10

92 30 2
                                    


Aku sedang asyik membaca novel di perpustakaan ketika Jimin tiba-tiba datang menghampiriku. Aku mengangkat salah satu alis. Tidak biasanya dia menemuiku saat di sekolah. Tidak pernah bahkan. Biasanya, kami bertemu tanpa sengaja. Baru kali ini dia berniat untuk menemuiku.

"Dek?" Dia langsung menarik kursi yang ada di sebelahku, kemudian menghempaskan pantatnya di sana.

Aku menutup novel, kemudian memandang ke arah Jimin. "Tumben nyari gue, Kak."

Lelaki yang usianya hanya terpaut setahun dariku, mengambil sesuatu dari saku celananya. Entahlah apa itu. Jangan-jangan dia akan memberiku tambahan uang jajan? Ah, tidak mungkin. Jimin bukanlah orang yang suka membagi-bagikan uangnya bahkan untuk adik kandungnya sendiri.

"Nih," lelaki itu meletakkan sebuah kunci di atas meja. Kunci motor. "Lo udah lancar naik motor kan sekarang?"

Aku mengangguk.

"Bagus. Lo bawa pulang motornya. Gue mau kerkom. Nanti gue pulang sama temen gue."

Oh! Sekarang aku paham kenapa akhir-akhir ini Jimin sangat bersemangat mengajariku mengendarai motor. Pantas saja. Jadi inilah tujuannya. Dia tidak perlu mengantar-ngantar aku lagi sekarang.

Aku mengangguk. Tidak ada gunanya juga untuk menolak. Ujung-ujungnya dia akan memaksaku untuk melakukannya.

***

Baru saja kegiatan ekstrakulikulerku selesai. Omong-omong, aku mengikuti ekstrakulikuler paduan suara. Tentu saja suaraku bagus. Jika tidak, maka aku tidak mungkin terpilih menjadi anggota tetap paduan suara. Yah, meskipun suara Jimin masih lebih bagus sih.

Selain karena ingin mengasah bakat, aku ingin lebih sering bertemu dengan Kak Taehyung. Iya, dia mengikuti ekstrakulikuler paduan suara juga. Dia menjabat sebagai ketua. Asal tahu saja ya, Kak Taehyung itu suaranya bagus sekali.

Suara bagus, ganteng, jago bermain basket. Tapi kenapa dia masih jomblo ya? Entahlah. Jangan-jangan dia menyukai seseorang tapi seseorang itu menolaknya.

Hah?

Yang benar saja. Masa seorang Kak Taehyung ditolak? Sepertinya pikiranku mulai melantur.

Aku sekarang sedang berjalan beriringan dengan Firda-salah satu anggota paduan suara juga. Kami sedang berjalan menuju tempat parkir.

Langit mendung.

"Cepetan Ra, keburu hujan."

Baru saja Firda berkata seperti itu, tetes-tetes air terjun bebas dari angkasa. Hujan.

"Untung gue bawa jas hujan. Lo bawa nggak, Ra?"

Aku mengerutkan kening. Mengingat-ingat apakah aku bawa jas hujan atau tidak. Biasanya sih, Jimin meletakkannya di jok motor. Tapi tunggu, bukankah semalam hujan? Ah, iya. Jas hujannya masih berada di jemuran.

"YAH GUE NGGAK BAWA JAS HUJAN FIR. MAMPUS!"

Firda menggosok-nggosok telinganya, "Nggak usah teriak di kuping gue juga kali ah."

"Yah Fir gimana dong?" tanyaku panik. Aku melirik jam tangan yang melingkar di lengan kiri. Jam setengah lima.

"Bodo amat, Ra. Gue mau pulang duluan bye!" gadis itu kemudian berjalan menuju tempat parkir.

Ya ampun, punya temen kok tega-tega amat, sih. Seandainya saja tadi Jimin tidak menyerahkan kunci motornya padaku, mungkin sekarang aku bisa naik taksi. Mau tak mau, aku harus menunggu hujan sedikit reda. Yah, setidaknya sampai gerimis lah.

Sudah lima belas menit menunggu, tapi tidak ada tanda-tanda hujan akan mereda. Yang ada, hujan makin deras.

"Ra, lo nggak pulang?"

Suaranya tidak asing.

Aku kemudian menoleh. Kak Taehyung?

Ya ampun, jantung apa kabar? Mulai. Kalau ada Kak Taehyung pasti begini.

"Ra, pertanyaan gue lo diemin?"

Tuh kan. Aku sampai lupa kalau belum jawab pertanyaan darinya.

"Nggak bawa jas hujan, Kak," Jawabku.

Hening.

"Dilihat dulu, Ra. Siapa tahu ada keajaiban." Kata Kak Taehyung sambil nyengir.

"Ha?"

"Buruan sana dilihat."

Aku mengernyit. Tidak paham dengan kata-kata Kak Taehyung. Keajaiban apa sih maksudnya? Tidak mungkin kan, tiba-tiba motorku berubah jadi mobil? Lalu aku bisa pulang tanpa kehujanan. Oke, sepertinya aku terlalu berkhayal.

"Mau gue temenin?"

"EH?"

SDASFJASHDJAKSD APAAN SIH INI?

Lebih baik tidak usah. Yang ada nanti aku lemas terus tidak bisa mengendarai motor dengan benar.

"Nggak usah, Kak. Emm, gue pulang dulu ya, Kak."

Kak Taehyung mengangguk. Ia kemudian melambaikan tangan sembari tersenyum. Kak Taehyung tolong jangan membuatku lemas.

***

Percaya tidak? Keajaiban benar-benar terjadi! Jas hujan ada di atas jok motor! Jangan-jangan, Kak Taehyung lagi yang meletakkannya di sini? Tahu deh siapa. Yang penting aku senang sekarang sudah bisa pulang.

Saat aku sedang memakai jas hujan, aku lihat Kak Taehyung dari kejauhan. Dia pulang. Tidak menggunakan jas hujan.

JANGAN-JANGAN INI JAS HUJAN KAK TAEHYUNG?

WEH SEJAK KAPAN KAK TAEHYUNG BAIK BANGET SAMA GUE?

DUH ITU NANTI KALAU KAK TAEHYUNG SAKIT GIMANAAAA?

***

Walaupun berat hati karena tidak enak dengan Kak Taehyung, aku akhirnya memakai jas hujan itu. Dan sekarang aku sedang berbaring di kasur, sembari memegang ponsel. Berniat untuk mengirim pesan pada Kak Taehyung.

Kak makasih ya jas hujannya

Ah, nanti kalau ternyata itu bukan jas hujannya bagaimana? Kan aku bisa malu.

Kak kok tadi kehujanan? [deleted]

Tadi kehujanan? [deleted]

Ini mau ngechat apa aku bingung.

Kak, tadi gue lihat lo kehujanan.

Lah. Terkirim.

Ini kalau cuman diread doang gimana?


tbc

Ra's Guardian [Kim Taehyung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang