15

55 11 0
                                    


"Wah, Yong! Umur panjang lo! Baru aja diomongin!"

Kalimat itu sukses membuatku tercengang dan mendelik ke arah Kak Taehyung yang justru senyum-senyum sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Makasih. Ehm, berapa?" tanyaku canggung. Sebelum Kak Taeyong merespon perkatan Kak Taehyung. Omong-omong, aku canggung bukan karena Kak Taeyong! Tapi karena lelaki yang ada di sebelahku.

"Berapa apanya?" Kak Taeyong bertanya.

"Itu." aku menunjuk motor. "Benerin ban."

"Yaelah, nggak usah, Ra!"

"Eh? Beneran?"

Kak Taeyong mengangguk. Pada saat itu, Kak Taehyung berjalan ke arahnya. Membisikkan sesuatu, lalu dibalas bisikan juga oleh Kak Taeyong. Aku berasa lagi diomongin.

"Kalian ngomongin apa?" aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Kepo lo, Ra!" jawab Kak Taehyung yang sama sekali tidak mengurangi rasa penasaranku.

"Eh, makan dulu yuk!" ajakku. Entah kenapa aku tiba-tiba saja mengajak mereka makan. Serius, kata-kata itu spontan meluncur dari bibir. Ah, tapi lumayan kan kalau bisa makan sama Kak Taehyung?

"Gue udah makan, Ra! Nih, Taeyong belom!" Kak Taehyung mendorong teman sekelasnya ke arahku.

"Tae, perasaan tadi kita makan bareng di kantin?" Kak Taeyong lalu menatapku, "Kita pulang duluan ya, Ra!"

Aku mengangguk.

"Yah, gagal makan sama Kak Taehyung...." gumamku lirih sembari menatap motor Kak Taehyung yang makin lama makin tidak kelihatan, lalu hilang saat di tikungan.

***

"He," Jimin tiba-tiba datang saat aku sedang asyik menonton drama korea di ruang keluarga. Sembari mengunyah keripik. Ia meraup camilan yang ada di pangkuanku sampai memenuhi tangannya.

"Tadi kata Bibi temen gue ke sini?" Jimin mengunyah keripik yang baru saja ia ambil.

"Yoi. Kak Taehyung sama Kak Taeyong."

"Ha?!" teriaknya setelah berhenti mengunyah. Ia menganga. Aku dengan iseng memasukkan keripik ke dalam mulutnya yang diterima dengan senang hati.

"Mereka nyari elo?!" tanyanya lagi.

Aku mengangguk. "Bentar doang, Kak. Cuma nganter motor."

"Motor apaan?"

Aku mendorong bahu kanannya dari samping, "Sana ah! Gue lagi males diwawancari. Nggak lihat gue lagi asyik nonton?"

"Nggak."

Aku memutar bola mata malas. Mendorong lagi bahu Jimin, "Sana ih,"

"Gue belom selesai, Ra." Jimin menjitak kepalaku.

Aku mengambil remot. Menekan tombol pause supaya tidak melewatkan satu pun adegan dalam drama yang sedang kutonton karena ulah Kakak menyebalkan satu ini. Akhirnya, dengan sangat terpaksa aku menceritakan semuanya.

"Lo beneran naksir sama Taeyong, ya?" tanya Jimin setelah aku selesai bercerita.

Lah kenapa jadi Kak Taeyong sih?

"Nggak!"

"Nggak tapi kenapa bareng mulu?"

Aku terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa. Mau mengelak, tapi kalau dipikir-pikir, Kak Taeyong memang selalu ada. Entah secara kebetulan atau tidak, dia selalu ada ketika aku membutuhkan. Sementara Kak Taehyung, entahlah. Aku merasa kadang dia dekat sekali. Kadang dia jauh dan sulit untuk digapai.

"Woi, ditanyain malah ngelamun."

Aku mengangkat bahu.

"Serius deh Ra, lo jangan pacaran sama temen gue!"

Aku tersentak mendengar perkataan Jimin. "Lah siapa yang pacaran?"

"Ya suatu saat lo pasti pacaran kan. Sekarang masih pdkt. Coba deh, lo pikir gimana rasanya jadi gue. Kalau lo ada di posisi gue. Misal nih ya, kalau gue pacaran sama temen lo? Clara misalnya? Gimana?"

"Y-ya itu—"

"Tuh kan, lo pasti nggak mau kan? Yaudah sama aja."

Tapi benar juga sih. Rasanya pasti aneh kalau teman sendiri itu pacaran dengan saudara kandung. Terlebih lagi, jika itu adalah teman dekat. Yang biasanya datang ke sini utuk mencariku, justru datang untuk mencari Jimin.

Ya tapi kalau jodoh mau gimana?

Hah ini aku ngomongin apa sampai jodoh-jodoh segala. Kepedean amat.

"Eh tapi ya, kak. Gue tegasin sekali lagi kalau gue nggak naksir Kak Taeyong! Jadi, gue nggak mungkin pacaran sama dia!"

"Kita lihat saja nanti, Ra."

TBC

DUH AKU GEMAS NULISNYAAAA! KENAPA PADA NGIRA RAINA SUKA SAMA TAEYONG SIH HUHUHU. LAGIAN TAEYONGNYA NGAPAIN DEKET-DEKET JUGA? GANGGU AJA.

Ra's Guardian [Kim Taehyung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang