20. kabar bahagia?

67.2K 3.8K 282
                                    

Kevin Pov
----------------





Masih pagi-pagi sekali, aku sudah berkendara di jalanan kota jakarta. Motorku melaju dengan kecepatan sedang, nggak mau juga buru-buru nyampe ke rumah Sasa sementara aku masih belum menemukan kata-kata yang tepat untuk meminta maaf. Melihat betapa kesalnya dia tadi malam, aku yakin di benar-benar marah.

Oke. Aku salah! Aku membuatnya khawatir.

Tapi yang kulakukan hanya ingin membuatnya senang. Aku ingin memberinya hadiah berupa kalung itu tepat di hari kasih sayang. Harganya lumayan mahal dan kupikir tak ada salahnya ikut balapan, toh aku yakin bakalan menang. Sudah sangat lama aku tidak memberinya hadiah semahal itu. Aku masih kuliah, pekerjaan masih tidak menghasilkan banyak dan aku tidak mau meminta pada orang tuaku diluar kebutuhan kuliah, alhasi aku tidak punya banyak uang. Berbeda dengan Roby, Sammy dan beberapa temanku yang lain, mereka difasilitasi dengan cuma-cuma oleh orangtuanya, apa pun tersedia karena keluarga mereka kaya raya. Tapi, aku tidak bangga mempunyai uang banyak tapi hasil transferan dari orang tua.

Tadi malam, entah apa yang kupikirkan hingga tidak memikirkan perasaan Sasa. Yang ada di dalam kepalaku hanyalah  memenangkan balapan itu, dapat kalung kemudian memberikannya pada Sasa. Sangat kebetulan sekali hari ini adalah hari valentine, dan aku belum memberikan apa-apa untukknya. Sontak saja terlintas di kepalaku menghadiahkan kalung tersebut. Tapi tak kusangka kalau akhirnya seperti ini. Jika aku tahu dia akan semarah ini aku tidak akan melakukan balapan itu, kupikir dia tidak serius tadi malam.

Hah! Nasih sudah menjadi bubur sekarang.

Setelah beberapa menit di perjalanan, kulihat ada toko bunga yang sudah buka. Kelihatan hari ini hari valentine, bunga-bunganya didominasi dengan warna merah dan pink, ada juga bingkisan parsel yang dikemas menarik.

Pikiran berkecamuk di kepalaku, antara ingin beli atau melewatinya saja. Sial! Kenapa perempuan ribet banget, sih?

Sudah lewat beberapa meter dari toko bunga tersebut, akhirnya aku memilih putar balik. Terserahlah, yang penting aku sudah usaha. Kalau nanti Dia membuang bunganya, tidak masalah. Daripada aku tidak memberinya apa pun, kalung tadi malam tidak masuk hitungan karena itu membuatnya kesal.

-----------------

Satu karangan bunga yang dihias sedemikian rupa, membentuk keindahan yang menurut kaum wanita itu manis, kupegang di balik punggung, berjaga-jaga kalau-kalau sasa melihatnya.

Entahlah, nggak ada bedanya juga dimana aku pegang bunga itu, pada akhirnya pun akan kuberikan pada Sasa.

Aku menelisik bunga yang kini kutarik kedepan wajahku, dimana sisi manisnya? Ini hanya bunga. Tapi kenapa banyak perempuan yang menginginkan diberi bunga. Buang-buang duit menurutku, nggak bisa dimakan juga. Kan lebih bagus coklat, bisa dimakan nggak sayang.

Detik aku akan menekan bel, pintu di depanku terbuka. Julio, dengan kemeja gelapnya dan celana jins, terlihat rapi, tampaknya dia akan pergi kesuatu tempat. Yang pastinya tidak bersama teman-teman kami yang lain. Karena kalau itu benar, aku pasti diberitahu juga.

''Kevin? Pagi bener lo ngapelin kakak gue?" Kevin keluar sepenuhnya keluar dari rumah, pandangannya menilaiku. "Ciieee..ada yang mau ngasih bunga!!!" Nyanyinya menyebalkan.

Dari dulu dia tidak pernah berubah, selalu suka menggoda, tak jarang dia hampir kena tonjok akibat mulut sialannya itu. "Sasa ada, kan?" tanyaku. Kuharap setelah tidur beberapa jam, pikirannya akan dingin dan memaafkanku. Perempuan itu kaya macan betina, kurang tidur dikit saja udah nerkam-nerkam. Apalagi kalau lagi marahan, Bah, sumanto lewat.

"Ada! Tapi kok dia kaya stress gitu? Lo barentem ya?"

"Sasa nggak kerja?" aku enggan menjawab pertanyaannya itu. Kalau salah satu dari dua orang yang sedang berpacaran mengucapkan kata 'nggak jodoh' sambil bergetar dapat didefinisakan sebagai sebuah pertengkaran, berarti ya! Kami berantem. Atau apalah sebutan yang sejenisnya.

My Young Boyfriend (Play Store)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang