalo dilihat-lihat kayanya nggak ngasih efek juga. Tapi yah, namanya juga acara yang uda rutin diadakan, harus diikuti dan dihargai. Dalam acara itu setiap murid rata-rata membawa pasangan atau pacar mereka. Sebenarnya nggak harus juga, tapi kan malu kalo datang sendirian. Ketauan jomblonya.
Dan sekarang Sasa lagi galau, pasalnya dia adalah salah satu murid yang terancam bakalan datang ke party itu sendirian.
Dia lagi jomblo.
Putri mah enak, dia punya pacar. Erga namanya, anak SMA sebelah alias tetangga. Erga orangnya nggak ganteng, tapi nggak jelek juga. Gimana bilangnya ya, pokoknya dia itu biasa aja penampilannya. Tapi Erga baik, perhatian, kayanya cinta banget sama Putri. Elah, anak es em a uda bisa bilang cinta.
Yang jelas nggak kaya Vino. Vino memang ganteng, tajir, banyak fans- nya, tapi hal itulah yang membuatnya bertindak sesuka hati. Suka-suka dekatin cewek lain, nggak nyadar kalau uda punya pacar. Bajingan, Putri menyebutnya.
Tapi, memang gitu ya?
Orang ganteng itu biasanya bajingan. Fucker.Sasa mengangkat bahu, pisang coklat yang sebelumnya ia abaikan mulai ia cicipi. "Belom, gue kan jomblo sekarang, hiks," ujarnya penuh drama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Boyfriend (Play Store)
RomanceNovel dewasa 20++ Beberapa part dalam mode private, silahkan follow terlebih dahulu... __________________________________ __________________________________ Usia tidak menjadi masalah ketika cinta telah memanggil, cinta tak memilih. Sasa jatuh cinta...