Bagian 2

8K 578 15
                                    

Laisa menatap layar televisi di hadapannya tanpa minat, hanya untuk menemani dirinya saja. Sementara tangan dan telinganya tengah sibuk dengan ponsel kesayangannya, menghubungi Angkasa yang entah kini sedang apa. Sudah puluhan kali panggilannya tidak dijawab oleh Angkasa. Ayolah ....

"Nomor yang Anda hubungi tidak dapat menerima panggilan Anda. Cobalah untuk beberapa saat lagi. The number is ...."

Laisa mengusap tanda merah pada layar ponselnya. Memandangnya sesaat lalu membanting benda pintar itu di atas sofa. Walaupun sebenarnya dia ingin sekali membantingnya ke lantai dan membuat ponselnya membelah diri. Kesal karena Angkasa sama sekali tidak memberinya kabar. Semua pesannya, baik lewat WA maupun BBM juga tidak ada balasan. Laisa masih ingat dengan jelas jika hanya tiga hari suaminya itu pamit pergi ke Malang. Tapi ini sudah hampir seminggu dan suaminya belum ada tanda-tanda kedatangannya ataupun memberinya kabar. Laisa benar-benar khawatir, bingung dan juga marah. Entahlah. Tidak biasanya Angkasa seperti ini. Laisa menarik napasnya berulang kali, semoga Angkasa baik-baik saja.

Laisa beranjak menuju dapur, mengambil segelas air dari dalam kulkas. Lantas diteguknya hingga tandas, berusaha mendinginkan hati dan pikirannya. Laisa kemudian mengambil poselnya, berusaha menghubungi suaminya lagi.

"Nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif ...."

Dada Laisa bergemuruh, apa-apaan ini! Nomor Angkasa sekarang malah tidak aktif. Padahal baru sepuluh menit yang lalu masih tersambung. Laisa mencari nomor teman-teman Angkasa, mencari kemungkinan jika salah satu dari mereka ada yang tahu kabar suaminya. Namun sepertinya usaha Laisa kali ini juga sia-sia.

"Aku tidak tahu, Laisa, maaf."

"Aku tidak ikut dengan Angkasa, maaf."

"Terakhir kuhubungi, Angkasa ada di pantai Balekambang. Mungkin sinyal di sana susah, Laisa."

Laisa semakin pusing, kepalanya berdenyut akibat memikirkan Angkasa. Ragu Laisa men-dial satu nomor lagi, sahabat suaminya juga seseorang yang paling ingin Laisa hindari. Tapi mengingat tentang suaminya yang tidak ada kabar membuat keyakinan Laisa menumpuk. Semoga kali ini Dewi Fortuna berpihak padanya.

"Kau yakin?? Dia tidak biasanya seperti ini. Aku akan mencoba mencari tahu," janji Luke, salah satu sahabat Angkasa.

"Heemmm ... baiklah, Luke, maaf telah mengganggumu malam-malam."

"Tidak apa-apa, Laisa, jaga kesehatanmu. Sahabatku itu akan menyesal jika tahu kau sakit. Tidurlah, sudah malam," canda Luke.

"Selamat malam, Luke." Laisa menutup sambungannya dengan Luke. Andai jika bukan karena Angkasa, Laisa enggan menghubungi teman-teman suaminya. Terutama lelaki itu.

***

Laisa benar-benar tidak bisa bangun pagi ini. Sakit kepala akibat tidak bisa tidur hampir tiga hari sungguh menyiksanya. Laisa melirik jam di samping meja riasnya, baru jam delapan pagi. Tangannya meraih nakas, mencari ponselnya.

Tidak ada telepon atau balasan untuk semua pesannya. Laisa menarik napas lalu membuangnya kasar, dia butuh istirahat. Otaknya semakin kacau jika sakit di kepalanya itu terus berdenyut setiap kali dia bangun. Ditambah dengan Angkasa yang sampai detik ini, genap tujuh hari tujuh malam, belum menghubunginya. Benar-benar pagi yang buruk.

Baru setengah jam Laisa memejamkan mata, dia terbangun ketika mendengar deru mobil di halaman rumahnya. Seketika Laisa bangun dan berlari keluar, tak menghiraukan kepalanya yang masih berdenyut. Dan benar saja, sosok yang kini ada di hadapannya adalah suaminya, Angkasa Biantara Naraya. Tersadar dari keterkejutannya, Laisa bergegas memeluk lelakinya. Menangis tersedu, menumpahkan segala rasa yang membaur di hatinya.

The Quest - Bukan Istri Pilihan - Lipstik Di Leher Suamiku [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang