Chapter 1

17.4K 652 3
                                    

Seorang perempuan berwajah menawan, berambut tebal cokelat tua panjang sepinggang berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah agak tergesa-gesa sambil membawa parsel buah di kedua tangannya, mencari-cari nomor kamar yang tadi baru saja diberitahukan oleh suster, dimana sahabatnya yang terjangkit demam tifoid di obname.

Perempuan itu sampai di depan kamar bernomor 1343, kamar dimana temannya dirawat. Ia mengetuk pintu itu pelan, lalu suara seorang perempuan terdengar dari dalam. "Masuk saja, pintunya tidak dikunci".

Perempuan berambut cokelat tua itu masuk, disambut oleh tawa mengejek dari sahabatnya. "Joanna!" Perempuan yang tadinya terbaring sambil menonton televisi itu langsung duduk dengan semangat.

Joanna tersenyum manis lalu berjalan menuju tepi ranjang dimana temannya berada. "Rachel, dimana ibumu?" Joanna bertanya sambil celingukan, mencari ibu temannya, Rachel, yang seharusnya menemaninya.

"Dia sedang keluar sebentar, membelikanku makanan. Bagaimana dengan kau dan Samuel? Aku tidak sabar datang ke pernikahan kalian" Rachel berkata. Matanya penuh binar senang, karena dia turut bahagia dua pasangan yang sangat saling mencintai itu, yang sudah menjalin hubungan selama tiga tahun, akhirnya sedikit lagi menuju jenjang pernikahan.

"Dia barusan mengantarku kesini, dia sebenarnya ingin mampir, namun dia harus cepat-cepat kembali ke kantornya karena ada urusan. Lagipula, aku yang harusnya menanyakan keadaanmu, Rachel, mengapa kau bisa terkena tifus?" Joanna bertanya, nadanya agak jengkel karena ia tahu pasti sahabatnya sakit karena dirinya sendiri.

"Aku mencoba cara diet baru seminggu yang lalu, dan, berakhir disinilah aku" Rachel berkata, sambil memutar bola matanya dan tertawa.

Joanna melotot tidak percaya pada pernyataan Rachel barusan. "Astaga, Rachel! Kau diet lagi? Apa kau tidak kapok, mengingat kau pernah terjangkit penyakit TBC karena dietmu yang terlalu ketat itu? Kau tidak puas dengan tubuhmu yang sudah sekurus ini?" Omel Joanna kepada Rachel. Sahabatnya yang satu ini memang mempunyai obsesi untuk menjadi cantik dan bertubuh indah seperti model model yang terpampang dimajalah karena dia adalah seorang penari Ballet.

"Kalau kau kesini hanya untuk memarahiku, maka aku berhak menunjukanmu dimana pintu keluarnya" Rachel meringis jengkel sambil mengatakannya.

"Sayangnya, aku kesini bukan hanya untuk memarahimu, aku ingin bercerita tentang sesuatu kepadamu, aku bimbang, Rachel" Joanna berkata, ia mengambil sebuah kursi untuk duduk disamping ranjang Rachel.

Rachel memperhatikan sahabatnya yang akan bercerita itu dengan seksama. "Seminggu setelah Samuel melamarku, dia menyatakan suatu pengakuan kepadaku" Joanna berkata, nada suaranya bimbang.

"Dia ternyata bukan seorang pelayan di cafe tempat dia bekerja, Rachel. Melainkan pemilik dari 10 cabang perusahaan, dia adalah putra dari Andreas Ceballos, dan cafe itu pun miliknya" Joanna menghela napas. Rachel menganga tidak percaya. Samuel yang selama ini dikenalnya sangat sederhana, namun selalu berusaha untuk membahagiakan Joanna, ternyata adalah putera dari orang yang mempunyai kurang lebih 10 cabang perusahaan.

"Lantas mengapa kau bersedih, Joanna? Kau bodoh sekali, setiap perempuan pasti menginginkan ada di posisimu" Rachel mengernyitkan keningnya bingung, masih bingung dengan kenyataan bahwa Samuel adalah seorang CEO perusahaan dan bingung karena Joanna bisa-bisanya bersedih.

"Aku tidak bersedih, aku hanya bimbang. Aku merasa dibohongi, Rachel. Aku sangat mencintainya, bahkan dengan segala kesederhanaannya, dia memang mengatakan padaku bahwa dia membohongiku karena ia tidak ingin aku minder atau merasa tidak enak, dan sekarang aku mengetahui kenyataannya, aku merasa tidak pantas menikah dengannya, aku hanyalah karyawan biasa dengan gaji pas-pasan, aku bukan dilahirkan dari keluarga terhormat, aku bahkan tidak tau siapa ayahku. Dia terlalu sempurna untuk menjadi pasanganku, Rachel, dia pantas mendapatkan yang terbaik." Ucap Joanna panjang lebar. Rachel tersenyum simpul pada sahabatnya, lalu menggeleng.

"Perempuan seperti kau pantas mendapatkan yang terbaik, Joanna. Malah, menurutku Samuel yang beruntung mendapatkanmu" Rachel mengusap lengan sahabatnya kagum. Joanna tersenyum pada sahabatnya, lalu tidak sengaja melirik arlojinya.

"Astaga! Sudah jam 2! Aku harus cepat-cepat kembali ke kantor! Aku pergi dulu, Rachel, kalau sempat aku akan kembali saat pulang kerja, titipkan salamku untuk ibumu, semoga kau cepat sembuh, Rachel" Ujar Joanna panjang lebar, ia mencium pipi sahabatnya dan bergegas menuju pintu.

Setelah Joanna membuka pintu tersebut untuk bergegas keluar, ia menabrak dada maskulin seseorang. Aroma maskulin yang semerbak dari tubuh pria yang ditabraknya itu mebuat Joanna ingin melihat keatas, melihat siapa yang beraroma seharum itu, melihat siapa yang ia tabrak.

Saat Joanna melihat keatas, mata mereka bertemu. 'Ternyata wajahnya semenyenangkan aromanya' Benak Joanna. Pria itu berjas putih, stetoskop terkalung dilehernya. 'Seorang dokter rupanya' Sambung benak Joanna. Pria itu terkejut, namun ia terpaku melihat wajah cantik perempuan yang menabraknya. Lalu setelah bebarapa detik bertatapan, laki-laki itu berdehem dan tersenyum manis.

"Apa kau tidak apa-apa, Nona?" Ujar pria itu kepada Joanna.

"Maaf dok, saya sedang terburu-buru" Ujar Joanna pada laki- laki itu.

Pria itu tersenyum lagi. "Tidak perlu meminta maaf, lain kali berhati-hati lah. Beruntung kau tidak terjatuh, kalau tidak, bisa saja bukan hanya temanmu yang dirawat, kau juga" Canda pria itu, membuat Joanna terkekeh geli, namun sopan.

"Iya dokter, tetapi dokter yang harus bertanggung jawab atas biayanya" Ujar Joanna, membalikkan candaan pria tersebut dan tersenyum senang.

'Ramah sekali kau, manis. Polos, murni dan bersahaja' Benak pria itu. Dokter itu terkekeh pelan dan kembali tersenyum manis.

"Saya permisi dulu, dokter" Ujar Joanna lalu berlari terbirit-birit meninggalkan rumah sakit itu.

------

Joanna dan Samuel bergandengan memasuki rumah megah milik orang tua Samuel. Joanna sangat gugup karena akan bertemu dengan orang tua Samuel. Ini baru pertama kalinya Joanna bertemu orang tua Samuel, sehubungan dengan pemalsuan identitas yang Samuel lakukan dulu. Namun, Samuel adalah lelaki yang pasti, ia hanya ingin mengenalkan perempuan ke orang tuanya sebagai calon istrinya.

"Malam ini kau cantik sekali, sayang" Ucap Samuel kepada Joanna yang berada disebelahnya. Begitulah Samuel, dia sangat memuja kekasihnya, Joanna. Joanna menengok kepada Samuel dan tersipu akan pujian manis yang diberikan Samuel kepadanya.

Samuel mengecup bibir Joanna sekilas. "Gaun itu indah sekali di tubuhmu, namun yang bisa kupikirkan hanyalah melepaskan gaun itu darimu nanti malam, dan bercinta denganmu" Ujar Samuel, menunjukkan senyumnya yang nakal. Samuel dan Joanna memang pasangan yang sangat saling mencintai. Malam-malam percintaan mereka memang sangat menakjubkan dan penuh cinta.

Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya, namun sangat cantik, dengan pakaian yang terlihat mewah, datang menghampiri mereka berdua. Ia tersenyum manis saat melihat Joanna yang ada di gandengan anaknya yang tampan.

"Akhirnya kau datang juga" Wanita itu datang dan memeluk erat Samuel, anaknya yang dia rindukan. Samuel membalas pelukan wanita itu dan mengecup pipi ibunya.

Ibunda Samuel melepaskan pelukannya dan melirik wanita cantik yang berdiri di sebelah anaknya. "Siapa perempuan cantik ini, Samuel?" Ibunda Samuel bertanya ramah, matanya berbinar, menunjukkan penerimaannya terhadap Joanna.

"Nama saya Joanna, Nyonya Ceballos" Joanna mengulurkan tangannya pada ibunda Samuel. Ibunda Samuel mengabaikannya dan langsung menarik Joanna ke dalam pelukannya. Joanna sempat terkejut, namun melihat Samuel yang  tertawa karena ibundanya yang bahagia anaknya akhirnya akan menikah, Joanna ikut tertawa pelan dan membalas pelukan ibunda Samuel.

Ibunda Samuel melepaskan pelukannya dan mengusap lembut kedua pipi Joanna. "Manis sekali calon istrimu, Samuel" Puji ibunda Samuel terhadap Joanna. Joanna tersenyum malu dan menundukkan kepalanya. "Mari masuk, ayahmu sudah menunggu di meja makan. Omong-omong, tidak usah terlalu formal kepadaku, sayang. Panggil saja aku Diana" Lanjut ibunda Samuel dan mengantar mereka berdua ke meja makan.

Mereka berempat lalu saling memperkenalkan diri dan memakan hidangan makan malam yang dibuat oleh chef pribadi rumah orang tua Samuel. Mereka menghabiskan waktu makan malam tersebut dengan berbincang-bincang santai, membut Joanna merasa nyaman. Lalu, ketika mereka pulang, sesuai janji Samuel, ia dan Joanna bercinta sampai pagi.

Vision Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang