16. Terpesona

61.3K 3.2K 39
                                    

Author Pov
------------------



Beberapa minggu ini, Kevin sibuk menyusun skripsinya. Meluangkan waktu buat mengantar-jemput Sasa menjadi sulit ia lakukan, tapi Sasa mengerti dengan keadaan Kevin. Dia tidak memaksakan keinginannya jika memang hal tersebut akan memberatkan lelaki itu.

Rencana pengunduran pernikahan mereka, yang sebelumnya telah dibicarakan dua pihak keluarga, awalnya menuai pertentangan. Apalagi Ayah Sasa, beliau sangat tidak setuju dengan keputusan pasangan tersebut, namun setelah mendapat penjelasan dari keduanya, akhirnya beliau mau mengalah, meskipun masih dengan perasaan tidak rela. Tapi dengan catatan, Kevin dilarang menyentuh putrinya lagi. Mengenai hal itu, Ayah Sasa mengatakannya dengan tegas. Kevin tak membantah, dengan kata lain dia tidak punya pilihan. Mengingkari janji sangat bukan dirinya.

Acara pernikahan tersebut bukan dibatalkan, melainkan diundur untuk sementara waktu menunggu kuliah Kevin selesai. Tidak akan lama lagi, hanya hitungan beberapa bulan saja. Hal itulah yang Sasa coba jelaskan pada kedua orang tuanya, mencoba memberikan pengertian baik-buruknya jika pernikahan tetap dilangsungkan seperti rencana awal.

***

Mematut wajahnya di depan cermin, Sasa sekali lagi merapikan penampilannya. Sedikit make up yang natural, kini perempuan itu terlihat cantik.

Tiga hari yang lalu, Kevin mendapat undangan pernikahan dari teman lamanya Lukas. Sedikit tiba-tiba memang, tapi hal itu dikarenakan Lukas tidak memiliki jalan untuk memberitahunya. Entah bagaimana, akhirnya Lukas mendapat nomor telepon laki-laki itu kemudian menyampaikan kabar suka citanya.

Kevin, sebagai teman turut bahagia untuk pernikahan sahabatnya itu.

Sasa tentu kalang kabut begitu mendengar hal tersebut dari kekasihnya. Tiga hari menyiapkan gaun yang akan dikenakannya tentu adalah waktu yang sangat sedikit. Sasa ingin mengomel, tapi pada siapa? Kevin sendiri baru mendapat kabar itu, orang yang seharusnya disalahkan adalah Lukas. Tapi hal itu pun tak bisa ia lakukan karena Lukas bukan sengaja berbuat demikian. Pada akhirnya, sore ketika Kevin memberitahunya mereka mendatangi pusat perbelanjaan untuk mencari gaun yang cocok untuknya.

Tidak mudah seperti biasanya, Kevin selalu tak pernah sepaham dengannya jika berkaitan dengan pakaian. Setelah menghabiskan waktu berjam-jam mengelilingi mall dengan kaki yang terasa hampir patah, akhirnya pilihan mereka berdua jatuh pada gaun ungu tua yang berpotongan hingga mata kaki. Gaun tersebut memang menutupi hampir seluruh tubuhnya, namun terdapat belahan yang lumayan tinggi di samping pahanya hingga memperlihatkan kulit pahanya jika ia berjalan. Belahan itulah yang sempat menjadi bahan pertentangan mereka, Kevin berkeras gaun itu tidak layak pakai namun Sasa merasa sebaliknya.

Sasa merasa kalau perdebatan mereka seperti tiada akhir saat itu, kendali dirinya hampir saja tak terbendung jika saja saat itu Kevin tetap bertahan dengan pendapatnya. Untung pada Kevin, karena di kepala Sasa sudah berkelabat pikiran memberontak. Bila Kevin tak mengijinkannya memakai gaun ungu itu, dia akan membeli gaun merah super terbuka yang mereka temukan sebelum gaun ungu tua itu terlihat.

Masih dengan muka cemberut, Kevin membayar gaun itu. Sasa sudah ingin membayar sendiri karena tidak suka dengan reaksi Kevin yang menurutnya berlebihan, tapi Kevin langsung menahan tangannya yang hendak mengeluarkan uang dari dompet. Mengeluarkan dompetnya sendiri, laki-laki itu memberikan sejumlah uang pada kasir. Hingga sampai di parkiran pun, Kevin masih tetap mendumel tidak suka namun Sasa mengabaikan rungutan-rungutan pacarnya itu.

Sasa memperhatikan dirinya yang terpantul dari kaca di depannya, gaun yang ia kenakan melekat sempurna. Menonjolkan bagian-bagian dari asetnya yang selama ini dia banggakan, bokongnya terlihat menggoda dikarenakan ketatnya gaunnya. Kerah gaun tersebut sedikit rendah, tapi tidak sampai memperlihatkan daging payudaranya, hanya belahannya saja yang terlihat. Tentu itu masih bisa ditoleransi, bukan?

Sasa tersenyum, berpikir bagaimana reaksi Kevin nanti saat melihatnya.

***

Kevin sudah menunggunya di ruang tamu ketika Sasa selesai dengan riasannya. Untuk sesaat, Kevin terpaku di tempatnya tatkala menatap Sasa yang terlihat bak bidadari di matanya malam ini. Kalung emas dengan mainan lumba-lumba kecil yang ia kenakan, bercahaya ketika terkena pantulan cahaya lampu, mempermanis lehernya yang jenjang. Begitu pun dengan anting dan gelang yang melingkar di pergelangan tangannya, sangat serasi dan semakin menyempurnakan penampilannya malam ini.

Perhiasan satu set yang ia kenakan saat ini adalah pemberian Kevin ketika ulang tahunnya dua tahun lalu, Kevin sendiri yang memilihnya.

Tak ubahnya dengan Kevin, Sasa pun tampak terpesona kala menatap Kekasihnya yang begitu tampan. Kevin mengenakan setelan biru gelap, terlihat panas di badannya yang tegap. Sepatu pentovel yang senada turut menyempurnakan kegantengannya, dan seolah saling membalas, Kevin pun saat itu memakai jam tangan pemberian Sasa. Sungguh kebetulan yang menyenangkan.

Ramput laki-laki itu disisir rapi, yang mana sangat jarang dia lakukan jika pada hari biasa. Malam ini dia terlihat benar-benar tampan.

Satu senyuman dari Kevin menghentikan sihir diantara mereka. Berdiri dari duduknya, Kevin menatap lekat perempuan di depannya, tentunya masih dengan senyuman di bibirnya yang terpahat sempurna. "Hai." Bahkan hanya tiga huruf, tapi kata itu baru bisa terlontar setelah beberapa waktu.

Sasa memiringkan kepalanya, mendelik serius dengan senyuman menggodanya. Dengan rambut tersanggul rapi ke atas dan membiarkan beberapa helai terlepas membingkai wajah ovalnya, Sasa terlihat manis. Tak sesuai dengan usianya saat ini, dia terlihat lebih muda.

"Hai, tampan," balasnya seraya melangkahkan kakinya mendekat pada prianya. Pahanya terlihat dari balik belahan gaunnya ketika ia berjalan, sepatu berhak tingginya mengetuk pelan lantai dibawahnya, membawanya mendekat kepada sang pujaan hati. "Kau terlihat menggoda," Sasa berbisik ketika sampai di dekat Kevin, dia tidak sedikit pun menutupi sorot terpesona pada matanya ketika berdekatan dengan pria tampannya itu.

Kevin memeluk pinggang ramping Sasa dengan gerakan posesif, dia masih terpana dan sedikit hilang kendali. Menundukkan kepalanya agar setara dengan telinga Sasa, Kevin kemudian berbisik dengan suara seraknya hingga membuat Sasa bergidik. "Kau terlihat panas, Sayang." Dengan sengaja dia memberikan sedikit sentuhan pada telinga Sasa dengan hidungnya.

Sekujur tubuhnya bergetar mendengar pujian itu, jantungnya pun berdetak tak karuan ketika Kevin menatapnya intens. "Tapi aku masih tidak menyukai belahan pada gaunmu." Meletakkan tangannya di paha Sasa, Kevin menelusuri belahan itu dengan jarinya hingga membuat Sasa tersentak karena lembutnya sentuhan itu pada kulit pahanya. "Yah! Kau terlihat luar biasa dengan gaun ini, tapi aku serius membenci saat pahamu terlihat oleh orang-orang.

Sasa tak bisa menghentikan suara erangan lolos dari bibirnya ketika jari itu semakin naik keatas, membuainya selembut kapas. "Gaun ini cantik," cicitnya tertahan. Mendongak menatap Kevin, Sasa meneguk ludahnya dengan gugup saat menatap tatapan Kevin yang berkabut. Kedua mata mereka beradu, bertemu dalam intensitas yang tinggi, sarat akan sesuatu yang belum mereka tahu apa namanya. Namun yang pasti, keduanya tampak saling memuja.

Beruntung kedua orangtuanya sedang berada di luar kota sehingga pemandangan dua sejoli yang kelihatan ingin saling menerkam ini tidak akan terlihat oleh mereka. Julio sendiri sudah pergi dari tadi. Nasib anak itu sama dengan Kevin, diberitahu pada saat-saat terakhir dan karena penyebab yang hampir sama.

"Kau sangat cantik." Kevin bergumam pelan seraya semakin merapatkan tubuhnya, membuat jarak antara keduanya habis.

Dengan lutut yang lemas, Sasa meletakkan sebelah tangannya di dada Kevin yang bidang sementara tangannya yang lain menggenggam clutch emas-nya dengan pegangan yang tak lagi stabil.

"Kau juga tampan."

"Terimakasih." Kevin menghela napas keras. "Melihatmu seperti ini membuatku ingin mengurungmu," tuturnya, jari telunjuk dan jempolnya bermain di helai rambut sasa, menggelung kecil membentuk suatu pola. "Menjadikanmu milikku seorang."

"Tapi aku sudah lelah berdandan, akan sia-sia jika hanya untuk kau kurung di kamar." Ketika Kevin hendak berbicara, Sasa meletakkan jari telunjukknya di atas bibir laki-laki itu untuk menghentikan apa pun yang ingin dikatakannya. "Lagi pula," gumamnya seraya menyeringa pada Kevin, dia menarik jarinya dari bibir kekasihnya itu kemudian melingkarkannya pada leher Kevin. "Aku ingin bertemu dengan teman-temanmu waktu SMA dulu."






Bersambung...



Votement, please!!

My Young Boyfriend (Play Store)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang