15. Keputusan

66.9K 3.3K 58
                                    

Sasa Pov
--------------



Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tapi mataku masih belum bisa terpejam. Kevin di sebelahku, sudah tidur dari tadi, bibirnya sedikit terbuka mengeluarkan hembusan napasnya dengan pelan.

Tangannya yang memeluk perutku, melingkar dengan posesif seolah takut aku meninggalkannya. Dengan pelan aku menyentuhkan kulit tangan kami, mengelusnya lembut kemudian menghela napas.

Aku menatap wajahnya yang terlelap, dia tampan meski dalam keadaan tidur, ketika terbangun ketampanannya naik dua kali lipat. Atau, mungkin itu hanya menurut pandanganku saja, aku mencintainya dan bagiku dia tampan sekali. Tidak, aku tahu Kevin-ku memang ganteng, baik dan pengertian.

Jari-jariku menelusuri rahangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus, dengan lembut aku mengusapnya naik turun. Terasa kasar di kulitku, tapi dia sangat seksi dengan rahang seperti itu. Tanpa dapat kuhentikan, seulas senyum terlukis di bibirku. Kadang-kadang, dia bisa sangat lucu, membiatku lupa akan masalah kami, membuatku merasa hidup bersamanya. Seperti tadi, ketika aku hendak memasukkan mie instannya ke dalam mangkok, dengan jahil dia menggodaku. Mempraktekkan sulap-sulap konyol yang bahkan tak benar sama sekali, dia membuatku tertawa dengan tingkah mudanya.

Dia dengan sabar membantuku, dari mulai mengiris bawang, mengiris sayuran, dan masih ada lagi. Kami hanya memasak dua mangkok mie instan, tapi rasanya kami seperti sedang menyiapkan makan malam besar, semua itu karena kerepotan-kerepotan yang ia timbulkan di dapur.

Bahkan ketika menikmati mie instan yang telah masak pun, Kevin masih bertingkah jahil. Terkadang, dia tidak bisa menyembunyikan kalau usianya tidak sedewasa sikapnya.

Aku teringat keputusan yang telah kami buat sesudah makan lewat tengah malam tadi. Ini bukan hanya untuk kepentingan aku atau atau pun dia, melainkan demi semua orang yang kami sayangi. Aku tahu pernikahan bukanlah sebuah hal mudah untuk dijalani, bukan lempengan datar yang tidak ada bebatuan kasar yang akan menghalangi.

Kevin masih muda, aku tahu dia memiliki sikap dewasa tapi bukan itu intinya. Aku, telah berumur cukup untuk menikah tapi sikap manja dan kekanakanku masih belum dapat kuhilangkan. Aku menyadari apa yang menjadi penyebab perselisihan di antara kami berdua, sikapku yang egois dan tak mau mengalah adalah pendorongnya.

Aku tidak ingin memiliki pernikahan yang tidak sepaham, meributkan hal sepele yang tentunya bisa dibicarakan dengan baik-baik. Dan yang jadi masalahnya adalah, sangat sulit membuatku untuk mendengarkannya jika sikap keras kepalaku sudah datang. Aku sangat menyadari sifat jelekku itu, Kevin juga terang-terangan mengatakannya padaku, dan aku membenci diriku sendiri yang belum bisa bersikap dewasa layaknya perempuan seumuran denganku.

Diantara aku dan dia, usiaku lebih tua dua tahun darinya namun akulah yang lebih kekanakan.

Kevin tidak menghakimiku karena sikapku itu, dengan penuh perhatian dia mengajari hal-hal yang seharusnya kulakukan agar tidak selalu egois. Memberitahu padaku sifat seperti apa yang tepat kuambil ketika mendapat masalah, dia mengatakan semuanya tanpa terlihat mengejek keburukanku.

Betapa dewasanya kekasih tampanku itu dan aku mencintainya.

Lama kami mengobrol, berbagi keluhan, candaan, semuanya yang mampu kami berikan, aku dan Kevin memutuskan untuk menunda pernikahan kami.

Seperti yang kukatakan tadi, hal ini bukan semata-mata demi kepentingan kami berdua melainkan karena aku dan Kevin memikirkan perasaan keluarga kami yang tentunya mengharapkan yang terbaik untuk kami berdua.

Aku tidak ingin ketika sudah menikah, kami masih sering bertengkar dan malah merepotkan keluarga dan pasti akan membuat mereka kecewa. Aku bukannya berdoa buruk untuk pernikahanku, hanya saja aku harus tahu kenyataan tak seindah dongeng.

My Young Boyfriend (Play Store)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang