4

140 39 14
                                    


Sekolah sudah mulai sepi. Seharusnya aku sudah pulang sejak tadi jika saja Jimin tidak nongkrong-nongkrong dulu bersama temannya. Menyebalkan. Dia menyuruhku menunggu selama satu-tidak-dua jam. Astaga. Sudah dua jam aku menunggu dan kakak kurang ajar itu masih belum juga menunjukkan batang hidungnya.

Awas saja nanti kalau ketemu. Kubikin babak belur biar tahu rasa. Jika tahu begini, lebih baik tadi aku ikut Sena saja. Sial. Seharusnya tadi aku mau-mau saja ketika Sena mengajak pulang bersama. Eh, dengan bodohnya aku justru menolaknya dan mengatakan bahwa aku akan menunggu Park Jimin.

Line!

Ponselku berbunyi.

Add | Block | Report

Taehyung: Ra

Taehyung: Ra

SUMPAH DEMI APA KAK TAEHYUNG NGECHAT GUE? ASDFGHJKLJKDH ANJIR TANGAN GUE GEMETER INI GILA SENENG BANGET!

Ya?

Dapet idline gue darimana, kak?

Taehyung: gue Jimin, woi.

SIAL.

Serius. Rasanya sakit sekali. Ingin rasanya aku membanting ponsel. Jika saja ponsel harganya murah, sudah kulemparkan tadi. Tapi aku ingat bahwa mama akan ceramah selama tiga hari tiga malam jika ponselku rusak.

Taehyung: kuota gue abis dek jd nebeng hp orang

Lo di mana sih, kak?

Taehyung: harusnya gw yg nanya lo dimana

Gue di lobi

Taehyung: oke gue otw ke sana

Buruan woi gue udah lumutan nih nungguinnya

Read

Setelah menunggu selama lima menit, Jimin datang bersama teman-temannya. Totalnya ada enam orang jika ditambah dengannya. Aku tidak mengenal semua temannya jujur saja. Yang kutahu hanya Kak Taehyung dan Kak Taeyong. Ah, ada Kak Bobby juga. Kak Bobby pun baru kuketahui namanya tadi siang saat aku bertanya pada Sena.

Sepertinya, Kak Taehyung telah menarik seluruh atensiku. Sampai-sampai aku tidak tahu semua temannya Jimin.

Entah kenapa jantungku berdegup kencang tatkala Jimin dan kawan-kawannya mendekat. Mungkin karena Kak Taehyung?

"Dek, lo bisa pulang sendiri nggak? Gue mau main nih, ama temen-temen."

Anjir, kak.

Jika saja tidak ada Kak Taehyung, mungkin aku sudah mengeluarkan sumpah serapah untuk Jimin. Yang benar saja, aku sudah menunggu selama dua jam. Lalu sekarang apa? Dia dengan seenak jidatnya menyuruhku untuk pulang sendiri.

"Anterin dulu kek, Jim. Kasihan." Kak Taeyong bersuara. "Lo kan bisa nyusul kita nanti habis nganter adek lo."

"Lagian lo kenapa nggak naik taksi aja coba? Atau ojek, kek, apa kek gitu."

Seandainya aku masih punya sisa uang jajan, sudah kulakukan itu sejak tadi, Jimin. Ingin rasanya aku mengatakan itu, tapi di depan Kak Taehyung, aku cuman bisa diam.

Jika ada daftar orang yang paling menyebalkan sedunia, maka aku akan menempatkan Jimin di urutan pertama.

"Yaudah, gue aja yang nganter. Ayok, Ra." Kak Taeyong tiba-tiba saja menarik tanganku. Sial. Kenapa sih dia suka sekali melakukan hal yang mengagetkan?

"Nggak usah, biar gue aja. Gue kan kakaknya." Jimin memegang pundak Taeyong. Mencegahnya untuk menarikku pergi. Kali ini Jimin menatapku, ia menganggukan kepalanya. Mengisyaratkan agar aku mengekorinya.

***

"Gue nggak suka ya, lo deket-deket Taeyong. Bukan cuma Taeyong sih. Tapi semua temen gue," ucap Jimin ketika kami sudah di atas motor dan sedang dalam perjalan menuju rumah.

Aku tidak menjawabnya. Biarin saja. Aku masih kesal. Lagipula, siapa sih yang tidak kesal ketika disuruh menunggu selama dua jam? Lalu apa? Yang ditunggu justru tidak merasa bersalah sama sekali.

"Ra?"

Aku masih diam.

"Ra? Lo tidur ya?"

Aku masih diam.

Jimin berhenti mendadak. Dan itu sukses membuat helm kami berbenturan, "Apaan sih? Sakit nih kepala gue."

"Kirain gue lo tidur. Diem aja daritadi." Jimin kembali menjalankan motornya. "Ra, lo denger kan kata-kata gue?"

Aku berdecak, "Emang kenapa sih?"

"Asal lo tahu ya, mereka itu nggak ada yang bener."

"Termasuk lo, kak?" ucapku sinis.

"Ye, gue mah beda."

"Lo aneh. Waktu itu bilangnya mereka udah punya pacar. Sekarang bilang mereka nggak bener. Labil." Aku segera turun setelah kami berhenti di depan rumah. Tanpa mengucap apa-apa lagi, aku langsung masuk ke dalam.

Jimin berbicara sesuatu. Tapi aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Masa bodoh.

***

Mata gadis berumur lima tahun itu mengerjap-ngerjap ketika melihat pemandangan di bawah sana. Karena terlalu sering melihat kota, ia terkagum-kagum melihat sebuah pedesaan. Ia juga tidak tahu apa yang membawanya ada di sini. Yang jelas, sekarang pemandangan di bawah sana terlalu indah untuk dilewatkan.

Gadis kecil itu menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri. Dia menyadari sesuatu. Dia kehilangan seseorang.

Gadis kecil itu mencari-cari lelaki yang umurnya satu tahun lebih tua darinya-sang kakak. "Kak Jimiiinn!" Ia berteriak sekencang-kencangnya. Tidak ada sahutan.

"Kak Jimiiiin!" masih tidak ada sahutan.

Air matanya hampir mengalir ketika tidak melihat tanda-tanda Park Jimin. Ia ketakutan. Bagaimana jika dia tersesat?

Pemandangan yang ada di bawah sana sudah tidak indah lagi sekarang. Gadis itu berjalan mencari-cari Park Jimin. Tapi sudah beberapa menit mencari, ia tak kunjung menemukan bocah laki-laki itu.

Gadis yang biasa dipanggil Ra itu terduduk. Ia melipat lututnya, kemudian membenamkan kepalanya di sana. Air matanya mengalir. "Kak Jimin," ia bergumam pelan.

Seseorang menyentuh pundaknya. Ra mengangkat kepalanya, "Kak Jimin?"

Tapi yang ia lihat bukanlah sosok Park Jimin. Melainkan anak laki-laki yang kira-kira seumuran dengannya.

"Kamu kenapa nangis?"

"Kakakku hilang," jawabnya. Ia masih sesenggukan.

"Ayo aku anter kamu ketemu kakakmu." Anak laki-laki itu kini duduk di samping Ra.

Ra langsung sumringah, tapi ia kemudian ingat perkataan orang tuanya, bahwa ia tidak boleh ikut pada sembarang orang. Ra menggeleng.

"Aku nggak jahat, kok." Anak kecil itu tersenyum memamerkan giginya yang tidak lengkap. Ia kemudian bangun dari duduknya.

Karena tidak punya pilihan lain, Ra akhirnya mengangguk. Lalu berdiri. Ia mengikuti laki-laki itu.

"Itu kakakmu?" Bocah itu menunjuk seseorang.

tbc




Akhirnyaaaa~ setelah sekian lama nggak update karena sibuk banget:") akhirnya update juga~ Hohoho, karena waktuku sudah banyak, kayaknya mulai hari ini aku bakal update setiap hari atau sehari dua kali atau dua kali sehari. Tq.

salam,

Heybabble aka Ocha

Ra's Guardian [Kim Taehyung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang