Kepada Ayah

152 5 0
                                    

Kau suka kopi dan tidak suka pagi;
Di matamu, terbit tenggelam keragu-raguan.
Perihal ombak kenangan yang kau tunggu dan tidak dijemput.

Malam itu, matamu bicara kesendirian. Menjadi dermaga yang tak pernah disinggahi

Malam, malam itu kau bicara dan selalu diam dua detik; barangkali memikirkan dua tahun sebelum kelahiranku.

Begitulah mata ayah, seperti omelan ibu
Ibu sering bercerita perihal betapa omelannya adalah perintah ayah
Ayah yang selalu mengizinkan, juga punya cemas. Begitu rumit menjadi laki-laki dewasa kan Yah, menangis dan lemah sedikit saja dianggap perempuan. Barangkali kaum kita kaum paling rahasia.

Yah, ayah.. Aku tak tau sesulit ini menjadi dewasa; selain menyalam tanganmu saat bepergian, tak ada yang kubisa. Memelukmu perlu peristiwa, menciummu sudah tidak lumrah
Aku kangen kaugendong sambil menunjuk-nunjuk burung dan masa depan

      

         

Menjadi BalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang