8

1.3K 43 2
                                    

Pagi itu matahari tidak menampakkan cahayanya. Mendung menutupi matahari dan langit yang cerah di saat musim kemarau.

Awal bulan yang berakhiran -ber menandakan musim hujan telah tiba.
Bulan Oktober menandakan semua orang akan menutupi dirinya dengan payung, jas hujan dan topi hujan.

Tapi bagi Mita, awal bulan ini menandakan bahwa dia harus membuka hatinya dengan berkata jujur kepada cowok yang benar-benar dia idamkan sejak SMP.

"Mita! Gak biasanya lo datang sepagi ini?!" tanya Ve saat melihat Mita udah duduk di bangku kelas.

"Tadi, mumpung hujan masih gerimis. Jadi, gue langsung berangkat aja ke sekolah! Daripada sekarang malah hujan semakin deras! Lo gak kebasahan, kan?" Mita berkata sekenanya dan balik tanya ke Ve.

"Lo takut kehujanan atau gak tahan pengen ketemu sama Rio?" Ve gak menjawab pertanyaan Mita. Malah sekarang dia mulai ngomporin Mita.

"Terserah lo aja deh!" jawab Mita.

"Nanti waktu istirahat pertama, lo siap ketemu Rio, kan?" tanya Ve.

"Gue udah biasa ketemu dia, pastilah gue siap!" jawab Mita.

"Tapi, kalau hari masih hujan, apa kita datang ke kelasnya?" tanya Mita ke Ve.

"Semoga aja nanti cuaca gak buruk! Nanti kalau gak hujan, gue akan ajak dia ke taman sekolah. Lo tunggu di sekitar taman sekolah!" kata Ve.

"Hm! Gue ngerti!" jawab Mita.

Benar apa kata Ve, waktu istirahat berbunyi, hujan telah berhenti meskipun menyisakan langit yang mendung.

Ve langsung menuju ke ruang kelasnya Rio dan Mita langsung berjalan menuju taman sekolah.

Setiap langkah semakin dekat dengan taman sekolah, hati Mita semakin berdebar gak karuan.

Tiba-tiba Mita jadi salah tingkah apakah dia harus melanjutkan perjalanannya atau berhenti sampai di situ aja.

"Aduh..., kenapa gue tiba-tiba jadi salah tingkah kayak gini? Padahal cuma mau ketemu sama Rio! Orang yang sering gue temui dan ajak bermain! Tapi, kenapa ini rasanya beda banget, ya?" tanya Mita dalam batin.

"Rio kemana?" tanya Ve ke salah satu teman sekelas Rio.

"Kayaknya tadi dia keluar sama Fani. Mungkin ke kantin atau ngurusin basket!" jawab teman sekelas Rio.

"Ya, udah deh.., gue cari ke sana. Makasih, ya!" kata Ve.

Ve berlari ke kantin, tapi dia tidak menemukan Fani dan Rio. Terus dia menuju ke aula basket, dia lihat aula basket terkunci.

Ve pun memutuskan untuk menemui Mita yang masih bimbang apakah harus terus berjalan atau berhenti di situ saja.

*****

"Mita! Lo gimana sih?! Kalau lo suka sama Rio, langsung aja lo katakan cinta ke dia!" batin Mita berkata seperti itu.

"Jangan dong, Mit! Lo itu cewek, masak harus bilang cinta duluan ke cowok! Gengsi tau!!" batinnya yang lain menolak.

Cinta Bola BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang