Sabtu siang hari ini terasa begitu menyejukkan bagiku. Mendung, tetapi tidak hujan. Cuaca yang sangat mendukung untuk bermalas-malasan diatas tempat tidur saja. Aku memilih untuk mendekam didalam memori ipod-ku saat Mama membuka pintu kamarku dan bilang bahwa ada telpon untukku. Dari Yoga, sahabatku.
Suara Yoga terdengar begitu semangat sore hari ini. Aku tersenyum geli dalan hati sekaligus penasaran karena dengan begitu getolnya dia menyuruhku untuk kerumahnya saat ini juga. Ada sesuatu hal yang ingin dia ceritakan kepadaku, yang tidak bisa dia ceritakan jika hanya melalui telepon.
---
"Rey, gua kenalan sama seseorang dua hari lalu. Teman pacar abang gua." Yoga langsung menarikku ke kamarnya begitu aku tiba dirumahnya pukul 05:00 sore.
"Temannya Kak Dewi, pacar Bang Yongky?" tanyaku.
Aku masih bingung dengan sikap Yoga yang menyeretku ke kamarnya. Tidak biasanya dia terburu-buru seperti ini.
"Iya. Orangnya cantik banget, Rey. Ih, seneng banget gua, " ujar Yoga dengan senyum 45.
"Ah gua yang kemarin ketemu bidadari aja b aja tuh. Tapi, wait. Maksud lo cewek?" aku menghentikan langkahku. Mengamati wajah sahabatku yang tampak bersinar bukan cahaya illahi. Bukan.
Aku tertegun. Astaga... Dia kenapa? Baru kali pertama ini aku melihat Yoga seperti sekarang. Yoga tampak berbinar-binar menatapku, dengan senyum 45.
Remaja berusia 18 tahun seperti kami memang paling sering mengalami perasaan jatuh Cinta seperti ini, tetapi bagi Yoga? Ini adalah kali pertama dia terlihat begitu menyukai seseorang selama tiga tahun aku menjadi sahabatnya, tidak pernah sekali pun aku melihat dia begitu menggebu-gebu menyukai seorang wanita seperti kali ini.
"Dasar ya lo sahabat ter-bangsat, lo pikir selama ini gua maho apa?!" jawabnya dengan cepat.
"Namanya Gabriela." ucapnya lagi.
Aku tersenyum, ikut senang dengan perasaan yang sahabatku alami. Aku tahu dia pasti sangat senang saat ini.
"Dikenalin sama Bang Yongky?" tanyaku penasaran.
"Iya. Dua hari lalu Kak Dewi datang kesini, ngajak temennya ini. Terus, Bang Yongky ngenalin gua ke dia. Orangnya cakep banget. Sumpah dah Rey."
"Iya.. Iya santai aja dong mukanya. Terus?" tanyaku tidak sabar.
"Hari ini, dia mau datang lagi sama Kak Dewi." Yoga berbalik memunggungiku untuk menatap tampilan dirinya dicermin. Sore ini Yoga tampak memoles pomade dirambutnya.
"Sekarang? Ke sini? Terus, gua mesti ngapain?" tanyaku panik.
Baru aku sadari, untuk apa Yoga mengajakku menemui gebetan barunya? Toh sudah ada Bang Yongky dan Kak dewi yang pastinya tidak akan meninggalkan Yoga hanya berdua saja dengan Wanita itu.
"Gua mau lo temenin gua. Ngasih gua peringatan kali aja gua mulai bertingkah gak wajar dihadapannya," ucapnya sambil memperbaiki tatanan rambutnya yang lurus agar lebih rapi.
Aku melongo mendengar perkataan Yoga, lantas tertawa terbahak-bahak.
"Astaga, Yoga. Emangnya lo bisa bertingkah gak wajar kayak gimana sih? Ngupil tiba-tiba?" aku tetap tertawa walaupun Yoga telah memasang tampang cemberut karena aku telah menertawakannya.
Yoga tampil sangat menawan dengan kemeja berwarna abu-abu dan lengan bajunya dilipat sampai siku. Rambutnya yang lurus di pomade dan ditarik sebagian kebelakang, menonjolkan wajahnya yang oval. Aku memandang sahabatku itu dengan kagum. Dia tampak sangat tampan.
Antara aku dan Yoga bisa dikatakan bagai bumi dan langit. Yoga memiliki tinggi badan layaknya model profesional, yaitu 180 cm, sementara aku hanya bisa puas mencapai 175 cm, ukuan standar bagi pria berusia 18tahun. Rambutku sedikit bergelombang, kulitku agak cokelat karena kegemaran olahraga basket yang tidak dapat aku tinggalkan sejak kecil. Wajahku lonjong tirus, dengan garis rahang yang terlihat tegas, dengan dua bola mata bulat, hidung yang cukup mancung, dan sebentuk bijr yang bisa dikatakan tipis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Cinta Lama
RomanceAku telah melangkah melewati beribu-ribu jarak, beribu-ribu hari, membawa ruang kosong dihatiku. Cinta telah kutitipkan pada masa lalu, tetapi aku masih menyimpan sehela harapan masa depan bersamamu. Aku masih ingat hangat jemarimu dipipiku, membawa...