Chapter 3

10.6K 505 5
                                    

Ferdinand yang masih ada dirumah sakit karena lembur, dikarenakan rumah sakit elite itu milik keluarganya dan ia juga direktur utama sekaligus dokter dirumah sakit elite tersebut, berlari-lari kecil dengan seorang suster dibelakangnya, di ikuti Rachel yang tak kalah paniknya.

Mereka membuka pintu kamar Joanna, menemukan Joanna yang sedang mengeluarkan rintihan-rintihan kesakitan dan Emma yang sedang menenangkan Joanna sambil mengelus-elus kepalanya. Air mata tidak ada berhentinya menetes dari kedua mata Emma.

Ferdinand tidak tega melihat apa yang sekarang terjadi di depannya. Ia tidak tahu sama sekali bahwa ia adalah calon istri Samuel. Mendengar rintihan Joanna menyayat lubuk hatinya yang paling dalam, mengingat ia yang menyebabkan semua kesakitan Joanna, nyawa tidak bersalah yang hampir melayang.

Ferdinand menghampiri Joanna perlahan. "Sakit... Emma..." Rintih Joanna pelan kepada Emma yang masih terisak.

"Iya, sayang, kau harus kuat, Joanna" Ujar Emma pada Joanna. Ia mengambil tangan Joanna lalu menggenggamnya erat.

"Joanna, bisakah aku memeriksamu?" Ferdinand bertanya lembut pada Joanna, pelan-pelan membuka selimut yang menutupi tubuh Joanna.

"Sakit... Dok...Ter...Sakit..." Joanna merintih lagi, berharap kesakitan disekujur tubuhnya akan pergi.

"Iya, katakan padaku, Joanna, bagian apa yang sakit?" Ferdinand bertanya, sambil memijat pelan pundak Joanna.

"Semuanya, dokter..." Ujar Joanna lirih kepada Ferdinand. Ferdinand mengangguk lalu mengambil stetoskop dari tangan suster disebelahnya. Ia menempelkan stetoskopnya di dada Joanna.

"Tarik nafas, lalu hembuskan perlahan-lahan, kau bisa melakukannya?" Tanya Ferdinand kepada Joanna, membuat Joanna mengangguk pelan padanya. Ferdinand mengangguk dan tersenyum lembut.

Ia mengucapkan sesuatu kepada suster disebelahnya setelah selesai menstetoskop Joanna, lalu suster itu mencatatnya dengan seksama. Ferdinand lalu mulai mengecek infus dan luka-luka di badan Joanna.

"Samuel... Ibu... Dimana...?" Joanna bertanya, matanya menatap lurus dengan harap kepada Emma. Emma mengeluarkan isakkan kecil lalu menutup mulutnya, menahan isakkan-isakkan lain yang mendesak untuk keluar.

"Dokter... Dimana... Samuel dan... Ibuku?" Joanna mengalihkan pertanyaannya kepada Ferdinand. Ferdinand terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia mengkhawatirkan kondisi Joanna akan semakin terpuruk karena shock berat.

"Apakah kau merasa pusing, Joanna?" Ferdinand berusaha mengalihkan pembicaraan, ia tidak ingin Joanna mengetahui kenyataan pahit itu sekarang.

"Dimana... Suami... dan... Ibuku... Dokter?" Joanna bertanya lagi, tidak mau menyerah atas pertanyaan yang konsisten ia tanyakan sejak tadi.

"Mereka sudah pergi meninggalkan kita, Joanna, mereka sudah ada ditempat yang jauh lebih baik sekarang." Ujar Emma lantang, berusaha terdengar tangguh. Rachel tidak bisa menahan tangisnya, ia menangis sejadi-jadinya, ditambah ekspresi Joanna yang berubah membuatnya menjadi semakin tersedu-sedu.

Ferdinand menatap Joanna prihatin, begitu juga suster yang ada dibelakangnya. "Tidak... Mereka... Tid...Ak... Meninggal..." Ujar Joanna menggelengkan kepalanya tidak percaya sambil menahan tangisnya.

"Tidak! Bohong! Tidak mungkin! Dokter, kenapa kau tidak selamatkan mereka?! Kenapa mereka tidak bisa selamat?!" Joanna menangis terisak-isak sambil berteriak setengah frustrasi dan berusaha untuk berontak, ia meraih kedua kerah dikemeja Ferdinand dan mengguncang-guncangkan badannya. 

"Tenang dulu, Joanna, tenanglah dulu" Ferdinand menahan kedua pundak Joanna dan mendorongnya pelan, berusaha membaringkannya kembali.

"Aku ingin melihat mereka! Mereka tidak meninggal!" Joanna berusaha berontak, tidak terima dengan kenyataan yang harus dia hadapi.

Vision Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang